Rabu, 04 Maret 2015

KROMATOGRAFI KOLOM

BAB I
PENDAHULUAN

1.1.    Latar Belakang
          Sekarang ini deteksi sifat spesifik suatu senyawa menjadi sangat penting,terutama dalam bidang farmasi, kimia, dan klinik, serta bidang lainnya. Suatu analisis kimia seperti pengambilan cuplikan, pemisahan senyawa pengganggu, isolasi senyawa yang dimaksudkan, pemekatan terlebih dahulu sebelum identifikasi dan pengukuran banyak dilakukan. Banyak metode analisis seperti spektrofotometri, manganometri, atau lainnya, akan tetapi semuanya membutuhkan kerja ekstra dan waktu yang cukup lama untuk mendapatkan hasil analisis dibandingkan dengan teknik kromatografi. Dengan alasan inilah penulis membahas tentang kromatografi, terutama kromatografi kolom. Tanpa teknik kromatografi, sintesis senyawa murni (atau hampir murni) akan sangat sukar, dan dalam banyak kasus, hampir tidak mungkin. Pada umumnya sebelum suatu senyawa diidentifikasi dan dapat di ukur kadarnya,  perlu di pisahkan dari matriknya. Oleh karna itu, pemisahan merupakan langkah penting dalam analisi kualitatis. Suatu analisis kimia menjadi meragukan jika pengukuran sifat tidak berhubungan dengan sifat spesifik senyawa terukur. Analisis meliputi pengambilan cuplikan, pemisahan senyawa pengganggu, isolasi senyawa yang dimaksudkan, pemekatan terlebih dahulu sebelum identifikasi dan pengukuran. Terdapat banyak teknik pemisahan tetapi kromatografi merupakan teknik yang paling banyak di gunakan. Salah satunya yaitu kromatografi kolom.
Berbagai metode kromatografi memberikan cara pemisahan paling kuat. Karena pemanfaatannya yang leluasa, dipakai secara luas untuk pemisahan analitik dan preparatif. Biasanya, kromatografi analitik dipakai pada tahap permulaan untuk semua cuplikan, dan kromatografi preparatif hanya dilakukan jika diperlukan fraksi murni dari campuran. Pemisahan secara kromatografi dilakukan dengan cara mengotak-atik langsung beberapa sifat fisika umum dari molekul. Pemisahan senyawa biasanya menggunakan beberapa teknik kromatografi. Pemilihan teknik kromatografi sebagian besar bergantung pada sifat kelarutan senyawa yang akan dipisahkan. Berdasarkan uraian tersebut, maka akan membahas tentang metode kromatografi kolom.

1.2.    Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan. Di bawah ini dirumuskan beberapa masalah yang akan dibahas dalam makalah :
1.    Apakah pengertian dari kromatografi?
2.    Apakah pengertian kromatografi kolom?
3.    Bagaimana jenis-jenis kromatografi?
4.    Bagaimanakah sifat-sifat adsorben dan pelarut dalam kromatografi kolom?
5.    Bagaimanakah penggunaan kromatografi kolom?
6.    Bagaimana manfaat dari kromatografi kolom?
7.    Bagaimana kelebihan dan kekurangan dari kromatografi kolom?

1.3.    Tujuan
            Adapun tujuannya yaitu sebagai berikut:
1.      Untuk mengetahui arti dari kromatografi
2.      Untuk mengetahui pengertian dari kromatografi kolom
3.      Untuk mengetahui jenis-jenis kromatografi
4.      Untuk mengetahui sifat-sifat adsorben dan pelarut dalam kromatografi kolom
5.      Untuk mengetahui penggunaan kromatografi kolom
6.      Untuk mengetahui manfaat dari kromatografi kolom
7.      Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan dari kromatografi kolom

1.4.    Metode penulisan
          Dalam penulisan makalah ini penulis menggunakan metode literatur, dimana mengambil informasi dari buku-buku, internet, dan bahan bacaan lainnya.




BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Kromatografi

       Kromatografi merupakan suatu nama yang diberikan untuk teknik pemisahan tertentu. Kromatografi pertama kali di perkenalkan oleh Michael Tsweet pada tahun 1903 yang merupakan seorang di ahli botani dari rusia. Dalam percobaannya Michael Tsweet berhasil memisahkan klorofil dan pigmen pigmen warna lain dalam ekstrak tumbuhan dengan menggunakan serbuk kalsium karbonat yang di isikan ke dalam kolom kaca dan petroleum eter sebagai pelarut. Proses pemisahan itu di awali dengan menempatkan larutan cuplikan dengan menempatkan larutan cuplikan pada permukaan atas kalsium karbonat, kemudian di alirkan pelarut petroleum eter, dan hasilnya berupa pita pita warna yang terlihat sepanjang kolom sebagai hasil pemisahan komponen-komponen dalam ekstrak tumbuhan. Cara asli telah diketengahkan pada tahun 1903 oleh Tsweet, ia telah menggunakannya untuk menggunakan pemisahan senyawa-senyawa yang berwarna, dan nama kromatografi diambil dari senyawa yang berwarna. Meskipun demikian pembatasan untuk senyawa-senyawa yang berwarna tak lama dan hampir kebanyakan pemisahan-pemisahan secara kromatografi sekarang diperuntukkan pada senyawa-senyawa yang tak berwarna, termasuk gas.        
       Kromatografi adalah suatu teknik pemisahan molekul berdasarkan perbedaan pola pergerakan antara fase gerak dan fase diam untuk memisahkan komponen (berupa molekul) yang berada pada larutan. Atau kromatografi adalah proses melewatkan sampel melalui suatu kolom, perbedaan kemampuan absorpsi terhadap zat-zat yang sangat mirip mempengaruhi resolusi zat terlarut dan menghasilkan apa yang di sebut kromatogram. Pada dasarnya, semua kromatografi menggunakan dua fase yaitu satu fase tetap (stationary) dan yang lain fase bergerak (mobile). Pemisahan-pemisahan tergantung pada gerakan relative dari dua fase ini. Cara-cara kromatografi dapat digolongkan sesuai dengan sifat-sifat fase tetap, yang dapat berupa zat padat atau zat cair.
       Jika fase tetap berupa zat padat maka cara tersebut dikenal sebagai kromatografi serapan, jika zat cair dikenal sebagai kromatografi partisi. Karena fase bergerak dapat berupa zat cair atau gas maka semua ada empat system kromatografi. Prinsip pemisahan kromatografi yaitu adanya distribusi komponen-komponen dalam fasa diam dan fasa gerak berdasarkan perbedaan sifat fisik komponen yang akan dipisahkan.

2.2. Jenis-Jenis Kromatografi
       Umumnya metode kromatografi diklasifikasikan berdasarkan jenis fasa yang digunakan dan sebagian berdasarkan mekanisme pemisahannya. Berdasarkan fasa gerak dan fasa diamnya , kromatografi dapat di bedakan atas berbagai tipe sebagai berikut:

2.2.1  Kromatografi cair-padat (Kromatografi Adsorpsi)

  Kromatografi adsorpsi adalah teknik kromatografi tertua dioperasikan berdasarkan retensi terlarut pada permukaan adsorben. Pada kromatografi adsorpsi, fasa stasionernya terdiri atas zat padat dan fasa mobilnya terdiri atas zat gas atau zat cair.
 Contoh– contoh yang termasuk kromatografi adsorpsi
• Kromatografi kolom Adsorpsi
• Kromatografi gas
• Kromatografi lapis tipis

2.2.2  Kromatografi Cair-cair (Kromatografi Partisi)
         Fasa diam pada kromatografi Jenis ini berupa lapisan tipis cairan yang terserap pada: padatan inert berpori, yang berfungsi sebagai fasa pendukung.

2.2.3  Kromatografi Gas-padat (KGP)
   Kromatografi gas termasuk dalam salah satu alat analisa (analisa kualitatif dan analisa kuantitatif), kromatografi gas dijajarkan sebagai cara analisa yang dapat digunakan untuk menganalisa senyawa-senyawa organic. ada dua jenis kromatografi gas, yaitu kromatografi gas padat (KGP), dan kromatografi gas cair (KGC)

2.2.4  Kromatografi Gas-Cair (KGC)
          Pada kaimia organik kadang-kadang menyebutnya sebagai kromatografi fasa uap.

2.2.5         Kromatografi Penukar Ion
          Kromatografi pertukaran ion adalah salah satu teknik pemurnian senyawa spesifik di dalam larutan campuran. Prinsip utama dalam metode ini didasarkan pada interaksi muatan positif dan negatif antara molekul spesifik dengan matriks yang barada di dalam kolom kromatografi. Secara umum, teradapat dua jenis kromatografi pertukaran ion, yaitu Kromatografi pertukaran kation dan kromatografi pertukaran anion.
2.2.6  Kromatografi Kertas (KT)         
   Kromatografi  kertas merupakan salah satu metode pemisahan berdasarkan distribusi suatu senyawa pada dua fasa yaitu fasa diam dan fasa gerak. Pemisahan sederhana suatu campuran senyawa dapat dilakukan dengan kromatografi kertas, prosesnya dikenal sebagai analisis kapiler dimana lembaran kertas berfungsi sebagai pengganti kolom.
2.2.7 Kromntografi Lapis Tipis (KLT atau TLC = Thin Layer Chromatography)
         Kromatografi jenis ini mirip dengan kromatografi kertas. Bedanya kartas digantikan lembaran kaca atau plastik yang dilapisi dengan lapisan tipis adsorben seperti alumina, silika gel. selulosa atau materi lainnya. Kromatografi lapis tipis lebih bersifat reprodusibel (bersifat boleh ulang) daripada kromatografi kertas.
2.2.8  Kromatografi Filtrasi Gel

          Pada kromatografi jenis ini fasa diam berupa gel yang terbuat dari dekstran, suatu bahan hasil ikatan silang molekul-molekul polisakarida.
    2.2.9  Kromatografi Elektroforesis Kontinyu
              Kromatografi jenis ini merupakan bagian dari kromatografi kertas dimana selama pengerjaannya diterapkan medan listrik tegak lurus pada aliran pelarut. Arah aliran spesies ionik akan menyimpang dari arah aliran semula tergantung atas muatan molekul dan gerakitasnya.
2.3. Kromatografi Kolom
       2.3.1. Pengertian Kromatografi Kolom
          Kromatografi kolom merupakan teknik kromatografi yang paling awal yang pertamakali  di lakukan oleh D.T.Davy yaitu untuk membedakan komposisi minyak bumi. Ditinjau dari mekanismenya kromatografi kolom merupakan kromatografi serapan atau adsorbsi. Kromatografi kolom digolongkan kedalam kromatografi cair – padat (KCP) kolom terbuka.     Pemisahan kromatografi kolom adsorpsi didasarkan pada adsorpsi komponen-komponen campuran dengan afinitas berbeda-beda terhadap permukaan fase diam. Kromatografi kolom adsorpsi termasuk pada cara pemisahan cair-padat. Substrat padat (adsorben) bertindak sebagai fase diam yang sifatnya tidak larut dalam fase cair. Fase bergeraknya adalah cairan (pelarut) yang mengalir membawa komponen campuran sepanjang kolom.  Prinsip yang mendasari kromatografi kolom adsorpsi ialah bahwa komponen – komponen dalam zat contoh yang harus diperiksa mempunyai afinitas yang berbeda-beda terhadap adsorben dalam kolom. Apabila kita mengalirkan cairan ( elutor ) secara kontinyu melalui kolom yang berisi zat contoh yang telah diadsorpsikan oleh penyarat kolom, maka yang pertama – tama dihanyutkan elutor ialah komponen yang paling lemah terikat kepada adsorben. Komponen –komponen lainnya akan dihanyutkan menurut urutan afinitasnya terhadap adsorben, sehingga terjadi pemisahan daripada komponen – komponen tersebut.
     Pemisahan tergantung pada kesetimbangan yang terbentuk pada bidang antarmuka di antara butiran-butiran adsorben dan fase bergerak serta kelarutan relatif komponen pada fase bergeraknya. Antara molekul-molekul komponen dan pelarut terjadi kompetisi untuk teradsorpsi pada permukaan adsorben sehingga menimbulkan proses dinamis. Keduanya secara bergantian tertahan beberapa saat di permukaan adsorben dan masuk kembali pada fase bergerak. Pada saat teradsorpsi komponen dipaksa untuk berpindah oleh aliran fase bergerak yang ditambahkan secara kontinyu. Akibatnya hanya komponen yang mempunyai afinitas lebih besar terhadap adsorben akan secara selektif tertahan. Komponen dengan afinitas paling kecil akan bergerak lebih cepat mengikuti aliran pelarut.
Teknik pemisahan kromatografi kolom partisi sangat mirip dengan kromatografi kolom adsorpsi. Perbedaan utamanya terletak pada sifat dari penyerap yang digunakan. Pada kromatografi kolom partisi penyerapnya berupa materi padat berpori seperti kieselguhr, selulosa atau silika gel yang permukaannya dilapisi zat cair (biasanya air). Dalam hal ini zat padat hanya berperan sebagai penyangga (penyokong) dan zat cair sebagai fase diamnya. Fase diam zat cair umumnya diadsorpsikan pada penyangga padat yang sejauh mungkin inert terhadap senyawa-senyawa yang akan dipisahkan. Zat padat yang penyokong harus penyerap dan menahan fase diam serta harus membuat permukaannya seluas mungkin untuk mengalirnya fase bergerak. Penyangga pada umumnya bersifat polar dan fase diam lebih polar dari pada fase bergerak. Dalam kromatografi partisi fase bergeraknya dapat berupa zat cair dan gas yang mengalir membawa komponen-komponen campuran sepanjang kolom. Jika fase bergeraknya dari zat cair, akan diperoleh kromatografi partisi cair-cair. Teknik ini banyak digunakan untuk pemisahan senyawa-senyawa organik maupun anorganik.
         Resin penukar ion adalah suatu bahan padat yang memiliki bagian (ion positif atau negatif) tertentu yang bisa dilepas dan ditukar dengan bahan kimia lain dari luar. Berdasarkan jenis ion/muatan yang dipertukarkan, resin dapat dibagi menjadi 2 yaitu resin penukar kation adalah ion positif yang dipertukarkan dan resin penukar anion adalah ion negatif yang dipertukarkan. Ion Exchange adalah proses penyerapan ion – ion oleh resin dengan cara Ion-ion dalam fasa cair (biasanya  dengan  pelarut  air)  diserap  lewat  ikatan kimiawi karena bereaksi dengan padatan resin. Resin sendiri melepaskan ion lain sebagai ganti ion  yang  diserap.  Selama operasi  berlangsung setiap ion akan  dipertukarkan  dengan  ion  penggantinya  hingga  seluruh  resin  jenuh dengan ion yang diserap.
        Besarnya nilai kapasitas penukar dari resin penukar ion tergantung pada jumlah gugus ion yang dapat ditukarkan yang terkandung dalam setiap gram bahan resin tersebut. Semakin besar jumlah gugus-gugus tersebut, maka semakin besar pula nilai kapasitas resinnya. Besarnya nilai kapasitas resin diketahui agar dapat memperkirakan berapa banyaknya resin yang diperlukan dalam analisa kimia dengan menggunakan metode kromatografi kolom. Apabila resin telah mengikat jumlah ion yang sama dengan kapasitas maksimumnya maka resin tersebut dikatakan telah “exchausted”. Dalam keadaan demikian resin dapat dikembalikan ke keadaan semula dengan jalan menuangkan larutan asam yang agak pekat ke dalamnya sehingga terjadi reaksi kebalikan dari reaksi penukaran ion. Resin penukar anion dapat berupa ko-polimer stiren dan divinil benzen tetapi tidak mengandung gugusan-gugusan amin yang bersifat basa dengan resin penukar anion terjadi pengubahan yang jumlahnya ekuivalen.
                       Parameter yang di gunakan dalam mengevaluasi kinerja kolom, setelah mengoptimumkan efesiensi pemisahan secara kromatografi,  mutu kromatografi dapat di kendalikan dengan menerapkan uji kesesuian sistem tertentu. Salah satu diantaranya adalah perhitungan pelat pelat teoritis untuk suatu kolom dan terdapat dua parameter utama lainnya untuk menilai kinerja.

    Pola kecepatan arus elutor pada tiap irisan kolom yang dipilih di sembarang tempat suddah tentu sedapat mungkin harus sama. Keseragaman ini dapat dicapai dengan memilih adsorben yang ukuran butir – butirnya sama ( diayak ) dan dengan cara penyaratan yang baik. Makin kecil ukuran butir adsorben, makin cepat keseimbangan adsorpsi akan tercapai, dan makin besar pula kecepatan elusi yang boleh dipergunakan. Tetapi dilain pihak, makin kecil butir adsorben, makin besar hambatan bagi cairan yang harus mengalir melalui kolom. Apabila kecepatan lintas bagi cairan elutor terlalu kecil, dapat dipergunakan pompa vakum yang menimbulkan tekanan rendah dalam ruang di bawah kolom sehingga cairan dapat mengalir lebih cepat melalui kolom. Cara yang lain ialah menambahkan tekanan dalam ruang di atas kolom dengan menggunakan pompa pneumatic.
   Penempatan adsorben dalam kolom secara uniform betul sangat sukar dilaksanakan. Sebagai akibatnya, zona – zona komponen yang dipisahkan menjadi kurang teratur bentuknya. Bagi kolom yang lebar hal ini dapat menyebabkan pembauran. Tetapi bagi kolom kecil bahaya ini seberapa besar. Namun di lain pihak, kolom yang lebar dan pendek itu lebih memudahkan dalam pemakaiannya. Oleh karena itu, tinggi kebanyakan kolom ialah ± 20 kali diameternya. Di bawah tabung yang umumnya terbuat dari gelas terdapat lempengan meduk yang terbuat dari porselen atau dari serbuk gelas yang dipanaskan hingga melengket jadi satu. Lempengan yang berbentuk cakram ini bergawai sebagai penahan fasa yang stasioner. Di bagian tabung yang paling bawah terdapat kapiler penyulur dilengkapi dengan pancur. Kapiler beserta pancur dirakitkan dengan kolom memakai suku asah sehingga mudah dilepaskan guna membersihkan kolom dan untuk meniup kolom sehingga menjadi bersih dari cairan. Ruang antara pancur dan cakram penyaring harus sekecil mungkin supaya tidak terjadi pembauran antara cairan – cairan yang keluar dari kolom.
   Semakin rendah kecepatan arus cairan, semakin baik akibatnya bagi tercapainya keseimbangan adsorpsi dan akan semakin baik pula pemisahannya. Bentuk zona pun menjadi lebih teratur. Tetapi kecepatan arus yang terlalu rendah dapat menimbulkan efek difusi axial dalam fasa mobil yang harus dihindarkan sejauh mungkin. Jadi dapat dikatakan bahwa pemisahan yang terbaik dapat dicapai dengan mempergunakan kolom yang panjang dan sempit, diisi dengan adsorben yang berbutir halus, dan arus yang lambat. Elusi dapat dimulai apabila campuran yang harus dipisahkan sudah dimasukan dalam kolom. Elusi ini dilakukan dengan memasukan cairan elutor berenyai – renyai melalui kolom dan harus dijaga supaya arusnya tidak berhenti. Komponen – komponen yang telah diadsorpsikan oleh adsorben akan bergerak dalam bentuk gelang – gelang atau zona dengan kecepatan yang berbeda – beda melalui kolom dan ditampung di bawah kolom secara terpisah memakai beberapa tabung yang dibubuhi tanda – tanda. Tabung – tabung ini ditempatkan dalam sebuah fraksikolektor. Setelah itu fraksi – fraksi yang diperoleh mulai dapat diselidiki.
2.3.5        Perolehan data
         Suatu integrator, jika berdasarkan mikroprosesor atau perakat lunak pc, hanya mengukur jumlah total arus yang mengalir melewati lebar puncak suatu kromatografi. Untuk melakukan hal ini , integrator mengukur laju peningkatan tegangan lebih kurang 30 kali melintasi lebar puncak tersebut. Parameter yang menunjukan waktu pengukuran harus  di mulai adalah ambang batas puncak tersebut, yang menentukan tingkat ketika tegangan sinyal tersebut harus di naikkan sebelum akumulasi sinyal terjadi. Untuk mencegah penyimpanan aliran garis dasar, kemiringan kenaikan harus memiliki ketajaman tertentu sebelum di anggap suatu puncak.
2.3.6    Perhitungan Efesiensi Kolom
Semakin lebar suatu puncak kromatografi yang sebanding dengan waktu retensinya, semakin kurang efesien kolom pengelusinya.
Persamaan 1
dengan n adalah jumlah pelat teoretis.
Efesiensi kolom biasanya dinyatakan dalam pelat teoretis per meter:
n x 100/L                                     
            Pengukuran efesiensi kolom yang lebih ketat, terutama jika waktu retensi analit tersebut singkat, di nyatakan dengan persamaan 2.
Persamaan 2
Dengan N eff adalah jumlah pelat yang efektif dan mencerminkan berapa kali analit berpartisi antara fase gerak dan fase diam selama pergerakannya melalui kolom dan t’r =tr – t0
N eff = 5, 54 (t’r : W1/2)²
Persamaan lain yang di gunakan sebagai pengukuran adalah H, “tinggi pelat teoretis”
H=L/N eff
Dengan h adalah panjang kolom yang di butuhkan untuk berlangsungnya satu tahap partisi. (Watson 2005)
3.3.7 Pemisahan pada kolom
Pada pemisahan campuran-campuran pada kolom, solut di cirikan dengan waktu retensi (tR) dan faktor retensi (k’) yang berbanding lurus dengan D. Waktu retensi merupakan lamanya waktu yang di butuhkan solut untuk melewati kolom. Waktu retensi dan faktor retensi di hubungkan oleh persamaan berikut:
tR=tM(1+k’)
tM terkadang di tulis t0 dan di kenal sebagai waktu mati merupakan waktu yang di butuhkan oleh solut yang tidak tertahan untuk melewati kolom. Solut yang tidak tertahan akan bermigrasi dengan kecepatan yang sama dengan fase gerak, karenanya perbandingan distribusi (D)  dan faktor retensinya adalah 0 akan tertahan secara profosional dan akan mempunyai waktu retensi yang lebih besar dari pada tM, misal:
jika k’ = 1 maka tR= 2tM
jika k’ = 2 maka tR = 3tM
kondisi kromatografi umumnya di atur sedemikian rupa sehingga nilai k’ lebih kecil dari pada 20 untuk menghindari waktu retensi yang terlalu panjang. Nilai k’ dapat di hitung dengan menyusun ulang persamaan di atas:
tR=tM (1=k’) maka k’ = (tR-tM) / tM
dalam kromatografi ukuran eksklusi, solut di karakterisasi dengan volume retensi (Vr) yang merupakan volume fase gerak yang di butuhkan untuk mengelusi solut dari kolom. Waktu retensi berbanding langsung dengan volume retensi pada kecepatan alir yang konstan sehingga persamaan di atas dapat di tulis kembali:
Vr=Vm (1+k’)
Sementara nilai k dapat di ganti dengan:
k’=D(Vs / Vm)
dengan menggabungkan kedua persamaan ini maka akan di peroleh:
Vr=Vm(1+D Vs / Vm)
Atau
Vr=Vm+DVs
Vs dan Vm masing-masing merupakann volume fase diam dan volume vase gerak dalam kolom.
Persamaan tersebut merupakan persamaan pundamental pada kromatografi kolom karena berhubungan dengan volume retensi solut terhadap perbandingan distribusinya

3.3.8 Pemisahan kromatografi planar (kromatografi kertas dan kromatografi lapis tipis)
Pemisahan kromatografi planar ini pada umunya di hentikan sebelum semua fasa gerak melewati seluruh permukaan fase diam. Solut pada kedua kromatografi ini di karakteristikan dengan jarak ujung fase geraknya. Faktor retardasi solut (Rf) di definisikan sebagai:
Rf= 1 / 1+k’
Nilai R di hitung dengan menggunakan perbandingan sebagaimana dalam persamaan di atas.
Rf== jarak yang di tempuh solut / jarak yang di tempuh fasa gerak
Nilai maksimum Rf adalah 1 dan ini di capai ketika solut mempunyai perbandingan distribusi (D) dan faktor retensi (k’) sama dengan 0 yang berarti solut bermigrasi dengan kecepatan yang sama dengan fase gerak. Nilai minimun Rf adalah 0 dan ini teramati jika solut bertahan pada posisi titik awal di permukaan fase diam.
(prof. Dr Ibnu Gholib dan Abdul rohman 2007)

2.4  Sifat Adsorben dan Pelarut
      Harus  memiliki luas permukaan besar internal. Kecepatan adsorbsi akan semakin bertambah dengan semakin kecilnya ukuran diameter adsorben. Daerah tersebut harus dapat diakses melalui pori-pori cukup besar untuk mengakui molekul untuk teradsorpsi. Ini adalah bonus jika pori-pori juga cukup kecil untuk mengecualikan molekulyang tidak diinginkan untuk menyerap adsorben harus mampu menjadi mudah diregenerasi adsorben seharusnya tidak mengalami penuaan yang cepat, yang kehilangan kapasitas serap melalui daur ulang terus-menerus harus adbsorbent mekanik cukup kuat untuk menahan penanganan massal dan getaran yang merupakan fitur dari setiap unit industri.
         Pemilihan pelarut tergantung dari sifat kelarutannya, akan tetapi lebih baik untuk memilih suatu pelarut yang tidak tergantung pada kekuatan elusi sehingga zat-zat elusi yang lebih kuat dapat dicoba. “kekuatan” dari zat elusi adalah daya penyerapan pada penyerap dalam kolom.
Adsorbsi terjadi karena adanya perbedaan potensial antara molekul-molekul adsorbat dengan permukaan aktif pada pori-pori adsorbent. Gaya tersebut yang menyebabkan molekul-molekul adsorbate secara difusional terjerap ke dalam pori-pori adsorbent, dan terikat untuk waktu tertentu. Faktor-faktor yang mempengaruhi adsorpsi adalah jenis adsorbent, jenis adsorbate, konsentrasi adsorbate, luas permukaan aktif adsorbent, daya larut adsorbent, dan kemungkinan terjadinya koadsorbsi pabila terdapat lebih dari satu jenis adsorbat (Sawitri, 2008).
  Ditambahkan lebih lanjut oleh Hassler; Weber; Sawyer dalam Zahroh. (2010), proses adsorpsi dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain:
a.       Sifat Adsorbat
Besarnya adsorpsi zat terlarut tergantung pada kelarutannya pada pelarut. Kenaikan kelarutan menunjukkan ikatan yang kuat antara zat terlarut dengan pelarut. Apabila adsorbat memiliki kelarutan yang besar, maka ikatan antara zat terlarut dan pelarut makin kuat sehingga adsorpsi akan semakin kecil karena sebelum adsorpsi terjadi diperlukan energi yang besar untuk memecahkan ikatan zat terlarut dengan pelarut.
b.      Konsentrasi Adsorbat
Adsorpsi akan meningkat dengan kenaikan konsentrasi adsorbat. Adsorpsi akan konstan jika terjadi kesetimbangan antara konsentarasi adsorbat yang terserap dengan konsentrasi yang tersisa dalam larutan.
c.       Sifat Adsorben
Adsorpsi secara umum terjadi pada semua permukaan,  namun besarnya ditentukan oleh luas permukaan adsorben yang kontak dengan adsorbat. Luas permukaan adsorben sangat berpengaruh terhadap proses adsorpsi. Adsorpsi merupakan suatu kejadian permukaan sehingga besarnya adsorpsi sebanding dengan luas permukaan. Semakin banyak permukaan yang kontak dengan adsorbat maka akan semakin besar pula adsorpsi yang terjadi.
d.      Temperatur
Reaksi yang terjadi pada adsorpsi biasanya eksotermis, oleh karena itu adsorpsi akan besar jika temperatur rendah.
e.       Waktu Kontak dan Pengocokan
Waktu kontak yang cukup diperlukan untuk mencapai kesetimbangan adsorpsi. Jika fasa cair berisi adsorben diam, maka difusi adsorbat melalui permukaan adsorben akan lambat. Oleh karena itu, diperlukan pengocokan untuk mempercepat proses adsorpsi.
f.       pH (Derajat Keasaman)
Untuk asam-asam organik adsorpsi akan meningkat bila pH diturunkan dengan penambahan asam-asam mineral. Hal ini disebabkan karena kemampuan asam mineral untuk mengurangi ionisasi asam organik tersebut, sebaliknya bila pH asam organik dinaikkan yaitu dengan menambahkan alkali, adsorpsi akan berkurang sebagai akibat terbentuknya garam.
Berdasarkan sifatnya, adsorpsi dapat digolongkan menjadi adsorpsi fisik dan kimia. Adsorpsi fisik adalah adsorpsi yang melibatkan gaya intermolekul (gaya Van der Walls dan ikatan hidrogen) antar adsorbat dan substrat (adsorben). Pada adsorpsi ini adsorbat tidak terikat kuat pada permukaan adsorben sehingga dapat bergerak dari satu bagian kebagian lain dalam adsorben. Sifat adsorpsinya adalah reversible yaitu dapat dilepaskan kembali dengan adanya penurunan konsentrasi larutan dan membentuk lapisan multilayer. Adsorpsi kimia adalah adsorpsi yang melibatkan ikatan kovalen. Ikatan tersebut terjadi sebagai hasil dari pemakaian bersama elektron oleh adsorben dan adsorbat. Dalam adsorpsi kimia partikel melekat pada permukaan dengan membentuk ikatan kimia yaitu ikatan kovalen. Sifat  adsorpsinya adalah irreversible dan membentuk lapisan monolayer.

2.5 Proses Sorpsi
       Sorpsi merupakan proses peminadahan solut dari fase gerak ke fase diam, sementara itu proses sebaliknya (pemindahan solut dari fase diam ke fase gerak) di sebut dengan desopsi. Kedua proses ini ( sorpsi dan desorpsi) terjadi secara terus menerus selama pemisahan kromatografi karenanya sistem kromatografi berada dalam kesetimbangan dinamis. Solut akan terdistribusfase yang ai diantara dua fase yang bersesuaian dengan perbandingan distribusinya (D) untuk menjaga kesetimbangan ini ada 4 jenis mekanisme sorpsi dasar dan umumnya 2 atau lebih mekanisme ini terlibat dalam satu jenis kromatografi. Keempat jenis tersebut adalah adsorpsi, partisi, pertukaran ion, dan eksklusi ukuran. Eksklusi berbeda dengan mekanisme sorpsi yang lain, yakni dalam eksklusi tidak ada interaksi spesifik antara solut dengan fase diam.

2.6. Penggunaan Kromatografi Kolom
     Menganalisa zat pewarna alami dalam tumbuh-tumbuhan. Contohnya mengekstrak daun atau wortel. Sampel terlebih dahulu dihaluskan secara manual dengan menggunakan mortar, kemudian ditambahkan dengan pelarut organic yaitu n-hexane, hasil ekstraksi ini kemudian disaring dan filtratnya dipanaskan diatas penangas air dan dibiarkan sampai mengental. Kolom yang dipergunakan misalnya corong pisah yang berbentuk tabung (silinder), dalam mempersiapkan kolom hal pertama yang perlu dilakukan adalah dengan memasang penahan pada kolom, penahan yang dipergunakan adalah glass wool, hal ini dilakukan karena glass wool memiliki kemampuan menyaring dan menahan penyerap lebih baik daripada menggunakan kapas. Proses memasukan glass wool kedalam corong pisah dilakukan dengan menggunakan pinset, karena selain dapat menyebabkan gatal pada tangan, glass wool juga berbahaya jika terhirup. Jumlah glass wool yang ditambahkan secukupnya dan glass wool yang sudah masuk corong pisah tidak boleh dipadatkan. Penyerap (Alumina/magnesia, silica gel, karbon, magnesium silikat, magnesium kabonat, kalisum karbonat, dan aluminium silikat). Penyerap ditimbang secukupnya dan dilarutkan dengan menggunakan pelarut organic n-hexane sampai penyerap menjadi bubur, kemudian bubur penyerap dimasukan kedalam corong pisah. Proses memasukan penyerap ini dilakukan dengan menggunakan spatula, proses ini harus dilakukan dengan cepat karena pelarut yang dipergunakan adalah n-hexane yang volatile maka bahan penyerap pun menjadi cepat mengering, dan jika bahan penyerap mengering maka proses memasukannya menjadi lebih sulit.
          Proses memasukan penyerap dalam corong dilakukan sebaik mungkin dan homogen serta hindari terdapatnya gelembung udara, karena gelembung udara dapat menyebabkan putusnya penyerap dalam kolom. Setelah penyerap dimasukan kedalam kolom, tahap selanjutnya adalah memasukan kertas saring diatas penyerap sesusai dengan bentuk dari kolom, pemberian kertas saring ini bertujuan untuk mendapatkan permukaan yang rata, sehingga contoh akan dengan mudah merata. Contoh dimasukan kedalam kolom yang sudah dilapisi kertas saring dengan menggunakan pipet tetes, penetesan contoh dilakukan secara perlahan dan dengan gerakan memutar sehingga contoh dapat menyebar dengan baik. Proses selanjutnya adalah memasukan pelarut. Penambahan pelarut diatas contoh tersebut dilakukan sedikit demi sedikit, dan ditambahkan kembali sedikit demi sedikit jika pelarut mulai berkurang. Pelarut yang ditambahkan akan turun perlahan kebagian penyerap dan membentuk pita-pita warna sesuai dengan jenis zat warna yang terkandung dalam contoh. Pelarut tersebut akan turun dan keluar dengan dengan membawa zat pewarna yang terlarut tersebut.
Kromatografi kolom termasuk kromatografi cairan, adalah metoda pemisahan yang cukup baik untuk sampel lebih dari 1 gram. Pada kromatografi ini sampel sebagai lapisan terpisah diletakkan diatas fase diam. Biasanya sampel dihomogenkan dengan fase diam sehingga merupakan serbuk kering, diatas lapisan ini dapat diletakkan pasir untuk menjaga tidak terjadinya kerusakan waktu ditambahkan fase gerak diatas lapisan sampel. Fase diam dan sampel ini berada di dalam kolom yang biasanya dibuat dari gelas, logam ataupun plastik. Selama elusi fase gerak dialirkan dari atas, mengalir karena gaya gravitasi atau ditekan dan juga disedot dari arah bawa. Komponen sampel akan terpisah selama bergerak dibawa fase gerak didalam kolom (fase diam). Komponen yang paling tidak tertahan oleh fase diam akan keluar lebih dahulu dan diikuti oleh komponen lain. Semuanya ditampung sebagai fraksi, volume tiap fraksi tergantung besarnya sampel (kolom).
 Kolom kromatografi Kolom biasanya berbentuk seperti buret untuk titrasi, ukurannya beragam. Perbandingan panjang kolom sekurang-kurangnya 10 kalinya diameternya, perbandingan ini tergantung mudah tidaknya komponen dipisahkan. Perbandingan berat sampel dan fase gerak (1 : 30) biasanya cukup memadai untuk pemisahan yang mudah, perbandingan dapat ditingkatkan hingga (1:50) untuk komponen yang susah dipisahkan. Fase diam Ukuran partikel fase diam bisanya lebih besar dari ukuran partikel fase dian untuk KLT, ukuran yang digunakan antara 63-250|iim. Ukuran partikel lebih kecil 63 jam fase gerak akan mengalir lebih lambat, sehingga perlu ditekan atau dihubungkan dengan pipa hisap. Silika gel (SiOi) adalah fase diam yang serba guna, banyak digunakan. Pada pembuatannya silika gel perlu diaktifkan panaskan pada 150-160°C selama 3-4 jam. Fase diam lain adalah alumina.
Pemilihan Fase gerak (pelarut=solven = eluen) Pemilihan fase gerak sangat menentukan berhasil tidaknya pemisahan. Untuk menentukan fase gerak yang akan digunakan, dilakukan pendekatan:
1.      Penelusuran literature/pustaka.
2.      Mencoba dengan KLT. Cara ini dikerjakan dengan memilih fase diam KLT sejenis dengan fase diam kolom yang akan digunakan. Biasanya dicoba dikembangfcan dengan fase gerak non polar kemudian diikuti dengan fase gerak yang lebih polar.
Membuat kolom (packing) Pengemasan kolom dapat dilakukan dengan cara basah atau cara kering. Cara basah lebih mudah untuk memperoleh packing yang memberikan pemisahan yang baik. Sedangkan cara kering umumnya dilakukan untuk alumina.
Cara basah Kedalam ujung kolom kromatografi (tempat keluarnya fase diam) diatas keran diletakkan gelas wool, tidak perlu ditekan kuat. Diatasnya ditaburkan pasir sehingga membentuk lapisan tebal + 1 cm. Selanjutnya dimasukkan petroleum eter sambil mencoba kecepatan menetes fase gerak dengan memutar keran. Di dalam beker gelas dibuat bubur fase diam dengan petroleum eter. Dengan bantuan batang pengaduk bubur dimasukkan kedalam kolom berisi petroleum eter. Sambil diketuk-ketuk butir-butir fase diam akan turun dan tersusun rapi didalam kolom. Bila kolom penuh dengan petroleum eter keran dibuka untuk menurunkan permukaannya dan petroleum eter yang keluar dapat digunakan lagi untuk membuat bubur fase diam. Packing dihentikan sampai panjang kolom yang dikehendaki. Selapis pasir diletakkan pada packing kolom untuk melindungi kolom. Kolom dijaga untuk tidak kering, maka diatas lapisan pasir haras selalu ada selapis fase gerak. Pada proses packing ini dinding luar kolom gelas disemprot dengan aseton. Penyemprotan dimaksudkan untuk mendinginkan kolom sehingga menghambat terbentuknya gelembung udara. Adapun untuk kolom yang diameternya kecil fase diam kering dapat ditaburkan sedikit demi sedikit kedalam kolom yang berisi petroleum eter. Kolom ini digunakan setelah disimpan semalam.
Cara kering Selapis pasir diletakkan didasar kolom, kemudian fase gerak dimasukkan lapis demi lapis sampil ditekan dengan karet atau alat penekan lain. Selain ditekan dapat juga dibantu dengan dihisap, sehingga dihasilkan packing fase diam yang mampat. Diatas fase diam diletakkan kertas saring dan diatasnya lagi sdapis pasir. Pada posisi keran terbuka fase gerak dituangkan dan dibiarkan mengalir keluar. Packing kolom disimpan dengan mempertahankan selapis fase gerak berada diatas lapisan pasir.
Penyiapan Sampel Sampel ditimbang kemudian dilarutkan dalam pelarut yang sesuai, kemudian dituangkan hati-hati diatas packing kolom. Fase gerak dikeluarkan tetes demi tetes, diatur kecepatan menetesnya (tergantung besar-kecilnya kolom) dan dijaga kolom tetap terendam, untuk itu ditambah fase gerak perlahan-lahan dan dijaga tidak merusak packing kolom. Fase gerak yang keluar ditampung sebagai fraksi. Volume fraksi tergantung berat sampel dan pemisahan yang nampak pada kolom saat proses awal elusi ini. Makin kecil volume fraksi, akan diperoleh pemisahan yang lebih baik, namun akan dikumpulkan banyak fraksi. Untuk 10 gram sampel biasanya dikumpulkan fraksi dengan volume a 150 ml. Cara meletakkan sampel pada kolom yang lebih baik adalah dengan mencampur dengan fase diam. Satu bagian sampel dilarutkan dalam pelarut yang sesuai, biasanya pelarut yang digunakan adalah pelarut yang digunakan untuk pembuatan ekstrak.  Larutan ekstrak ini kemudian dicampur dengan 2,0-3.0 bagian fase diam, dengan hati-hati campuran ini dikeringkan didalam rotary evaporator hingga diperoleh serbuk ekstrak kering. Serbuk ini ditaburkan diatas packing kolom dan ditutup dengan selapis pasir. Selanjutnya sampel siap dielusi.
Elusi (pengembangan) Fase gerak (cairan =pelarut pengembang) Fase gerak dimasukkan kedalam kolom dengan cara dituangkan sedikit demi sedikit atau dialirkan dari bejana yang diletakkan diatas kolom sehingga fase gerak mengalir dengan sendirinya. Cara yang praktis adalah dengan memasukkan kedalam corong pisah, ujung corong pisah dimasukkan kedalam kolom dan ujung lain tertutup, sedangkan keran terbuka. Fase gerak akan keluar dengan sendirinya sesuai dengan keluarnya fase gerak dari kolom. Dibedakan dua jenis cara elusi: Elusi isokratik yaitu selama proses elusi menggunakan fase gerak dengan polaritas tetap. Elusi gradien (bertahap) yaitu selama proses elusi menggunakan fase gerak berubah-ubah polaritasnya. Untuk membuat polaritas berubah-ubah maka komposisi fase gerak berubah. Pada umumnya dimulai fase gerak non polar kemudian berubah kepelarut yang polar. Perubahan ini dapat diprogramkan sesuai dengan pemisahan yang diinginkan. Elusi dihentikan jika sudah tidak ada lagi sampel yang dapat dibawa keluar lagi oleh fase gerak, bila digunakan elusi gradien sudah sampai pada fase gerak yang paling polar.
Mendeteksi komponen yang dipisahkan Kromatografi kolom yang konvensional tidak dilengkapi detektor, namun sekarang dapat digunakan dengan mengalirkan eluate (efluen) pada detektor untuk mendeteksi komponen. Yang umum digunakan dan mudah dikerjakan adalah dengan memonitor fraksi dengan KLT. Fraksi yang mempunyai profil bercak KLT yang mirip digabungkan. Selanjutnya gabungan ini dapat dianalisis lebih lanjut. Pada kolom partisi umumnya suatu pelarut tidak campur air diadsorpsi pada suatu padatan inert, sebagai cairan fasa diam. Larutan analit ditempatkan pada bagian atas kolom, kemudian dicuci dengan pelarut kedua hingga analit keluar dari kolom. Pelarut kedua= fase gerak = eluen =bisa  berupa campuran pelarut mungkin juga yang mengandung bufer
Alat kromatografi kolom sederhana, terdiri dari kolom dari kaca yang ada kranya. Umumnya panjang kolom minimum 10x diameter pipa kaca yang digunakan dan labu Erlenmeyer sebagai penampung eluen. Fasa diam berupa adsorben yang tidak larut dalam fasa gerak, ukuran partikel fasa diam harus seragam. Adanya pengotor dalam fasa diam dapat menyebabkan adsorbsi tidak reversible. Sebagai fasa diam digunakan alumina, silica gel, arang, bauksit, kalsium karbonant, bauksit, magnesium karbonat, pati, talk, selulose, gula, tanah diatom. Pengisian fasa diam ke dalam kolom dapat dilakukan dengan cara kering dan cara basah. Pada cara basah fasa diam dibuat bubur dulu dengan pelarut yang akan digunakan untuk fasa gerak, baru kemudian dimasukkan kedalam kolom. Fasa gerak dalam kromatografi kolom dapat berupa pelarut tunggal atau campuran beberapa pelarut dengan komposisi tertentu. Pelarut dapat polar atau non polar dengan berat molekul kecil lebih cepat meninggalkan fasa diam.
  Kromatografi cair yang dilakukan di dalam kolom besar merupakan metode kromatografi terbaik untuk pemisahan campuran dalam jumlah besar. Pada kromatografi kolom, campuran yang akan dipisahkan diletakkan berupa pita bagian atas kolom penyerap yang berada dalam tabung kaca, tabung logam atau bahkan tabung plastic. Pelarut (fase gerak) dibiarkan mengalir melalui kolom karena aliran ini disebabkan oleh gaya berat atau di dorong dengan tekanan. Zat penyerap (misalnya aluminium oksida yang telah diaktifkan, silica gel, kilsegur terkalsinaasi, dan kilsegur kromatografi murni) dalam keadaan kering atau sebagai bubur, dimampatkan ke dalam tabung kaca atau tabung kuwarsa dengan ukuran tertentu dan mempunyai lubang mengalir keluar dengan ukuran tertentu.Sediaan yang diuji dan dilarutkan dalam sedikit pelarut ditambahkan pada puncak kolom dan dibiarkan mengalir ke dalam zat penyerap. Zat berkhasiat diserap dari larutan secara sempurna oleh bahan penyerap berupa pita sempit pada puncak kolom.
         Dengan mengalirkan pelarut lebih lanjut, dengan atau tanpa tekanan udara, masing-masing zat bergerak turun dengan kecepatan khas hingga terjadi pemisahan dalam kolom yang disebut kromatogram. Kecepatan bergerak zat dipengaruhi oleh beberapa faktor misalnya daya serap zat penyerap, sifat pelarut dan suhu dari sistem kromatografi. Jika dikehendaki pemisahan beberapa zat khasiat dapat dilakukan dengan mengalirkan selanjutnya pelarut yang sama atau pelarut lain yang mempunya daya elusi yang kuat .
          Teknik pemisahan kromatografi kolom dalam memisahkan campuran, kolom yang telah dipilih sesuai ukuran diisi dengan bahan penyerap (adsorben) seperti alumina dalam keadaan kering atau dibuat seperti bubur dengan pelarut. Pengisian dilakukan dengan bantuan batang pemanpat (pengaduk) untuk memanpatkan adsorben dengan gelas wool pada dasar kolom. Pengisian harus dilakukan secara hati-hati dan sepadat mungkin agar rata sehingga terhindar dari gelembung-gelembung udara. Untuk membantu homogenitas pengepakan biasanya kolom setelah diisi divibrasi, diketok-ketok atau dijatuhkan lemah pada pelat kayu. Sejumlah cuplikan dilarutkan dalam sedikit pelarut, dituangkan melalui sebelah atas kolom dan dibiarkan mengalir ke dalam adsorben. Komponen-komponen dalam campuran diadsorpsi dari larutan secara kuantitatif oleh bahan penyerap berupa pita sempit pada permukaan atas kolom, dengan penambahan pelarut (eluen) secara terus-menerus, masing-masing komponen akan bergerak turun melalui kolom dan pada bagian atas kolom akan terjadi kesetimbangan baru antara bahan penyerap, komponen campuran dan eluen. Kesetimbangan dikatakan tetap bila suatu komponen yang satu dengan lainnya bergerak ke bagian bawah kolom dengan waktu atau kecepatan berbeda-beda sehingga terjadi pemisahan. Jika kolom cukup panjang dan semua parameter pemisahan betul-betul terpilih seperti diameter kolom, adsorben, pelarut dan kecepatan alirannya, maka akan terbentuk pita-pita (zona-zona) yang setiap zona berisi satu macam komponen. Setiap zona yang keluar dari kolom dapat ditampung dengan sempurna sebelum zona yang lain keluar dari kolom. Komponen (eluat) yang diperoleh dapat diteruskan untuk ditetapkan kadarnya, misalnya dengan cara titrasi atau spektofotometri.
2.6.1     Analisis  farmasi
       Pemisahan molekul-molekul penting seperti asam nukleat, karbohidrat, lemak, vitamin dan molekul penting lainnya.

2.7.  Manfaat Kromatografi Kolom
       Dalam bidang bioteknologi, kromatografi mempunyai peranan yang sangat besar. Misalnya dalam penentuan, baik kualitatif maupun kuantitatif, senyawa dalam protein. Protein sering dipilih karena ia sering menjadi obyek molekul yang harus di-purified (dimurnikan) terutama untuk keperluan dalam bio-farmasi. Kromatografi juga bisa diaplikasikan dalam pemisahan molekul-molekul penting seperti asam nukleat, karbohidrat, lemak, vitamin dan molekul penting lainnya. Dengan data-data yang didapatkan dengan menggunakan kromatografi ini, selanjutnya sebuah produk obat-obatan dapat ditingkatkan mutunya, dapat dipakai sebagai data awal untuk menghasilkan jenis obat baru, atau dapat pula dipakai untuk mengontrol kondisi obat tersebut sehingga bisa bertahan lama.
        Dalam bidang clinical (klinik), teknik ini sangat bermanfaat terutama dalam menginvestigasi fluida badan seperti air liur. Dari air liur seorang pasien, dokter dapat mengetahui jenis penyakit yang sedang diderita pasien tersebut. Seorang perokok dapat diketahui apakah dia termasuk perokok berat atau ringan hanya dengan mengetahui konsentrasi CN- (sianida) dari sampel air liurnya. Demikian halnya air kencing, darah dan fluida badan lainnya bisa memberikan data yang akurat dan cepat sehingga keberadaan suatu penyakit dalam tubuh manusia dapat dideteksi secara dini dan cepat. Sekarang ini, deteksi senyawa oksalat dalam air kencing menjadi sangat penting terutama bagi pasien kidney stones (batu ginjal). Banyak metode analisis seperti spektrofotometri, manganometri, atau lainnya, akan tetapi semuanya membutuhkan kerja ekstra dan waktu yang cukup lama untuk mendapatkan hasil analisis dibandingkan dengan teknik kromatografi.

2.8.  Kelebihan dan Kekurangan Kromatografi Kolom
2.8.1 Kelebihan kromatografi kolom :
        Dapat digunakan untuk analisis dan aplikasi preparative. Digunakan untuk menentukan jumlah komponen campuran. Digunakan untuk memisahkan dan purifikasi substansi.

2.8.2 Kekurangan kromatografi kolom :
          Untuk mempersiapkan kolom dibutuhkan kemampuan teknik dan manual. Metode ini sangat membutuhkan waktu yang lama (time consuming).

BAB III
PENUTUP

4.1. Kesimpulan

Dari hasil praktikum yang telah dilaksanakan dapat disimpulkan bahwa ditinjau dari mekanismenya kromatografi kolom merupakan kromatografi serapan atau adsorbsi yang digolongkan kedalam kromatografi cair – padat (KCP) kolom terbuka.
4.2 Saran
            Makalah ini masih jauh dari kata sempurna karena keterbatasan informasi.  Oleh karena itu, meskipun sedikit yang di jelaskan tentang kromatografi kolom, di harapkan makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca khususnya bagi mahasiswa yang sedang mencari informasi mengenai kromatografi kolom, semoga dapat  memahami uraian tersebut.


DAFTAR PUSATAKA

Sudjadi.1988.Metode Pemisahan. Konsius: Yogyakarta.
Arsyad, M. Natsir, 2001, Kamus Kimia Arti dan Penjelasan Istilah, Gramedia: Jakarta.
Aswad.2001.Kimia Untuk Universitas.Erlangga : Jakarta.
Bernaseoni,G. 2005. Teknologi Kimia. PT Padya Pranita: Jakarta.
Keenan, Charles W. dkk. 2002. Kimia Untuk Universitas Jilid 2. Erlangga: Jakarta.
Mulyadi. 2006. Pengenalan Ilmu Kimia . Bumi aksara: Jakarta
Syukri. 2000. Kimia Dasar 3. ITB Press: Bandung.
Synder, L.R,J.J. Kirkland, dan J.L.Glajch. 1997. HPLC Method Development. New York: John Willey & Sons.
Watson, G David. 2005. Analisis Farmasi edisi 2. Penerbit Buku Kedokteran: Jakarta.
Prof. Dr. Gholib, Ibnu, dan Rohman, Abdul. Kimia Farmasi Analisis. Pustaka Pelajar: Universitas Gadjah Mada.


1 komentar: