Sabtu, 28 Februari 2015

UJI KETELITIAN PIPETASI

UJI KETELITIAN PIPETASI

I.                   TUJUAN
1.1.Untuk mengetahui cara menggunakan pipet piston (clinipipete) serta membandingkan ketelitiannya dengan pipet gelas.
1.2.Untuk mengetahui cara mengukur konsentrasi sample dengan menggunakan alat spektrofotometer.

II.                PRINSIP
Berdasarkan hukum Lambert Beer
Hukum Lambert Beer menyatakan bahwa konsentrasi suatu zat berbanding lurus dengan jumlah cahaya yang diabsorbsi, atau berbanding terbalik dengan logaritma cahaya yang ditransmisikan. Hubungan antara absorbsi energi dan konsentrasi larutan ditunjukkan oleh Hukum Lambert Beer sebagai berikut:
A = a b c = log 2 – log %T
dimana:
A   = absorban
a    = absorbptivitas
b    = jalannya sinar pada larutan ( tebal kuvet )
c    = konsentrasi larutan
%T = persen transmittans


III.             REAKSI
                                        ____
                            

                                      
IV.             TEORI
Pipet, atau alat penetes cairan kimia, adalah alat laboratorium yang digunakan untuk memindahkan volume cairan terukur. Pipet biasa digunakan dalam pengujian-pengujian biologi molekular, kimia analitik, juga kedokteran. Pipet dibuat dalam berbagai macam jenis untuk tujuan yang berbeda-beda dengan tingkat ketelitian dan ketepatan yang berbeda-beda pula, mulai dari pipet beling tunggal sampai ke pipet yang dapat ditala secara kompleks, atau juga pipet elektronik. Banyak jenis pipet bekerja dengan membuat ruang hampa sebagian di atas ruang tampung cairan dan secara selektif melepaskan ruang hampa ini untuk menghentikan dan melepaskan cairan.
Pipet digunakan untuk memindahkan sejumlah larutan secara akurat dari suatu wadah (biasanya beker) ke dalam tabung reaksi untuk pengenceran atau penetapan kadar, biasanya bersama-sama dengan pengisi pipet (pipette fillers). Ada dua jenis pipet yang utama, yaitu pipet gelas dan pipet piston.

·            Pipet Gelas / Pipet Volume
Pipet volume atau pipet gondok adalah salah satu alat ukur kuantitatif dengan tingkat ketelitian tinggi, ditandai dengan bentuknya yang ramping pada penunjuk volume dan hanya ada satu ukuran volume. Pipet volume digunakan untuk memindahkan cairan dari satu wadah ke wadah yang lain, biasanya untuk memindahkan larutan baku primer atau sample pada proses titrasi. Pemindahan cairan dapat dilakukan secara manual dengan disedot menggunakan piller.
Cara pemakaian menggunakan piller:
1)      Pasangkan piller pada ujung pipet volume, keluarkan udara pada piller sampai kempes dengan menekan katup piller bagian atas.
2)      Masukkan piper volume ke dalam wadah berisi cairan sampai ujung pipet tercelup sedot cairan sampai melebihi batas ukur dengan menekan katup piller bagian tengah (antara piller dan pipet).
3)      Lap bagian luar pipet dengan kertas tissue untuk mencegah adanya cairan yang nempel di dinding luar ikut turun pada saat proses pemindahan.
4)      Turunkan cairan sampai miniskus tepat pada batas ukur, dengan menekan katup piller bagian samping.
5)      Pindahkan cairan pada wadah lain dengan menekan katup samping piller dan atur posisi pipet volume tegak lurus dan ujung pipet ditempelkan pada wadah, proses ini untuk mencegah cairan keluar terlalu cepat sehingga masih ada cairan yang nempel pada dinding dalam pipet dan tidak ikut keluar.

·               Pipet Piston / Mikropipet
           Mikropipet dan adalah alat untuk memindahkan cairan yg bervolume cukup kecil, biasanya kurang dari 1000 µl. Banyak pilihan kapasitas dlm mikropipet, misalnya mikropipet yg dapat diatur volume pengambilannya (adjustable volume pipette) antara 1µl sampai 20 µl, atau mikropipet yg tidak bisa diatur volumenya, hanya tersedia satu pilihan volume (fixed volume pipette) misalnya mikropipet 5 µl. dlm penggunaannya, mikropipet memerlukan tip.
Cara penggunaan pipet piston adalah sebagai berikut:
1)      Sebelum digunakan Thumb Knob sebaiknya ditekan berkali-kali untuk memastikan lancarnya mikropipet.
2)      Masukkan Tip bersih ke dalam Nozzle / ujung mikropipet.
3)      Tekan Thumb Knob sampai hambatan pertama / first stop, jangan ditekan lebih ke dalam lagi.
4)      Masukkan tip ke dalam cairan.
5)      Tahan pipet dalam posisi vertikal kemudian lepaskan tekanan dari Thumb Knob maka cairan akan masuk ke tip.
6)      Pindahkan ujung tip ke tempat penampung yang diinginkan.
7)      Tekan Thumb Knob sampai hambatan kedua / second stop atau tekan semaksimal mungkin maka semua cairan akan keluar dari ujung tip.
     
Spektrofotometri
Spektrofotometri adalah suatu metode analisis yang berdasarkan pada pengukuran serapan sinar monokromatis oleh suatu lajur larutan berwarna pada panjang gelombang yang spesifik dengan menggunakan monokromator prisma atau kisi difraksi dan detector vacuum phototube atau tabung foton hampa. Spektrofotometri dapat dianggap sebagai perluasan suatu pemeriksaan visual dengan studi yang lebih mendalam dari absorbsi energi. Absorbsi radiasi oleh suatu sampel diukur pada berbagai panjang gelombang dan dialirkan oleh suatu perkam untuk menghasilkan spektrum tertentu yang khas untuk komponen yang berbeda.
Alat yang digunakan dalam analisis secara spektrofotometri adalah spektrofotometer, yaitu suatu alat untuk menentukan suatu senyawa, baik secara kuantitatif maupun kualitatif dengan mengukur transmitan atau absorban dari suatu cuplikan sebagai fungsi dari konsentrasi.
Bagian – bagian utama dari spektrofotometer adalah sumber cahaya, monokromator, tempat contoh, detektor, dan rekorder
1.      Sumber sinar
Sumber sinar berfungsi untuk memberi energi dalam sinar tampak/ tidak tampak yang akan dilewatkan melalui sebuah monokromator untuk dipisahkanmenjadi beberapa panjang gelombang.sumber sinar yang biasa digunakan adalah tungsten iodida.
2.      Celah masuk
Celah masuk berfungsi untuk memperkecil berkas sinar dan mencegah cahaya terpecah saat memasuki sistem monokromator.
3.      Monokromator
Monokromator berfungsi mengubah sinar polikromatik menjadi monokromatik.
4.      Filter
Filter dibuat dengan meletakkan lapisan tipis semi transparant pada kedua sisi dielektrik. Fungsinya untuk memperoleh kemurnian spektral sehingga sinar ditransmisikan langsung melalui lapisan perak semi transparant.
5.      Detektor
Detektor berfungsi unruk mendeteksi sinar dengan panjang gelombang terpilih dan berapa besarnya, serta mengubah energi sinar menjadi energi listrik.
6.      Recorder
Hasil pengukuran berupa angka atau lainnya ditampilkan oleh rekorder yang berfungsi sebagai sistem pembacaan.

Standar Deviasi
Untuk mengukur risiko dari usul investasi digunakan standar deviasi, nilai bobot, dan koefisien variasi. Semakin besar standar deviasi dibandingkan nilai bobot berarti semakin besar risiko yang terkandung dalam usul investasi. Semakin tinggi koefisien variasi semakin tinggi tingkat risiko investasi. Dalam memilih investasi diambil tingkat koefisien variasi yang rendah atau tingkat risiko investasi yang rendah walaupun metode nilai sekarang bersih menunjukkan tingkat positif yang tinggi.

V.                ALAT DAN BAHAN
5.1.Alat
1)      Spektrofotometer
2)      Pipet piston
3)      Pipet gelas
4)      Labu ukur
5)      Kuvet

5.2.Bahan
1)      Larutan KMnO4
2)      Aquadest


VI.             PROSEDUR
1)      Pertama – tama buatlah larutan baku dari KmnO4.
2)      Ukurlah konsentrasi larutan baku dan diatur sampai diperoleh absorbansi. (A = 0,8 – 1,0)
3)      Buatlah pengenceran dari larutan baku KmnO4 dengan menggunakan pipet gelas dan pipet piston.
4)      Ukurlah setiap larutan pada ƛ = 546 nm.
5)      Bandingkanlah pengukuran dari absorbansi (A) untuk setiap cara pemipetan dengan melihat harga standar deviasi (SD).


VII.          DATA PENGAMATAN


Mikropipet Presisi
Absorbansi
Konsentrasi
0.445
32.4
0.482
35
0.437
31.8
0.475
34.5
0.428
31.2
 Rata-rata
32.9






                           SD = ∑    = ∑
                                                            = ∑
                                                            =
                                                            =
                                                           
                                                                        = 16,24    
                          

                           Mikropipet Akurasi
Absorbansi
Konsentrasi
0.429
31.29
0.431
31.43
0.432
31.50
0.430
31.36
0.436
31.78
Rata-rata
31.47
                       
                           Akurasi =  x 100%
                                       =  x 100%
                                        = 4.9%             




                           Pipet volume Presisi
Absorbansi
Konsentrasi
0.409
29.8
0.363
26.67
0.409
29.8
0.401
29.3
0.393
28.7
Rata-rata
28.85
                                                                                         

                           SD = ∑    = ∑   
                                                            = ∑   
                                                           
                                                =
                                                =
                                                            = 14,41
                                                          





                           Pipet volume Akurasi
Absorbansi
Konsentrasi
0.417
30.45
0.415
30.31
0.418
30.52
0.416
30.38
0.419
30.59
Rata-rata
30.45
                                         

Akurasi =  x 100%
              =  x 100%
              = 1,5%


VIII.       PEMBAHASAN
Pada praktikum ini dilakukan pengujian sampel dengan membandingkan ketelitian penggunaan pipet piston dan pipet gelas serta pengukuran konsentrasi sampel dengan menggunakan spektrofotometer UV-Vis.
Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui tingkat ketelitian mana yang lebih baik antara pipet piston dan pipet gelas, yang mana akan berpengaruh pada pengukuran spektrofotometer pada saat pengukuran dari konsentrasi sampel.
Sampel yang digunakan adalah KMnO4. Alasan menggunakan sampel kalium permanganat (KMnO4) karena sampel tersebut memiliki serapan maksimum pada panjang gelombang 546 nm sesuai dengan prosedur sehingga mudah dalam memperoleh hasil pengukurannya. Salah satu hal yang penting di ingat adalah untuk menganalisis secara spektrofotometri UV-VIS diperlukan panjang gelombang maksimal. Alasan panjang gelombang harus maksimal, yaitu :
·           Pada panjang gelombang maksimal tersebut perubahan absorbansi untuk setiap konsentrasi adalah yang paling besar.
·           Di sekitar panjang gelombang maksimal, bentuk kurva absorbansi datar dan pada kondisi tersebut hokum Lambert beer akan terpenuhi.
Prinsip dari praktikum ini adalah berdasarkan ketetapan dari hukum Lambert Beer, dimana menyebutkan bahwa besarnya serapan (absorbansi) berbanding lurus dengan konsentrasi sampel yang diukur. Semakin tinggi konsentrasi sampel yang diukur maka absorbansi yang dihasilkan akan tinggi juga.
Langkah awal dari praktikum ini adalah pembuatan larutan KMnO4 dengan konsentrasi 500 ppm. Pembuatan larutan kalium permanganat ini dengan cara melarutkan 0,25 gram kalium permanganat dalam 500 ml aquadest. Selanjutnya larutan kalium permanganat tersebut diencerkan dengan konsentrasi 50 ppm, 45 ppm, 40 ppm, 35 ppm, 30 ppm, 25 ppm, dan 20 ppm.
Proses pengenceran dimasukkan langsung ke dalam kuvet terhadap hasil saat menggunakan pipet piston dan pipet gelas. Penggunaan pipet pada tahap pengenceran ini yang akan menjadi parameter perbandingan keteliatian dari kedua alat tersebut. Kuvet yang berisi hasil pengenceran sampel (kalium permanganat) diukur absorbansinya dengan spektrofotometer UV-Vis dengan panjang gelombang 546 nm. Saat pengukuran pastikan panjang gelombangnya 546 nm, karena  panjang gelombang tersebut merupakan panjang gelombang maksimum untuk kalium permanganat. Kemudian dicatat absorbansi yang diperoleh dan dibuat grafik konsentrasi terhadap absorbansi serta menentukan batas kontrol dan batas toleransi.
Pada konsentrasi 50 ppm didapat absorbansi 0,701 ; pada konsentrasi 45 ppm didapat absorbansi 0,62 ; pada konsentrasi 40 ppm didapat 0,553 ; pada konsentrasi 35 ppm didapat absorbansi 0,486 ; pada konsentrasi 30 ppm didapat absorbansi 0,409 ; pada konsentrasi 25 ppm didapat absorbansi 0,348 ; dan pada konsentrasi 20 ppm didapat absorbansi 0,262. Itu semua merupakan hasil dari absorbansi kurva baku. Kemudian dari data yang telah didapatkan sedemikian, maka sudah bisa untuk menghitung simpangan bakunya dan koefisien variasinya.
Standar deviasi dari mikropipet presisi adalah 16,24 dengan hasil mikropipet akurasi sebesar 4,9%. Sementara hasil dari standar deviasi pipetvolume presisi adalah 14,41 dengan akurasi sebesar 1,5%.
Dari praktikum yang telah dilakukan diatas dapat disimpulkan bahwa tingkat ketelitian pada pipet piston jauh lebih baik dibandingkan pada penggunaan pipet volume, karena volume larutan yang akan diambil dapat kita tentukan terlebih dahulu pada alat pengatur volume yang berada didalam pipet piston oleh karena itu volume yang diambil akan menghasilkan hasil volume yang lebih teliti dan benar dari hasil praktikum ini. Dengan kata lain penggunaan pipetpiston lebih akurat dibandingkan dengan pipet volume.
Kemudian pada saat praktikum berlangsung, sample yang ada di tempat seperti pada saat pengenceran yang terletak di dalam labu ukur, tidak boleh terkena sinar matahari langsung. Maka dari itu sample (KMnO4) yang beradadi dalam labu ukur, harus di balut dengan alumunium foil atau benda lain untukmenutupinya dari cahaya lain. Atau sebaiknya dilakukan di tempat yang tidak dimasuki oleh sinar matahari. Hal ini disarankan agar senyawa dalam sample tidak terdenaturasi / terurai pada saat prosesnya untuk di uji di dalam spektrofotometer.


IX.             KESIMPULAN
Pada praktikum kali ini dapat di simpulkan bahwa penggunaan pipet piston/ mikropipet lebih akurat dibandingkan penggunaan pipet volume. Namun bukan berarti dalam setiap pengukuran larutan harus menggunakan pipetpiston. Dikarenakan durasi waktu pada saat praktikum akan lebih lama. Maka dari itu penggunaan pipet piston cukup jika hanya ingin mengukur volume larutan yang sedikit saja dalam ukuran kecil.


X.                DAFTAR PUSTAKA
Cairns, D. 2009. Intisari Kimia Farmasi. Edisi 2. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
Gholib, I. dan R.  Abdul. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Penerbit Pustaka Pelajar. Yogyakarta.
Hamdani, S. 2013. Penggunaan Pipet Volume Dengan Piller. Tersedia di: http://catatankimia.com/catatan/penggunaan-pipet-volume-dengan-piller.html. [diakses tgl 17 Maret 2013].
Nafarin, M. 2007. Penganggaran perusahaan. Edisi Ketiga. Penerbit Salemba Empat. Jakarta.

Serra. 2010. Alat-alat Laboratorium. Tersedia di: http://antiserra.wen.su/alkes.html [diakses tgl 17 Maret 2013].