BAB I
PENDAHULUAN
Untuk mengetahui kandungan ion atau logam pada suatu sampel cair atau
mengetahui kandungan senyawa yang ada dalam food and beverage industry
(industri makanan dan minuman) dan semiconductor industry (industri
semikonduktor) dalam beberapa menit dapat digunakan sebuah teknik pemisahan
yang dinamakan kromatografi. Bahkan dengan metode pemisahan ini, dapat
ditentukan ion/logam/senyawa dari sampel yang diteliti secara kualitatif maupun
kuantitatif. Dalam hitungan beberapa menit saja, ion-ion bermuatan positif (kation)
seperti : Na+, NH4+, K+, Mg2+,
Ca2+, Ag+, Cu2+ dan sejumlah kation lainnya
atau ion-ion bermuatan negatif (anion) seperti : F-, Cl-,
NO2-, Br-, SO42- dan
jenis anion lainnya dapat diketahui konsentrasi/jumlahnya dalam suatu sampel.
Bahkan lebih daripada itu, berbagai ion (anion dan/atau kation) dalam
sampel, dapat ditentukan secara simultaneous (serempak) dalam sebuah chromatogram
(kromatogram). Dengan kata lain, untuk sekali injet sampel saja ke dalam sistem
kromatografi, berbagai peak (puncak) anion dan/atau kation akan muncul. Inilah
salah satu yang menjadikan teknik ini lebih populer karena waktu analisisnya
yang sangat singkat dan dengan hasil yang maksimal.
Teknik pemisahan kromatografi pertama kali diperkenalkan oleh seorang ahli
tumbuh-tumbuhan berkebangsaan Rusia yang bernama Mikhail Tswett pada tahun 1906. Tswett memulai percobaannya dengan
memisahkan sejumlah leaf pigments (zat warna daun) seperti klorofil dan
xantofil dengan mengalirkan solution (larutan) ekstrak daun tersebut ke
dalam sebuah kolom gelas yang sebelumnya diisi tepung kalsium karbonat yang
dibuatnya sendiri. Dia menamakan fenomena yang ditemukannya ini dengan “Chromatography”
(kromatografi). Yang dalam bahasa Rusia, chroma berarti “warna” dan graphein
berarti “menulis”. Sehingga kalau diartikan secara bahasa, artinya
“menulis dengan warna”.
Teknik kromatografi ini akhirnya terus dikembangkan oleh para kromatografer
lainnya antara lain R. Kurn, salah seorang kromatografer yang sangat intens
mengembangkan teknik ini. Percobaannya dengan memisahkan pigmen-pigmen tumbuhan
seperti karotin membuahkan hasil. Dengan kegigihannya ini, Kurn dianugrahi
medali Nobel pada tahun 1931 untuk pertama kalinya dalam bidang kromatografi.
Demikian juga, Martin dan Synge mendapatkan medali Nobel pada tahun 1952
setelah sukses dengan penemuannya dalam memisahkan berbagai jenis asam amino
dan asam nukleat. Kesuksesan yang telah diraih oleh para penemu ini,
mengilhami banyak para kromatografer lainnya untuk lebih gigih mengembangkan teknik
ini ke yang lebih modern lagi.
BAB II
ISI
II.1 Pengertian
Kromatografi Pertukaran Ion
Kromatografi Pertukaran ion
adalah proses pemurnian senyawa spesifik di dalam larutan campuran atau proses substitusi satu jenis senyawa ionik dengan yang lain terjadi pada
permukaan fase stasioner. Fase stasioner tersebut merupakan suatu matriks yang
kuat (rigid), yang permukaannya mempunyai muatan, dapat berupa muatan positif
maupun negatif. Mekanisme pemisahan berdasarkan pada daya tarik
elektrostatik.
Kromatografi pertukaran ion adalah jenis
kromatografi yang melibatkan reaksi kimia dalam pemisahannya. Dengan demikian,
kesetimbangan yang terjadi di permukaan berbeda dengan kesetimbangan
kromatografi lainnya. Komponen ionik akan tertahan secara selektif karena
berkaitan dengan penukar ion yang ada pada fase diam. Kromatografi ini
mempunyai keterbatasan karena berkaitan dengan perhitungan kimia.
Bila matriks padat tersebut
mempunyai gugus fungsional yang bermuatan negatif seperti gugus sulfonat (-SO3-),
maka akan dapat berfungsi sebagai penukar kation. Sebaliknya, bila bermuatan
positif, misalnya mempunyai gugus amin kuaterner (-N(CH)3+),
maka akan dapat berfungsi sebagai penukar anion. Kromatografi ini sangat
bermanfaat untuk memisahkan molekul – molekul bermuatan terutama ion – ion baik
anion maupun kation. Metode ini pertama kali dikembangkan oleh seorang
ilmuwan bernama Thompson pada tahun 1850. Secara umum, teradapat dua jenis
kromatografi pertukaran ion, yaitu:
1.
Kromatografi pertukaran kation, bila molekul spesifik
yang diinginkan bermuatan positif dan kolom kromatografi yang digunakan
bermuatan negatif. Kolom yang digunakan biasanya berupa matriks dekstran yang
mengandung gugus karboksil (-CH2-CH2-CH2SO3-
dan -O-CH2COO-). Larutan penyangga (buffer) yang
digunakan dalam sistem ini adalah asam sitrat, asam laktat, asam asetat, asam malonat, buffer MES
dan fosfat.
2.
Kromatografi pertukaran anion, bila molekul spesifik
yang diinginkan bermuatan negatif dan kolom kromatografi yang digunakan
bermuatan positif. Kolom yang digunakan biasanya berupa matriks dekstran yang
mengandung gugus -N+(CH3)3, -N+(C2H5)2H,
dan –N+(CH3)3. Larutan penyangga (buffer) yang digunakan
dalam sistem ini adalah N-metil piperazin, bis-Tris, Tris, dan etanolamin.
Metode ini
banyak digunakan dalam memisahkan molekul protein (terutama enzim). Molekul lain yang umumnya dapat
dimurnikan dengan menggunakan kromatografi pertukaran ion ini antara lain
senyawa alkohol, alkaloid, asam amino, dan nikotin. Kromatografi penukar ion dilakukan dengan fasa
diam yang mempunyai gugus fungsi bermuatan.
Pada kromatografi penukar anion ion cuplikan X- bersaing dengan
ion fasa gerak Y- terhadap
bagian ionik pada penukar ion R. Pemisahan ion sederhana berdasarkan pada
perbedaan kekuatan interaksi ion terlarut dengan resina. Jika senyawa terlarut
berinteraksi lemah dengan adanya ion fasa gerak, ion terlarut keluar awal pada
kromatogram, sedangkan senyawa terlarut yang berinteraksi kuat dengan resina,
berarti lebih kuat terikat dan keluar belakangan.
Resin
penukar ion
Fase diam yang
digunakan biasanya berupa resin yang merupakan matriks tiga dimensi yang dirancang
khusus untuk membawa beberapa gugus penukar ion-ion. Penukar ion ini berupa
gugus fungsi yang dapat terionkan. Dengan demikian, ada pada fase diam sebuah
situs ionik dengan muatan tertentu dan tidak larut selama elusi dan akan
dinetralkan dengan spesies bermuatan berlawanan yang dapat larut pada waktu
elusi untuk ditukarkan dengan partikel dengan muatan sama dari senyawa yang
dibawa olehfase gerak. Dengan demikian, kesetimbangan ionik akan terjaga selama
elusi.
Resin
dibuat dengan polimerasi beberapa monomer seperti stirena dan divinil benzena.
Variasi monomer digunakan untuk mengendalikan kerapatan dan kekerasan meterial,
ukuran pori serta kekuatan “swelling” dari resin. Sweling adalah kemampuan
resin untuk menerima molekul eluen sehingga strukturnya lebih mudah dilalui
oleh molekul senyawa yang dipisahkan. Kemampuan swelling ini sangat menentukan
porositas resin dan kemudahan resin dilewati oleh eluen dan sekaligus
menjalankan fungsi pemisahannya. Hal ini sangat tergantung pada rancangan
polimerisasi resin pada awalnya.
Ada
resin yang berfungsi sebagai penukar ion positif atau penukar ion negatif.
Penukar kation dibuat dengan menambahkan gugus fungsi asam, misalnya dengan
cara sulfonasi sehingga gugus sulfonat akan terikat di beberapa cincin aromatik.
Asam sulfonat sangat kuat dan dapat mendisosiasikan protonnya walaupun
proton-proton ini akan berada di sekitar resin sampai ada ion positif lewat dan
menukarnya. Sedangkan penukar kation asam lemah dibuat dengan menambahkan asam
karboksilat pada matriks poliakrilik.
Kapasitas
penukaran ion (exchange capacity) setara dengan jumlah ekuivalen proton yang
dapat dipertukarkan tiap satuan volume resin. Jika kapasitas resin telah
tercapai, biasanya dilakukan daur ulang dengan mencuci resin dengan asam
sehingga komponen yang tertahan dalam resin dapat dikeluarkan kembali sehingga
kapasitas dapat dikembalikan.
Penukar
anion dibuat dengan memasukan gugus fungsi basa sehingga resin dapat menukar
anion. Penukar ion kuat dibuat dengan amina tersier sehingga menghasilkan gugus
amonium kuarterner kuat. Amina sekunder menghasilkan penukar anion lebih lemah.
Beberapa resin
penukar ion yang digunakan dalam kromatografi penukar ion
Tipe
|
Nature
|
Kapasitas meq./mL
|
Nama trivial
|
Kation
kuat
|
Polistirena
tersulfonasi
|
1,9
|
Dowex
50 Amberlite IR 120
|
Kation
lemah
|
Asam
akrilat condensed
|
4,2
|
Amberlite
IRC 50
|
Anion
kuat
|
Polistirena
dengan CH2NMe3Cl
|
1,2
|
Dowex
1 Amberlite IRA 400
|
Anion
lemah
|
Polistirena
dengan amina sekunder
|
2,0
|
Dowex
3 Amberlite IR 45
|
Berdasarkan pada keberadaan gugusan labilnya; resin penukar ion dapat
secara luas diklasifikasikan dalam empat golongan, yakni :
a)
Resin penukar
kation bersifat asam kuat (mengandung gugusan HSO3).
b)
Resin penukar
kation bersifat asam lemah (mengandung gugusan –COOH).
c)
Resin penukar
anion bersifat basa kuat (mengandung gugusan amina tersier atau kuartener).
d)
Resin penukar
anion bersifat basa lemah (mengandung OH sebagai gugusan labil).
Sifat-sifat resin
Salah
satu sifat resin yang menguntungkan adalah mudah menyerap air karena
karakternya higroskopis. Dengan masuknya air dalam jumlah tertentu, menyebabkan
elusi dapat terjadi. Beberapa sifat lain dari resin adalah:
1. Ukuran
partikel, yang menentukan permeabilitas resin sehingga mempengaruhi kecepatan
pertukaran ion.
2. Derajat
cross-linking atau derajat hubungan silang dari monomer pada saat resin dibuat,
yang menentukan porositas dan kekerasan serta kemampuan menyerap air (swelling)
3. Tipe
gugus fungsi, yang menentukan jenis pertukaran ion
4. Kekuatan
gugus fungsi, yang menentukan koefisien distribusi tiap senyawa analit.
5.
Jumlah gugus fungsi, yang menentukan
kapasitas resin.
Beberapa
prinsip pertukaran ion
Pertukaran ion
yang terjadi di resin selama elusi dapat dilukiskan dengan persamaan reaksi
biasa. Konstanta kesetimbangan (koefisien selektivitas) akan menjadi K yang
sangat dipengaruhi oleh keadaan resin dan banyak faktor lain. Secara empiris
ada beberapa hal yang perlu diperhitungkan dalam menentukan koefisien
selektivitas, yaitu:
1.
Koefisien selektivitas akan mendekati
harga1 jika derajat hubungan silang/cross link menurun
2.
Ion kecil dan terhidrasi menyebabkan
afinitas resin semakin besar pula.
3.
Afinitas dari ion organik dengan massa
molekul besar biasanya juga besar, mungkin karena bertambahnya gaya-gaya van
der waals.
Karena pertukaran ion melibatkan reaksi
kimia biasa maka pH akan berpengaruh pada pola pemisahannya.urutan ini dapat
berubah jika pH diikutsertakan dalam sistem karena pH secara langsung akan
mengubah afinitas terhadap fase gerak dan fase diam. Disosiasi dari asam dan
basa lemah, hidrolisis garam serta ion-ion logam akan dikendalikan oleh pHdari
suasana mediumnya. Dengan demikian, kita dapat mengatur kondisi pemisahan
dengan mengubah-ubah pH dari sistem atau menggunakan larutan penyangga untuk
mempertahankan pH.
Pada pemisahan logam menunjukan bahwa
kerja pH mengubah keterpisahan dan juga bentuk kromatogram. Dengan demikian,
untuk kerja pemisahan baik senyawa-senyawa anorganik maupun organik dapat
dioptimasi dengan menggunakan parameter pH fase gerak.
Teknik
dan pengembangan kromatografi pertukaran ion
Pemilihan resin
didasarkan pada kegunaannya. Ada beberapa jenis resin termasuk kapasitas resin
dan juga porositas resin serta jenis aplikasi yang diharapkan. Resin yang sudah dibuat seimbang dengan pelarut
diisikan ke kolom dan elusi dilakukan. Deteksi pemisahan sering kali agak susah
dilakukan karena eluat akan dipenuhi ion yang ditukarkan. Cara yang ditempuh
adalah dengan pembacaan secara kontinu dengan serapan ultraviolet, perubahan
indeks refraksi, pH, dan sifat-sifat polarografi. Beberapa cara konvensional
masih sering dilakukan dengan beberapa cara, namun cara yang umum adalah dengan
menampung fraksi-fraksi yang diperkirakan memberi informasi mengenai solut yang
dipisahkan, lalu dilakukan analisis tersendiri.
Aplikasi
umum
Adapun aplikasi
dari kromatografi pertukaran ion biasanya berupa pemisahan ion-ion renik dalam
sampel, misalnya untuk tujuan pemurnian air minum. Kerena resin fese diam
mempunyai kapasitas maka pemisahan tidak dapat dilakukan terus-menerus dalam
waktu lama karena permukaan dan situs penukar ion akan habis. Industri larutan
standar atau obat-obatan sering memanfaatkan prinsip kromatografi penukaran
ion.
Dalam
bidang penelitian kimia dan biokimia, kromatografi pertukaran ion sering
dilakukan untuk pemisahan asam amino atau enzim-enzim. Tujuan pemurnian juga
sering menggunakan metode ini. Pemisahan logam-logam juga menggunakan metode
kromatografi pertukaran ion. Namun, logam-logam yang dipisahkanharus terbatas
jumlahnya dan tidak terlalu besar.
Komponen Dasar Kromatografi Pertukaran Ion
1.
Eluent, yang berfungsi sebagai fase gerak yang akan
membawa sampel tersebut masuk ke dalam kolom pemisah.
2.
Pompa, yang berfungsi untuk mendorong eluent dan
sampel tersebut masuk ke dalam kolom. Kecepatan alir ini dapat dikontrol dan
perbedaan kecepatan bisa mengakibatkan perbedaan hasil.
3.
Injektor, tempat memasukkan sampel dan kemudian sampel
dapat didistribusikan masuk ke dalam kolom.
4.
Kolom pemisah ion, berfungsi untuk memisahkan ion-ion
yang ada dalam sampel. Keterpaduan antara kolom dan eluent bisa memberikan
hasil/puncak yang maksimal, begitu pun sebaliknya, jika tidak ada kesesuaian,
maka tidak akan memunculkan puncak.
5.
Detektor, yang berfungsi membaca ion yang lewat ke
dalam detektor.
6.
Rekorder data, berfungsi untuk merekam dan mengolah
data yang masuk.
Gambar
1. Komponen dasar kromatografi pertukaran ion
Gambar 2. menunjukkan dua buah kolom
Kolom pemisah kation dan kolom pemisah anion. Kolom pemisah inilah yang
menjadi inti dalam teknik pemisahan kromatografi ion. Benda inilah yang bisa
memisahkan ion-ion tersebut ketika sampel dilewatkan ke dalamnya, sehingga
puncak yang muncul secara bergantian dan berurutan. Bisa diibaratkan dalam
tubuh manusia bahwa kolom ini adalah sebagai jantung pada manusia, sehingga
tanpa jantung, manusia tidak bisa hidup. Demikian halnya pada teknik ini, tanpa
adanya kolom pemisah, maka tidak akan mungkin terjadi pemisahan ion (Weiss,
1995).
Perhatian dalam preparasi kolom
1.
Pemilihan dan
preparasi resin
Sifat-sifat yang perlu diperhatikan dalam membeli resin dalam perdagangan
ialah ukuran partikel (mesh), tingkat ikatan silang, dan kualitasnya
(analitycal grade; AG).
2.
Pembengkakan
(swelling)
Bila penukar ion, misalnya resin yang tersulfonasi diberi air, gugus SO3-
dan H+ seolah-olah terlarut dalam konsentrasi yang tinggi dalam
matriks. Karenanya air bertendensi untuk mendifusi kedalam matriks.
3.
Kapasitas kolom
Kapasitas penukar ion akan mempengaruhi banyaknya sampel maksimum yang
dapat dianalisis dan dipakai untuk mengetahui stabilitas resin.
4.
Cara deteksi
Untuk hal-hal khusus digunakan : adsorbsi sinar, indeks refraksi, pH,
radioaktivitas dan pengukuran polarografik.
Kelebihan Kromatografi Pertukaran Ion
Beberapa kelebihan yang dimiliki kromatografi ion sehingga menjadikan “the
best choice” dalam dunia pemisahan ion-ion di antaranya :
A.
Kecepatan (speed)
Kecepatan dalam analisis suatu
sampel menjadi aspek yang sangat penting dalam hal analisis ion. Salah satu
yang menyebabkannya adalah masalah klasik yaitu untuk mengurangi biaya dan bisa
menghasilkan data-data analisis yang akurat dan cepat. Namun, sebenarnya yang
lebih penting adalah memberikan andil dengan maksimal dalam perhatian kepada
kondisi lingkungan (environmental efforts) yang dari hari ke hari jumlah sampel
yang mau dianalisis (untuk diketahui kandungan apa saja di dalamnya) semakin
bertambah. Itulah sebabnya, teknik ini terus dikembangkan orang untuk
mendapatkan teknik pemisahan/pendeteksian yang lebih praktis dengan biaya yang
relatif murah. Sebagai tambahan pula bahwa limbah (waste) yang dihasilkan dari
penggunaan eluen dapat dikurangi.
B.
Sensitivitas (sensitivity)
Dengan berkembangnnya teknologi mikroprosessor, mulailah orang
mengkombinasikannya dengan efisiensi kolom pemisah, mulai skala konvensional
(ukuran diameter dalam milimeter) sampai skala mikro yang biasa juga disebut
microcolumn. Sehingga walaupun hanya dengan jumlah sampel yang sangat sedikit,
misal 10µl yang diinjetkan ke dalam sistem kromatografi, ion-ion yang ada dalam
sampel tersebut dapat terdeteksi dengan baik.
C.
Selektivitas (selectivity)
Dengan sistem ini, bisa dilakukan pemisahan berdasarkan keinginan, misalnya
kation/anion organik saja atau kation/anion anorganik yang ingin dipisahkan.
Itu dapat dilakukan dengan memilih kolom pemisah yang tepat. Ataupun hanya ion
tertentu yang ingin diukur walaupun banyak ion lain yang ada dalam sampel.
D.
Pendeteksian yang serempak (simultaneous detection)
Secara umum, anion dan kation dipisahkan/dideteksi terpisah dengan menggunakan
sistem analisis yang terpisah (different systems). Padahal sangat penting
dilakukan pendeteksian secara serempak (simultaneous) antara anion dan kation
dalam dalam sekali injek untuk sebuah sampel. Tentunya, pendekatan yang
terakhir ini punya sejumlah kelebihan dibanding pemisahan terpisah. Sebagaimana
telah dijelaskan di atas, beberapa kelebihan di antaranya dapat menekan biaya
operasional, memperkecil jumlah limbah saat analisis berlangsung, memperpendek
waktu analisis (short time analysis) serta dapat memaksimalkan hasil yang
diinginkan.
E.
Kestabilan pada kolom pemisah (stability of the
separator column)
Walaupun sebenarnya, ketahanan kolom ini berdasarkan pada paking (packing)
material yang diisikan ke dalam kolom pemisah. Namun, kebanyakan kolom pemisah
bisa bertahan pada perubahan yang terjadi pada sampel, misalnya konsentrasi
suatu ion terlalu tinggi, tidak akan mempengaruhi kestabilan material penyusun
kolom. Walapun diakui bahwa ada juga kolom pemisah yang mempunyai waktu
penggunaan yang tidak terlalu lama, dikarenakan paking kolom yang kurang baik
atau karena faktor internal lainnya (Amin, 2009).
Penggunaan kromatografi Pertukaran ion
Sampel cair yang mengandung ion atau logam ini bisa diketahui atau
dianalisis dengan menggunakan teknik kromatografi ion (ion chromatography).
Dengan menggunakan teknik kromatografi ion, anda bisa memastikan ion-ion atau
logam secara kualitatif ataupun kuantitatif dari sampel. Dalam waktu yang
singkat, ion-ion positif (kation) seperti : Na+, NH4+,
K+, Mg2+, Ca2+, Ag+, Cu2+,
Fe2+ dan sejumlah kation lainnya atau ion-ion negatif (anion)
seperti : F-, PO43-, Cl-, NO2-,
Br-, SO42-, CN-, I-, IO3-,
dan sejumlah jenis anion lainnya dapat diketahui secara pasti kepekatan
perjumlahnya. Bahkan lebih dari itu, berbagai jenis ion (anion atau kation)
dalam sampel, dapat ditentukan secara serentak (simultaneous) dalam satu
kromatogram (one chromatogram run).
Pada umumnya, anion dan kation dapat diketahui dan dipisahkan dengan
menggunakan teknik pemisahan. Atau dengan kata lain, untuk sekali injek sampel
saja ke dalam sistem kromatografi ion, berbagai-bagai puncak kromatogram
(chromatogram peaks) dari anion atau kation akan muncul. Inilah salah satu yang
menjadikan teknik ini lebih populer, bukan saja sensitivitas dan selektivitasnya,
tetapi juga waktu analisisnya yang relatif singkat dan juga hasilnya yang
maksimal.
Teknik kromatografi ion merupakan salah satu subset dari kromatografi,
khususnya kromatografi cair (LC=liquid chromatography). Teknik ini dapat
menentukan kepekatan spesies ion-ion (anion atau kation) dengan memisahkannya
berdasarkan pada interaksinya dengan Resin yang ada dalam kolom pemisah dan
mobile phase yang digunakan. Spesies ion-ion ini kemudian dapat dipisahkan
(separated) dalam kolom tersebut berdasarkan pada jenis, ukuran dan afiniti
elektronnya.
Campuran anion dan kation dalam suatu sampel dapat diketahui dan jumlah
ion-ion tersebut dapat ditentukan dalam waktu yang relatif singkat (relatively
short time). Suatu ion dalam sampel dengan kepekatan yang sangat rendah, masih
bisa diukur dengan teknik ini. Disebabkan itulah, teknik kromatografi ion menjadi
pilihan bagi peneliti dalam mengetahui ion yang ada dalam sampel cair, karena
teknik ini mempunyai kemampuan menentukan kepekatan ion atau logam pada level
ppt (parts per trillion). Ia juga mudah digunakan serta tidak rumit dalam
pengendalian peralatan ini.
Pada umumnya, aplikasi teknik ini lebih menjurus kepada teknik mengetahui
ion-ion non organik serta ion-ion organik di mana berat molekul relatif kecil,
dan/atau ion-ion organik dengan berat molekul yang besar dapat diketahui dengan
baik dengan didahului persiapan sampel yang baik.
Beberapa kegunaan Kromatografi Pertukaran Ion lainnya :
1. Untuk menghilangkan ion
Untuk menghilangkan ion-ion
keseluruhannya, air tersebut dapat dialirkan melalui penukar kation, kemudian
dialirkan melalui penukar anion, yang akan menghilangkan semua anion dan
diganti dengan ion hidroksida. Bila kedua resin tersebut (kation dan anion)
dijadikan satu, penghilangan kedua jenis ion tersebut sekaligus dapat
dikerjakan.
2. Mengkonsentrasikan komponen berkadar kecil
Ion-ion yang jumlahnya kecil
(trace element) dapat dikonsentrasikan dengan penukar ion. Setelah ion solut
terikat dalam kolom, kemudian dielusi dengan jumlah eluen yang kecil.
3.
Pemisahan asam-asam amino
Pada suatu pH, Asam-asam amino
dapat dipisahkan menjadi tiga golongan berdasarkan titik isoelektrisnya. Dengan
demikian campuran asam-asam amino dapat dipisahkan dalam suatu aliran fase
mobil dengan secara gradual dengan merubah pH untuk elusi (gradient elution).
Perubahan pH sering dikombinasikan dengan perubahan suhu.
BAB
III
PENUTUP
Kesimpulan
Kromatografi
Pertukaran ion adalah proses pemurnian senyawa spesifik di dalam larutan campuran
atau proses substitusi satu jenis senyawa ionik dengan
yang lain terjadi pada permukaan fase stasioner. Fase stasioner tersebut
merupakan suatu matriks yang kuat (rigid), yang permukaannya mempunyai muatan,
dapat berupa muatan positif maupun negatif. Mekanisme pemisahan berdasarkan pada
daya tarik elektrostatik.
Kromatografi penukar ion merupakan kromatografi
yang berdasarkan penukaran ion-ion secara equivalen antara larutan dan gugusan
fungsional resin yang mengandung ion-ion yang dapat ditukar
Ada dua jenis kromatografi pertukaran ion, yaitu kromatogrofi pertukaran kation dan kromatografi pertukaran anion. Komponen dasar kromatografi pertukaran ion diantaranya eluent, pompa, injektor, kolom
pemisah ion, detektor, dan rekorder data.
Daftar
Pustaka
Surjani
Wanorahardjo.2013.Metode Metode Pemisahan Kimia.Akademia permata: Jakarta2014.
di ambil pada tanggal 19 November 2014 dari https://www.google.com/search?q=kromatografi+pertukaran+ion&ie=utf-8&oe=utf-8&aq=t&rls=org.mozilla:en-US:official&client=firefox-a
Tidak ada komentar:
Posting Komentar