Rabu, 04 Maret 2015

KROMATOGRAFI PERTUKARAN ION

BAB I
PENDAHULUAN

Untuk mengetahui kandungan ion atau logam pada suatu sampel cair atau mengetahui kandungan senyawa yang ada dalam food and beverage industry (industri makanan dan minuman) dan semiconductor industry (industri semikonduktor) dalam beberapa menit dapat digunakan sebuah teknik pemisahan yang dinamakan kromatografi. Bahkan dengan metode pemisahan ini, dapat ditentukan ion/logam/senyawa dari sampel yang diteliti secara kualitatif maupun kuantitatif. Dalam hitungan beberapa menit saja, ion-ion bermuatan positif (kation) seperti : Na+, NH4+, K+, Mg2+, Ca2+, Ag+, Cu2+ dan sejumlah kation lainnya atau ion-ion bermuatan negatif (anion) seperti : F-, Cl-, NO2-, Br-, SO42- dan jenis anion lainnya dapat diketahui konsentrasi/jumlahnya dalam suatu sampel.
Bahkan lebih daripada itu, berbagai ion (anion dan/atau kation) dalam sampel, dapat ditentukan secara simultaneous (serempak) dalam sebuah chromatogram (kromatogram). Dengan kata lain, untuk sekali injet sampel saja ke dalam sistem kromatografi, berbagai peak (puncak) anion dan/atau kation akan muncul. Inilah salah satu yang menjadikan teknik ini lebih populer karena waktu analisisnya yang sangat singkat dan dengan hasil yang maksimal.
Teknik pemisahan kromatografi pertama kali diperkenalkan oleh seorang ahli tumbuh-tumbuhan berkebangsaan Rusia yang bernama Mikhail Tswett pada tahun 1906. Tswett memulai percobaannya dengan memisahkan sejumlah leaf pigments (zat warna daun) seperti klorofil dan xantofil dengan mengalirkan solution (larutan) ekstrak daun tersebut ke dalam sebuah kolom gelas yang sebelumnya diisi tepung kalsium karbonat yang dibuatnya sendiri. Dia menamakan fenomena yang ditemukannya ini dengan “Chromatography” (kromatografi). Yang dalam bahasa Rusia, chroma berarti “warna” dan graphein berarti  “menulis”. Sehingga kalau diartikan secara bahasa, artinya “menulis dengan warna”.
Teknik kromatografi ini akhirnya terus dikembangkan oleh para kromatografer lainnya antara lain R. Kurn, salah seorang kromatografer yang sangat intens mengembangkan teknik ini. Percobaannya dengan memisahkan pigmen-pigmen tumbuhan seperti karotin membuahkan hasil. Dengan kegigihannya ini, Kurn dianugrahi medali Nobel pada tahun 1931 untuk pertama kalinya dalam bidang kromatografi. Demikian juga, Martin dan Synge mendapatkan medali Nobel pada tahun 1952 setelah sukses dengan penemuannya dalam memisahkan berbagai jenis asam amino dan asam nukleat. Kesuksesan yang telah diraih oleh  para penemu ini, mengilhami banyak para kromatografer lainnya untuk lebih gigih mengembangkan teknik ini ke yang lebih modern lagi.
BAB II
ISI

II.1 Pengertian Kromatografi Pertukaran Ion
Kromatografi Pertukaran ion adalah proses pemurnian senyawa spesifik di dalam larutan campuran atau proses substitusi satu jenis senyawa ionik dengan yang lain terjadi pada permukaan fase stasioner. Fase stasioner tersebut merupakan suatu matriks yang kuat (rigid), yang permukaannya mempunyai muatan, dapat berupa muatan positif maupun negatif. Mekanisme pemisahan berdasarkan pada daya tarik elektrostatik.
Kromatografi pertukaran ion adalah jenis kromatografi yang melibatkan reaksi kimia dalam pemisahannya. Dengan demikian, kesetimbangan yang terjadi di permukaan berbeda dengan kesetimbangan kromatografi lainnya. Komponen ionik akan tertahan secara selektif karena berkaitan dengan penukar ion yang ada pada fase diam. Kromatografi ini mempunyai keterbatasan karena berkaitan dengan perhitungan kimia.
Bila matriks padat tersebut mempunyai gugus fungsional yang bermuatan negatif seperti gugus sulfonat (-SO3-), maka akan dapat berfungsi sebagai penukar kation. Sebaliknya, bila bermuatan positif, misalnya mempunyai gugus amin kuaterner (-N(CH)3+), maka akan dapat berfungsi sebagai penukar anion. Kromatografi ini sangat bermanfaat untuk memisahkan molekul – molekul bermuatan terutama ion – ion baik anion maupun kation. Metode ini pertama kali dikembangkan oleh seorang ilmuwan bernama Thompson pada tahun 1850. Secara umum, teradapat dua jenis kromatografi pertukaran ion, yaitu:
1.    Kromatografi pertukaran kation, bila molekul spesifik yang diinginkan bermuatan positif dan kolom kromatografi yang digunakan bermuatan negatif. Kolom yang digunakan biasanya berupa matriks dekstran yang mengandung gugus karboksil (-CH2-CH2-CH2SO3- dan -O-CH2COO-). Larutan penyangga (buffer) yang digunakan dalam sistem ini adalah asam sitrat, asam laktat, asam asetat, asam malonat, buffer MES dan fosfat.
2.    Kromatografi pertukaran anion, bila molekul spesifik yang diinginkan bermuatan negatif dan kolom kromatografi yang digunakan bermuatan positif. Kolom yang digunakan biasanya berupa matriks dekstran yang mengandung gugus -N+(CH3)3, -N+(C2H5)2H, dan –N+(CH3)3. Larutan penyangga (buffer) yang digunakan dalam sistem ini adalah N-metil piperazin, bis-Tris, Tris, dan etanolamin.    
Metode ini banyak digunakan dalam memisahkan molekul protein (terutama enzim). Molekul lain yang umumnya dapat dimurnikan dengan menggunakan kromatografi pertukaran ion ini antara lain senyawa alkohol, alkaloid, asam amino, dan nikotin. Kromatografi penukar ion dilakukan dengan fasa diam yang mempunyai gugus fungsi bermuatan.
Pada kromatografi penukar anion ion cuplikan X- bersaing dengan ion fasa gerak Y- terhadap bagian ionik pada penukar ion R. Pemisahan ion sederhana berdasarkan pada perbedaan kekuatan interaksi ion terlarut dengan resina. Jika senyawa terlarut berinteraksi lemah dengan adanya ion fasa gerak, ion terlarut keluar awal pada kromatogram, sedangkan senyawa terlarut yang berinteraksi kuat dengan resina, berarti lebih kuat terikat dan keluar belakangan.
Resin penukar ion
Fase diam yang digunakan biasanya berupa resin yang merupakan matriks tiga dimensi yang dirancang khusus untuk membawa beberapa gugus penukar ion-ion. Penukar ion ini berupa gugus fungsi yang dapat terionkan. Dengan demikian, ada pada fase diam sebuah situs ionik dengan muatan tertentu dan tidak larut selama elusi dan akan dinetralkan dengan spesies bermuatan berlawanan yang dapat larut pada waktu elusi untuk ditukarkan dengan partikel dengan muatan sama dari senyawa yang dibawa olehfase gerak. Dengan demikian, kesetimbangan ionik akan terjaga selama elusi.
Resin dibuat dengan polimerasi beberapa monomer seperti stirena dan divinil benzena. Variasi monomer digunakan untuk mengendalikan kerapatan dan kekerasan meterial, ukuran pori serta kekuatan “swelling” dari resin. Sweling adalah kemampuan resin untuk menerima molekul eluen sehingga strukturnya lebih mudah dilalui oleh molekul senyawa yang dipisahkan. Kemampuan swelling ini sangat menentukan porositas resin dan kemudahan resin dilewati oleh eluen dan sekaligus menjalankan fungsi pemisahannya. Hal ini sangat tergantung pada rancangan polimerisasi resin pada awalnya.
Ada resin yang berfungsi sebagai penukar ion positif atau penukar ion negatif. Penukar kation dibuat dengan menambahkan gugus fungsi asam, misalnya dengan cara sulfonasi sehingga gugus sulfonat akan terikat di beberapa cincin aromatik. Asam sulfonat sangat kuat dan dapat mendisosiasikan protonnya walaupun proton-proton ini akan berada di sekitar resin sampai ada ion positif lewat dan menukarnya. Sedangkan penukar kation asam lemah dibuat dengan menambahkan asam karboksilat pada matriks poliakrilik.
Kapasitas penukaran ion (exchange capacity) setara dengan jumlah ekuivalen proton yang dapat dipertukarkan tiap satuan volume resin. Jika kapasitas resin telah tercapai, biasanya dilakukan daur ulang dengan mencuci resin dengan asam sehingga komponen yang tertahan dalam resin dapat dikeluarkan kembali sehingga kapasitas dapat dikembalikan.
Penukar anion dibuat dengan memasukan gugus fungsi basa sehingga resin dapat menukar anion. Penukar ion kuat dibuat dengan amina tersier sehingga menghasilkan gugus amonium kuarterner kuat. Amina sekunder menghasilkan  penukar anion lebih lemah.








Beberapa resin penukar ion yang digunakan dalam kromatografi penukar ion
Tipe
Nature
Kapasitas meq./mL
Nama trivial
Kation kuat
Polistirena tersulfonasi
1,9
Dowex 50 Amberlite IR 120
Kation lemah
Asam akrilat condensed
4,2
Amberlite IRC 50
Anion kuat
Polistirena dengan CH2NMe3Cl
1,2
Dowex 1 Amberlite IRA 400
Anion lemah
Polistirena dengan amina sekunder
2,0
Dowex 3 Amberlite IR 45

Berdasarkan pada keberadaan gugusan labilnya; resin penukar ion dapat secara luas diklasifikasikan dalam empat golongan, yakni :
a)    Resin penukar kation bersifat asam kuat (mengandung gugusan HSO3).
b)   Resin penukar kation bersifat asam lemah (mengandung gugusan –COOH).
c)    Resin penukar anion bersifat basa kuat (mengandung gugusan amina tersier atau kuartener).
d)   Resin penukar anion bersifat basa lemah (mengandung OH sebagai gugusan labil).

Sifat-sifat resin
Salah satu sifat resin yang menguntungkan adalah mudah menyerap air karena karakternya higroskopis. Dengan masuknya air dalam jumlah tertentu, menyebabkan elusi dapat terjadi. Beberapa sifat lain dari resin adalah:
1.      Ukuran partikel, yang menentukan permeabilitas resin sehingga mempengaruhi kecepatan pertukaran ion.
2.      Derajat cross-linking atau derajat hubungan silang dari monomer pada saat resin dibuat, yang menentukan porositas dan kekerasan serta kemampuan menyerap air (swelling)
3.      Tipe gugus fungsi, yang menentukan jenis pertukaran ion
4.      Kekuatan gugus fungsi, yang menentukan koefisien distribusi tiap senyawa analit.
5.             Jumlah gugus fungsi, yang menentukan kapasitas resin.

Beberapa prinsip pertukaran ion
Pertukaran ion yang terjadi di resin selama elusi dapat dilukiskan dengan persamaan reaksi biasa. Konstanta kesetimbangan (koefisien selektivitas) akan menjadi K yang sangat dipengaruhi oleh keadaan resin dan banyak faktor lain. Secara empiris ada beberapa hal yang perlu diperhitungkan dalam menentukan koefisien selektivitas, yaitu:
1.             Koefisien selektivitas akan mendekati harga1 jika derajat hubungan silang/cross link menurun
2.             Ion kecil dan terhidrasi menyebabkan afinitas resin semakin besar pula.
3.             Afinitas dari ion organik dengan massa molekul besar biasanya juga besar, mungkin karena bertambahnya gaya-gaya van der waals.
Karena pertukaran ion melibatkan reaksi kimia biasa maka pH akan berpengaruh pada pola pemisahannya.urutan ini dapat berubah jika pH diikutsertakan dalam sistem karena pH secara langsung akan mengubah afinitas terhadap fase gerak dan fase diam. Disosiasi dari asam dan basa lemah, hidrolisis garam serta ion-ion logam akan dikendalikan oleh pHdari suasana mediumnya. Dengan demikian, kita dapat mengatur kondisi pemisahan dengan mengubah-ubah pH dari sistem atau menggunakan larutan penyangga untuk mempertahankan pH.
Pada pemisahan logam menunjukan bahwa kerja pH mengubah keterpisahan dan juga bentuk kromatogram. Dengan demikian, untuk kerja pemisahan baik senyawa-senyawa anorganik maupun organik dapat dioptimasi dengan menggunakan parameter pH fase gerak.
Teknik dan pengembangan kromatografi pertukaran ion
Pemilihan resin didasarkan pada kegunaannya. Ada beberapa jenis resin termasuk kapasitas resin dan juga porositas resin serta jenis aplikasi yang diharapkan. Resin  yang sudah dibuat seimbang dengan pelarut diisikan ke kolom dan elusi dilakukan. Deteksi pemisahan sering kali agak susah dilakukan karena eluat akan dipenuhi ion yang ditukarkan. Cara yang ditempuh adalah dengan pembacaan secara kontinu dengan serapan ultraviolet, perubahan indeks refraksi, pH, dan sifat-sifat polarografi. Beberapa cara konvensional masih sering dilakukan dengan beberapa cara, namun cara yang umum adalah dengan menampung fraksi-fraksi yang diperkirakan memberi informasi mengenai solut yang dipisahkan, lalu dilakukan analisis tersendiri.
Aplikasi umum
Adapun aplikasi dari kromatografi pertukaran ion biasanya berupa pemisahan ion-ion renik dalam sampel, misalnya untuk tujuan pemurnian air minum. Kerena resin fese diam mempunyai kapasitas maka pemisahan tidak dapat dilakukan terus-menerus dalam waktu lama karena permukaan dan situs penukar ion akan habis. Industri larutan standar atau obat-obatan sering memanfaatkan prinsip kromatografi penukaran ion.
Dalam bidang penelitian kimia dan biokimia, kromatografi pertukaran ion sering dilakukan untuk pemisahan asam amino atau enzim-enzim. Tujuan pemurnian juga sering menggunakan metode ini. Pemisahan logam-logam juga menggunakan metode kromatografi pertukaran ion. Namun, logam-logam yang dipisahkanharus terbatas jumlahnya dan tidak terlalu besar.

Komponen Dasar Kromatografi Pertukaran Ion
1.             Eluent, yang berfungsi sebagai fase gerak yang akan membawa sampel tersebut masuk ke dalam kolom pemisah.
2.             Pompa, yang berfungsi untuk mendorong eluent dan sampel tersebut masuk ke dalam kolom. Kecepatan alir ini dapat dikontrol dan perbedaan kecepatan bisa mengakibatkan perbedaan hasil.
3.             Injektor, tempat memasukkan sampel dan kemudian sampel dapat didistribusikan masuk ke dalam kolom.
4.             Kolom pemisah ion, berfungsi untuk memisahkan ion-ion yang ada dalam sampel. Keterpaduan antara kolom dan eluent bisa memberikan hasil/puncak yang maksimal, begitu pun sebaliknya, jika tidak ada kesesuaian, maka tidak akan memunculkan puncak.
5.             Detektor, yang berfungsi membaca ion yang lewat ke dalam detektor.
6.             Rekorder data, berfungsi untuk merekam dan mengolah data yang masuk.
Gambar 1. Komponen dasar kromatografi pertukaran ion
Gambar 2. menunjukkan dua buah kolom
Kolom pemisah kation dan kolom pemisah anion. Kolom pemisah inilah yang menjadi inti dalam teknik pemisahan kromatografi ion. Benda inilah yang bisa memisahkan ion-ion tersebut ketika sampel dilewatkan ke dalamnya, sehingga puncak yang muncul secara bergantian dan berurutan. Bisa diibaratkan dalam tubuh manusia bahwa kolom ini adalah sebagai jantung pada manusia, sehingga tanpa jantung, manusia tidak bisa hidup. Demikian halnya pada teknik ini, tanpa adanya kolom pemisah, maka tidak akan mungkin terjadi pemisahan ion (Weiss, 1995).

Perhatian dalam preparasi kolom
1.            Pemilihan dan preparasi resin
Sifat-sifat yang perlu diperhatikan dalam membeli resin dalam perdagangan ialah ukuran partikel (mesh), tingkat ikatan silang, dan kualitasnya (analitycal grade; AG).
2.            Pembengkakan (swelling)
Bila penukar ion, misalnya resin yang tersulfonasi diberi air, gugus SO3- dan H+ seolah-olah terlarut dalam konsentrasi yang tinggi dalam matriks. Karenanya air bertendensi untuk mendifusi kedalam matriks.



3.            Kapasitas kolom
Kapasitas penukar ion akan mempengaruhi banyaknya sampel maksimum yang dapat dianalisis dan dipakai untuk mengetahui stabilitas resin.
4.            Cara deteksi
Untuk hal-hal khusus digunakan : adsorbsi sinar, indeks refraksi, pH, radioaktivitas dan pengukuran polarografik.

Kelebihan Kromatografi Pertukaran Ion
Beberapa kelebihan yang dimiliki kromatografi ion sehingga menjadikan “the best choice” dalam dunia pemisahan ion-ion di antaranya : 
A.    Kecepatan (speed) 
Kecepatan dalam analisis suatu sampel menjadi aspek yang sangat penting dalam hal analisis ion. Salah satu yang menyebabkannya adalah masalah klasik yaitu untuk mengurangi biaya dan bisa menghasilkan data-data analisis yang akurat dan cepat. Namun, sebenarnya yang lebih penting adalah memberikan andil dengan maksimal dalam perhatian kepada kondisi lingkungan (environmental efforts) yang dari hari ke hari jumlah sampel yang mau dianalisis (untuk diketahui kandungan apa saja di dalamnya) semakin bertambah. Itulah sebabnya, teknik ini terus dikembangkan orang untuk mendapatkan teknik pemisahan/pendeteksian yang lebih praktis dengan biaya yang relatif murah. Sebagai tambahan pula bahwa limbah (waste) yang dihasilkan dari penggunaan eluen dapat dikurangi. 
B.     Sensitivitas (sensitivity)
Dengan berkembangnnya teknologi mikroprosessor, mulailah orang mengkombinasikannya dengan efisiensi kolom pemisah, mulai skala konvensional (ukuran diameter dalam milimeter) sampai skala mikro yang biasa juga disebut microcolumn. Sehingga walaupun hanya dengan jumlah sampel yang sangat sedikit, misal 10µl yang diinjetkan ke dalam sistem kromatografi, ion-ion yang ada dalam sampel tersebut dapat terdeteksi dengan baik.
C.            Selektivitas (selectivity) 
Dengan sistem ini, bisa dilakukan pemisahan berdasarkan keinginan, misalnya kation/anion organik saja atau kation/anion anorganik yang ingin dipisahkan. Itu dapat dilakukan dengan memilih kolom pemisah yang tepat. Ataupun hanya ion tertentu yang ingin diukur walaupun banyak ion lain yang ada dalam sampel.
D.           Pendeteksian yang serempak (simultaneous detection)
Secara umum, anion dan kation dipisahkan/dideteksi terpisah dengan menggunakan sistem analisis yang terpisah (different systems). Padahal sangat penting dilakukan pendeteksian secara serempak (simultaneous) antara anion dan kation dalam dalam sekali injek untuk sebuah sampel. Tentunya, pendekatan yang terakhir ini punya sejumlah kelebihan dibanding pemisahan terpisah. Sebagaimana telah dijelaskan di atas, beberapa kelebihan di antaranya dapat menekan biaya operasional, memperkecil jumlah limbah saat analisis berlangsung, memperpendek waktu analisis (short time analysis) serta dapat memaksimalkan hasil yang diinginkan.
E.            Kestabilan pada kolom pemisah (stability of the separator column)
Walaupun sebenarnya, ketahanan kolom ini berdasarkan pada paking (packing) material yang diisikan ke dalam kolom pemisah. Namun, kebanyakan kolom pemisah bisa bertahan pada perubahan yang terjadi pada sampel, misalnya konsentrasi suatu ion terlalu tinggi, tidak akan mempengaruhi kestabilan material penyusun kolom. Walapun diakui bahwa ada juga kolom pemisah yang mempunyai waktu penggunaan yang tidak terlalu lama, dikarenakan paking kolom yang kurang baik atau karena faktor internal lainnya (Amin, 2009).




Penggunaan kromatografi Pertukaran ion
Sampel cair yang mengandung ion atau logam ini bisa diketahui atau dianalisis dengan menggunakan teknik kromatografi ion (ion chromatography). Dengan menggunakan teknik kromatografi ion, anda bisa memastikan ion-ion atau logam secara kualitatif ataupun kuantitatif dari sampel. Dalam waktu yang singkat, ion-ion positif (kation) seperti : Na+, NH4+, K+, Mg2+, Ca2+, Ag+, Cu2+, Fe2+ dan sejumlah kation lainnya atau ion-ion negatif (anion) seperti : F-, PO43-, Cl-, NO2-, Br-, SO42-, CN-, I-, IO3-, dan sejumlah jenis anion lainnya dapat diketahui secara pasti kepekatan perjumlahnya. Bahkan lebih dari itu, berbagai jenis ion (anion atau kation) dalam sampel, dapat ditentukan secara serentak (simultaneous) dalam satu kromatogram (one chromatogram run).
Pada umumnya, anion dan kation dapat diketahui dan dipisahkan dengan menggunakan teknik pemisahan. Atau dengan kata lain, untuk sekali injek sampel saja ke dalam sistem kromatografi ion, berbagai-bagai puncak kromatogram (chromatogram peaks) dari anion atau kation akan muncul. Inilah salah satu yang menjadikan teknik ini lebih populer, bukan saja sensitivitas dan selektivitasnya, tetapi juga waktu analisisnya yang relatif singkat dan juga hasilnya yang maksimal.
Teknik kromatografi ion merupakan salah satu subset dari kromatografi, khususnya kromatografi cair (LC=liquid chromatography). Teknik ini dapat menentukan kepekatan spesies ion-ion (anion atau kation) dengan memisahkannya berdasarkan pada interaksinya dengan Resin yang ada dalam kolom pemisah dan mobile phase yang digunakan. Spesies ion-ion ini kemudian dapat dipisahkan (separated) dalam kolom tersebut berdasarkan pada jenis, ukuran dan afiniti elektronnya.
Campuran anion dan kation dalam suatu sampel dapat diketahui dan jumlah ion-ion tersebut dapat ditentukan dalam waktu yang relatif singkat (relatively short time). Suatu ion dalam sampel dengan kepekatan yang sangat rendah, masih bisa diukur dengan teknik ini. Disebabkan itulah, teknik kromatografi ion menjadi pilihan bagi peneliti dalam mengetahui ion yang ada dalam sampel cair, karena teknik ini mempunyai kemampuan menentukan kepekatan ion atau logam pada level ppt (parts per trillion). Ia juga mudah digunakan serta tidak rumit dalam pengendalian peralatan ini.
Pada umumnya, aplikasi teknik ini lebih menjurus kepada teknik mengetahui ion-ion non organik serta ion-ion organik di mana berat molekul relatif kecil, dan/atau ion-ion organik dengan berat molekul yang besar dapat diketahui dengan baik dengan didahului persiapan sampel yang baik.

Beberapa kegunaan Kromatografi Pertukaran Ion lainnya :
1.      Untuk menghilangkan ion
Untuk menghilangkan ion-ion keseluruhannya, air tersebut dapat dialirkan melalui penukar kation, kemudian dialirkan melalui penukar anion, yang akan menghilangkan semua anion dan diganti dengan ion hidroksida. Bila kedua resin tersebut (kation dan anion) dijadikan satu, penghilangan kedua jenis ion tersebut sekaligus dapat dikerjakan.
2.      Mengkonsentrasikan komponen berkadar kecil
Ion-ion yang jumlahnya kecil (trace element) dapat dikonsentrasikan dengan penukar ion. Setelah ion solut terikat dalam kolom, kemudian dielusi dengan jumlah eluen yang kecil.
3.      Pemisahan asam-asam amino
Pada suatu pH, Asam-asam amino dapat dipisahkan menjadi tiga golongan berdasarkan titik isoelektrisnya. Dengan demikian campuran asam-asam amino dapat dipisahkan dalam suatu aliran fase mobil dengan secara gradual dengan merubah pH untuk elusi (gradient elution). Perubahan pH sering dikombinasikan dengan perubahan suhu.


BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
     Kromatografi Pertukaran ion adalah proses pemurnian senyawa spesifik di dalam larutan campuran atau proses substitusi satu jenis senyawa ionik dengan yang lain terjadi pada permukaan fase stasioner. Fase stasioner tersebut merupakan suatu matriks yang kuat (rigid), yang permukaannya mempunyai muatan, dapat berupa muatan positif maupun negatif. Mekanisme pemisahan berdasarkan pada daya tarik elektrostatik.
     Kromatografi penukar ion merupakan kromatografi yang berdasarkan penukaran ion-ion secara equivalen antara larutan dan gugusan fungsional resin yang mengandung ion-ion yang dapat ditukar
     Ada dua jenis kromatografi pertukaran ion, yaitu kromatogrofi pertukaran kation dan kromatografi pertukaran anion. Komponen dasar kromatografi pertukaran ion diantaranya eluent, pompa, injektor, kolom pemisah ion, detektor, dan rekorder data.

Daftar Pustaka
Surjani Wanorahardjo.2013.Metode Metode Pemisahan Kimia.Akademia permata: Jakarta2014. di ambil pada tanggal 19 November 2014 dari https://www.google.com/search?q=kromatografi+pertukaran+ion&ie=utf-8&oe=utf-8&aq=t&rls=org.mozilla:en-US:official&client=firefox-a


Tidak ada komentar:

Posting Komentar