BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Sekarang
ini deteksi sifat spesifik suatu senyawa menjadi sangat penting,terutama dalam
bidang farmasi, kimia, dan klinik, serta bidang lainnya. Suatu analisis kimia
seperti pengambilan cuplikan, pemisahan senyawa pengganggu, isolasi senyawa
yang dimaksudkan, pemekatan terlebih dahulu sebelum identifikasi dan pengukuran
banyak dilakukan. Banyak metode analisis seperti spektrofotometri,
manganometri, atau lainnya, akan tetapi semuanya membutuhkan kerja ekstra dan
waktu yang cukup lama untuk mendapatkan hasil analisis dibandingkan dengan
teknik kromatografi. Dengan alasan inilah penulis membahas tentang
kromatografi, terutama kromatografi kolom. Tanpa teknik kromatografi, sintesis
senyawa murni (atau hampir murni) akan sangat sukar, dan dalam banyak kasus,
hampir tidak mungkin. Pada umumnya
sebelum suatu senyawa diidentifikasi dan dapat di ukur kadarnya, perlu di pisahkan dari matriknya. Oleh karna
itu, pemisahan merupakan langkah penting dalam analisi kualitatis. Suatu analisis kimia menjadi meragukan jika pengukuran sifat tidak
berhubungan dengan sifat spesifik senyawa terukur. Analisis meliputi
pengambilan cuplikan, pemisahan senyawa pengganggu, isolasi senyawa yang
dimaksudkan, pemekatan terlebih dahulu sebelum identifikasi dan pengukuran.
Terdapat banyak teknik pemisahan tetapi kromatografi merupakan teknik yang
paling banyak di gunakan. Salah satunya yaitu kromatografi kolom.
Berbagai metode kromatografi
memberikan cara pemisahan paling kuat. Karena pemanfaatannya yang leluasa,
dipakai secara luas untuk pemisahan analitik dan preparatif. Biasanya,
kromatografi analitik dipakai pada tahap permulaan untuk semua cuplikan, dan
kromatografi preparatif hanya dilakukan jika diperlukan fraksi murni dari
campuran. Pemisahan secara kromatografi dilakukan dengan cara mengotak-atik
langsung beberapa sifat fisika umum dari molekul. Pemisahan
senyawa biasanya menggunakan beberapa teknik kromatografi. Pemilihan teknik
kromatografi sebagian besar bergantung pada sifat kelarutan senyawa yang akan
dipisahkan. Berdasarkan uraian tersebut, maka akan membahas
tentang metode kromatografi kolom.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang masalah yang telah dikemukakan. Di bawah ini dirumuskan beberapa
masalah yang akan dibahas dalam makalah :
1. Apakah pengertian dari kromatografi?
2. Apakah pengertian kromatografi
kolom?
3.
Bagaimana jenis-jenis kromatografi?
4.
Bagaimanakah sifat-sifat adsorben dan pelarut dalam
kromatografi kolom?
5.
Bagaimanakah penggunaan kromatografi kolom?
6.
Bagaimana manfaat dari kromatografi kolom?
7.
Bagaimana kelebihan dan kekurangan dari kromatografi
kolom?
1.3. Tujuan
Adapun
tujuannya yaitu sebagai berikut:
1.
Untuk mengetahui arti dari kromatografi
2.
Untuk mengetahui pengertian dari kromatografi kolom
3.
Untuk mengetahui jenis-jenis kromatografi
4.
Untuk mengetahui sifat-sifat adsorben dan pelarut
dalam kromatografi kolom
5.
Untuk mengetahui penggunaan kromatografi kolom
6.
Untuk mengetahui manfaat dari kromatografi kolom
7.
Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan dari
kromatografi kolom
1.4. Metode penulisan
Dalam
penulisan makalah ini penulis menggunakan metode literatur, dimana mengambil
informasi dari buku-buku, internet, dan bahan bacaan lainnya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Kromatografi
Kromatografi merupakan suatu nama yang diberikan untuk teknik pemisahan tertentu. Kromatografi pertama kali di perkenalkan oleh Michael Tsweet pada tahun 1903 yang merupakan seorang di ahli botani dari rusia. Dalam percobaannya Michael Tsweet berhasil memisahkan klorofil dan pigmen pigmen warna lain dalam ekstrak tumbuhan dengan menggunakan serbuk kalsium karbonat yang di isikan ke dalam kolom kaca dan petroleum eter sebagai pelarut. Proses pemisahan itu di awali dengan menempatkan larutan cuplikan dengan menempatkan larutan cuplikan pada permukaan atas kalsium karbonat, kemudian di alirkan pelarut petroleum eter, dan hasilnya berupa pita pita warna yang terlihat sepanjang kolom sebagai hasil pemisahan komponen-komponen dalam ekstrak tumbuhan. Cara asli telah diketengahkan pada tahun 1903 oleh Tsweet, ia telah menggunakannya untuk menggunakan pemisahan senyawa-senyawa yang berwarna, dan nama kromatografi diambil dari senyawa yang berwarna. Meskipun demikian pembatasan untuk senyawa-senyawa yang berwarna tak lama dan hampir kebanyakan pemisahan-pemisahan secara kromatografi sekarang diperuntukkan pada senyawa-senyawa yang tak berwarna, termasuk gas.
Kromatografi
adalah suatu teknik pemisahan molekul berdasarkan perbedaan pola pergerakan
antara fase gerak dan fase diam untuk memisahkan komponen (berupa molekul) yang
berada pada larutan. Atau kromatografi adalah proses melewatkan sampel melalui
suatu kolom, perbedaan kemampuan absorpsi terhadap zat-zat yang sangat mirip
mempengaruhi resolusi zat terlarut dan menghasilkan apa yang di sebut
kromatogram. Pada dasarnya, semua kromatografi menggunakan dua fase yaitu satu
fase tetap (stationary) dan yang lain fase bergerak (mobile).
Pemisahan-pemisahan tergantung pada gerakan relative dari dua fase ini.
Cara-cara kromatografi dapat digolongkan sesuai dengan sifat-sifat fase tetap,
yang dapat berupa zat padat atau zat cair.
Jika fase tetap berupa zat padat maka cara tersebut dikenal sebagai kromatografi serapan, jika zat cair dikenal sebagai kromatografi partisi. Karena fase bergerak dapat berupa zat cair atau gas maka semua ada empat system kromatografi. Prinsip pemisahan kromatografi yaitu adanya distribusi komponen-komponen dalam fasa diam dan fasa gerak berdasarkan perbedaan sifat fisik komponen yang akan dipisahkan.
Jika fase tetap berupa zat padat maka cara tersebut dikenal sebagai kromatografi serapan, jika zat cair dikenal sebagai kromatografi partisi. Karena fase bergerak dapat berupa zat cair atau gas maka semua ada empat system kromatografi. Prinsip pemisahan kromatografi yaitu adanya distribusi komponen-komponen dalam fasa diam dan fasa gerak berdasarkan perbedaan sifat fisik komponen yang akan dipisahkan.
2.2. Jenis-Jenis Kromatografi
Umumnya
metode kromatografi diklasifikasikan berdasarkan jenis fasa yang digunakan dan
sebagian berdasarkan mekanisme pemisahannya. Berdasarkan fasa gerak dan fasa
diamnya , kromatografi dapat di bedakan atas berbagai tipe sebagai berikut:
2.2.1 Kromatografi cair-padat (Kromatografi Adsorpsi)
Kromatografi adsorpsi adalah teknik
kromatografi tertua dioperasikan berdasarkan retensi terlarut pada permukaan
adsorben. Pada kromatografi adsorpsi, fasa stasionernya terdiri atas zat padat
dan fasa mobilnya terdiri atas zat gas atau zat cair.
Contoh– contoh yang termasuk kromatografi
adsorpsi
•
Kromatografi kolom Adsorpsi
•
Kromatografi gas
•
Kromatografi lapis tipis
2.2.2 Kromatografi Cair-cair (Kromatografi Partisi)
Fasa diam pada kromatografi Jenis ini
berupa lapisan tipis cairan yang terserap pada: padatan inert berpori, yang
berfungsi sebagai fasa pendukung.
2.2.3 Kromatografi Gas-padat (KGP)
Kromatografi gas termasuk dalam salah satu
alat analisa (analisa kualitatif dan analisa kuantitatif), kromatografi gas
dijajarkan sebagai cara analisa yang dapat digunakan untuk menganalisa
senyawa-senyawa organic. ada dua jenis kromatografi gas, yaitu kromatografi gas
padat (KGP), dan kromatografi gas cair (KGC)
2.2.4 Kromatografi Gas-Cair (KGC)
Pada kaimia organik kadang-kadang
menyebutnya sebagai kromatografi fasa uap.
2.2.5
Kromatografi
Penukar Ion
Kromatografi pertukaran ion adalah salah satu teknik
pemurnian senyawa spesifik di dalam larutan campuran. Prinsip utama dalam
metode ini didasarkan pada interaksi muatan positif dan negatif antara molekul
spesifik dengan matriks yang barada di dalam kolom kromatografi.
Secara umum, teradapat dua jenis kromatografi pertukaran ion, yaitu Kromatografi
pertukaran kation dan kromatografi pertukaran anion.
2.2.6 Kromatografi Kertas (KT)
Kromatografi kertas
merupakan salah satu metode pemisahan berdasarkan distribusi suatu senyawa pada
dua fasa yaitu fasa diam dan fasa gerak. Pemisahan sederhana suatu campuran
senyawa dapat dilakukan dengan kromatografi kertas, prosesnya dikenal sebagai
analisis kapiler dimana lembaran kertas berfungsi sebagai pengganti kolom.
2.2.7 Kromntografi
Lapis Tipis (KLT atau TLC = Thin Layer Chromatography)
Kromatografi
jenis ini mirip dengan kromatografi kertas. Bedanya kartas digantikan lembaran
kaca atau plastik yang dilapisi dengan lapisan tipis adsorben seperti alumina,
silika gel. selulosa atau materi lainnya. Kromatografi lapis tipis lebih
bersifat reprodusibel (bersifat boleh ulang) daripada kromatografi kertas.
2.2.8 Kromatografi Filtrasi Gel
Pada kromatografi jenis ini fasa diam berupa gel yang terbuat dari dekstran, suatu bahan hasil ikatan silang molekul-molekul polisakarida.
2.2.9
Kromatografi Elektroforesis Kontinyu
Kromatografi jenis ini merupakan
bagian dari kromatografi kertas dimana selama pengerjaannya diterapkan medan
listrik tegak lurus pada aliran pelarut. Arah aliran spesies ionik akan
menyimpang dari arah aliran semula tergantung atas muatan molekul dan
gerakitasnya.
2.3. Kromatografi Kolom
2.3.1. Pengertian Kromatografi Kolom
Kromatografi kolom merupakan teknik
kromatografi yang paling awal yang pertamakali di lakukan oleh D.T.Davy
yaitu untuk membedakan komposisi minyak bumi. Ditinjau dari mekanismenya
kromatografi kolom merupakan kromatografi serapan atau adsorbsi. Kromatografi
kolom digolongkan kedalam kromatografi cair – padat (KCP) kolom terbuka.
Pemisahan kromatografi
kolom adsorpsi didasarkan pada adsorpsi komponen-komponen campuran dengan
afinitas berbeda-beda terhadap permukaan fase diam. Kromatografi kolom adsorpsi
termasuk pada cara pemisahan cair-padat. Substrat padat (adsorben) bertindak
sebagai fase diam yang sifatnya tidak larut dalam fase cair. Fase bergeraknya
adalah cairan (pelarut) yang mengalir membawa komponen campuran sepanjang
kolom. Prinsip yang
mendasari kromatografi kolom adsorpsi ialah bahwa komponen – komponen dalam zat
contoh yang harus diperiksa mempunyai afinitas yang berbeda-beda terhadap
adsorben dalam kolom. Apabila kita mengalirkan cairan ( elutor ) secara
kontinyu melalui kolom yang berisi zat contoh yang telah diadsorpsikan oleh
penyarat kolom, maka yang pertama – tama dihanyutkan elutor ialah komponen yang
paling lemah terikat kepada adsorben. Komponen –komponen lainnya akan
dihanyutkan menurut urutan afinitasnya terhadap adsorben, sehingga terjadi
pemisahan daripada komponen – komponen tersebut.
Pemisahan tergantung pada kesetimbangan
yang terbentuk pada bidang antarmuka di antara butiran-butiran adsorben dan
fase bergerak serta kelarutan relatif komponen pada fase bergeraknya. Antara
molekul-molekul komponen dan pelarut terjadi kompetisi untuk teradsorpsi pada
permukaan adsorben sehingga menimbulkan proses dinamis. Keduanya secara
bergantian tertahan beberapa saat di permukaan adsorben dan masuk kembali pada
fase bergerak. Pada saat teradsorpsi komponen dipaksa untuk berpindah oleh
aliran fase bergerak yang ditambahkan secara kontinyu. Akibatnya hanya komponen
yang mempunyai afinitas lebih besar terhadap adsorben akan secara selektif
tertahan. Komponen dengan afinitas paling kecil akan bergerak lebih cepat
mengikuti aliran pelarut.
Teknik pemisahan kromatografi kolom partisi sangat
mirip dengan kromatografi kolom adsorpsi. Perbedaan utamanya terletak pada
sifat dari penyerap yang digunakan. Pada kromatografi kolom partisi penyerapnya
berupa materi padat berpori seperti kieselguhr, selulosa atau silika gel yang
permukaannya dilapisi zat cair (biasanya air). Dalam hal ini zat padat hanya
berperan sebagai penyangga (penyokong) dan zat cair sebagai fase diamnya. Fase
diam zat cair umumnya diadsorpsikan pada penyangga padat yang sejauh mungkin
inert terhadap senyawa-senyawa yang akan dipisahkan. Zat padat yang penyokong
harus penyerap dan menahan fase diam serta harus membuat permukaannya seluas
mungkin untuk mengalirnya fase bergerak. Penyangga pada umumnya bersifat polar
dan fase diam lebih polar dari pada fase bergerak. Dalam kromatografi partisi
fase bergeraknya dapat berupa zat cair dan gas yang mengalir membawa
komponen-komponen campuran sepanjang kolom. Jika fase bergeraknya dari zat
cair, akan diperoleh kromatografi partisi cair-cair. Teknik ini banyak
digunakan untuk pemisahan senyawa-senyawa organik maupun anorganik.
Resin penukar ion adalah suatu bahan
padat yang memiliki bagian (ion positif atau negatif) tertentu yang bisa
dilepas dan ditukar dengan bahan kimia lain dari luar. Berdasarkan jenis
ion/muatan yang dipertukarkan, resin dapat dibagi menjadi 2 yaitu resin penukar
kation adalah ion positif yang dipertukarkan dan resin penukar anion
adalah ion negatif yang dipertukarkan. Ion Exchange adalah proses
penyerapan ion – ion oleh resin dengan cara Ion-ion dalam fasa cair
(biasanya dengan pelarut air) diserap lewat
ikatan kimiawi karena bereaksi dengan padatan resin. Resin sendiri melepaskan
ion lain sebagai ganti ion yang diserap. Selama operasi
berlangsung setiap ion akan dipertukarkan dengan ion
penggantinya hingga seluruh resin jenuh dengan ion
yang diserap.
Besarnya nilai kapasitas penukar dari resin
penukar ion tergantung pada jumlah gugus ion yang dapat ditukarkan yang
terkandung dalam setiap gram bahan resin tersebut. Semakin besar jumlah
gugus-gugus tersebut, maka semakin besar pula nilai kapasitas resinnya.
Besarnya nilai kapasitas resin diketahui agar dapat memperkirakan berapa
banyaknya resin yang diperlukan dalam analisa kimia dengan menggunakan metode
kromatografi kolom. Apabila resin telah mengikat jumlah ion yang sama dengan
kapasitas maksimumnya maka resin tersebut dikatakan telah “exchausted”. Dalam keadaan demikian resin dapat dikembalikan ke
keadaan semula dengan jalan menuangkan larutan asam yang agak pekat ke dalamnya
sehingga terjadi reaksi kebalikan dari reaksi penukaran ion. Resin penukar
anion dapat berupa ko-polimer stiren dan divinil benzen tetapi tidak mengandung
gugusan-gugusan amin yang bersifat basa dengan resin penukar anion terjadi pengubahan
yang jumlahnya ekuivalen.
Parameter yang di gunakan dalam
mengevaluasi kinerja kolom, setelah mengoptimumkan efesiensi pemisahan secara
kromatografi, mutu kromatografi dapat di
kendalikan dengan menerapkan uji kesesuian sistem tertentu. Salah satu
diantaranya adalah perhitungan pelat pelat teoritis untuk suatu kolom dan
terdapat dua parameter utama lainnya untuk menilai kinerja.
2.3.2 Persyaratan kolom
Pola kecepatan arus elutor pada tiap irisan kolom yang dipilih di
sembarang tempat suddah tentu sedapat mungkin harus sama. Keseragaman ini dapat
dicapai dengan memilih adsorben yang ukuran butir – butirnya sama ( diayak )
dan dengan cara penyaratan yang baik. Makin kecil ukuran butir adsorben, makin
cepat keseimbangan adsorpsi akan tercapai, dan makin besar pula kecepatan elusi
yang boleh dipergunakan. Tetapi dilain pihak, makin kecil butir adsorben, makin
besar hambatan bagi cairan yang harus mengalir melalui kolom. Apabila kecepatan
lintas bagi cairan elutor terlalu kecil, dapat dipergunakan pompa vakum yang
menimbulkan tekanan rendah dalam ruang di bawah kolom sehingga cairan dapat
mengalir lebih cepat melalui kolom. Cara yang lain ialah menambahkan tekanan
dalam ruang di atas kolom dengan menggunakan pompa pneumatic.
2.3.3 Bentuk kolom
Penempatan adsorben dalam kolom secara uniform betul sangat sukar
dilaksanakan. Sebagai akibatnya, zona – zona komponen yang dipisahkan menjadi
kurang teratur bentuknya. Bagi kolom yang lebar hal ini dapat menyebabkan
pembauran. Tetapi bagi kolom kecil bahaya ini seberapa besar. Namun di lain
pihak, kolom yang lebar dan pendek itu lebih memudahkan dalam pemakaiannya.
Oleh karena itu, tinggi kebanyakan kolom ialah ± 20 kali diameternya. Di bawah
tabung yang umumnya terbuat dari gelas terdapat lempengan meduk yang terbuat
dari porselen atau dari serbuk gelas yang dipanaskan hingga melengket jadi
satu. Lempengan yang berbentuk cakram ini bergawai sebagai penahan fasa yang
stasioner. Di bagian tabung yang paling bawah terdapat kapiler penyulur
dilengkapi dengan pancur. Kapiler beserta pancur dirakitkan dengan kolom
memakai suku asah sehingga mudah dilepaskan guna membersihkan kolom dan untuk
meniup kolom sehingga menjadi bersih dari cairan. Ruang antara pancur dan
cakram penyaring harus sekecil mungkin supaya tidak terjadi pembauran antara
cairan – cairan yang keluar dari kolom.
2.3.4 Kecepatan arus
Semakin rendah kecepatan arus cairan, semakin baik akibatnya bagi
tercapainya keseimbangan adsorpsi dan akan semakin baik pula pemisahannya.
Bentuk zona pun menjadi lebih teratur. Tetapi kecepatan arus yang terlalu
rendah dapat menimbulkan efek difusi axial dalam fasa mobil yang harus dihindarkan
sejauh mungkin. Jadi dapat dikatakan bahwa pemisahan yang terbaik dapat dicapai
dengan mempergunakan kolom yang panjang dan sempit, diisi dengan adsorben yang
berbutir halus, dan arus yang lambat. Elusi dapat dimulai apabila campuran yang
harus dipisahkan sudah dimasukan dalam kolom. Elusi ini dilakukan dengan
memasukan cairan elutor berenyai – renyai melalui kolom dan harus dijaga supaya
arusnya tidak berhenti. Komponen – komponen yang telah diadsorpsikan oleh
adsorben akan bergerak dalam bentuk gelang – gelang atau zona dengan kecepatan
yang berbeda – beda melalui kolom dan ditampung di bawah kolom secara terpisah
memakai beberapa tabung yang dibubuhi tanda – tanda. Tabung – tabung ini
ditempatkan dalam sebuah fraksikolektor. Setelah itu fraksi – fraksi yang
diperoleh mulai dapat diselidiki.
2.3.5
Perolehan data
Suatu integrator, jika berdasarkan mikroprosesor atau perakat lunak pc,
hanya mengukur jumlah total arus yang mengalir melewati lebar puncak suatu
kromatografi. Untuk melakukan hal ini , integrator mengukur laju peningkatan
tegangan lebih kurang 30 kali melintasi lebar puncak tersebut. Parameter yang
menunjukan waktu pengukuran harus di
mulai adalah ambang batas puncak tersebut, yang menentukan tingkat ketika
tegangan sinyal tersebut harus di naikkan sebelum akumulasi sinyal terjadi.
Untuk mencegah penyimpanan aliran garis dasar, kemiringan kenaikan harus
memiliki ketajaman tertentu sebelum di anggap suatu puncak.
2.3.6
Perhitungan Efesiensi Kolom
Semakin lebar suatu puncak kromatografi
yang sebanding dengan waktu retensinya, semakin kurang efesien kolom
pengelusinya.
Persamaan 1
dengan n adalah jumlah pelat
teoretis.
Efesiensi kolom biasanya dinyatakan dalam pelat
teoretis per meter:
n x 100/L
Pengukuran
efesiensi kolom yang lebih ketat, terutama jika waktu retensi analit tersebut
singkat, di nyatakan dengan persamaan 2.
Persamaan 2
Dengan N eff adalah jumlah pelat yang efektif dan
mencerminkan berapa kali analit berpartisi antara fase gerak dan fase diam
selama pergerakannya melalui kolom dan t’r =tr – t0
N eff = 5, 54 (t’r : W1/2)²
Persamaan lain yang di gunakan sebagai pengukuran
adalah H, “tinggi pelat teoretis”
H=L/N eff
Dengan h adalah panjang kolom yang di butuhkan untuk
berlangsungnya satu tahap partisi. (Watson 2005)
3.3.7 Pemisahan pada kolom
Pada pemisahan campuran-campuran
pada kolom, solut di cirikan dengan waktu retensi (tR) dan faktor retensi (k’)
yang berbanding lurus dengan D. Waktu retensi merupakan lamanya waktu yang di
butuhkan solut untuk melewati kolom. Waktu retensi dan faktor retensi di
hubungkan oleh persamaan berikut:
tR=tM(1+k’)
tM terkadang di tulis t0 dan di kenal sebagai waktu
mati merupakan waktu yang di butuhkan oleh solut yang tidak tertahan untuk
melewati kolom. Solut yang tidak tertahan akan bermigrasi dengan kecepatan yang
sama dengan fase gerak, karenanya perbandingan distribusi (D) dan faktor retensinya adalah 0 akan tertahan
secara profosional dan akan mempunyai waktu retensi yang lebih besar dari pada
tM, misal:
jika k’ = 1 maka tR= 2tM
jika k’ = 2 maka tR = 3tM
kondisi kromatografi umumnya di atur sedemikian rupa
sehingga nilai k’ lebih kecil dari pada 20 untuk menghindari waktu retensi yang
terlalu panjang. Nilai k’ dapat di hitung dengan menyusun ulang persamaan di
atas:
tR=tM (1=k’) maka k’ = (tR-tM) / tM
dalam kromatografi ukuran eksklusi, solut di
karakterisasi dengan volume retensi (Vr) yang merupakan volume fase gerak yang
di butuhkan untuk mengelusi solut dari kolom. Waktu retensi berbanding langsung
dengan volume retensi pada kecepatan alir yang konstan sehingga persamaan di
atas dapat di tulis kembali:
Vr=Vm (1+k’)
Sementara nilai k dapat di ganti dengan:
k’=D(Vs / Vm)
dengan menggabungkan kedua persamaan ini maka akan di
peroleh:
Vr=Vm(1+D Vs / Vm)
Atau
Vr=Vm+DVs
Vs dan Vm masing-masing merupakann volume fase diam
dan volume vase gerak dalam kolom.
Persamaan tersebut merupakan persamaan pundamental
pada kromatografi kolom karena berhubungan dengan volume retensi solut terhadap
perbandingan distribusinya
3.3.8 Pemisahan kromatografi planar (kromatografi
kertas dan kromatografi lapis tipis)
Pemisahan kromatografi planar ini pada umunya di
hentikan sebelum semua fasa gerak melewati seluruh permukaan fase diam. Solut
pada kedua kromatografi ini di karakteristikan dengan jarak ujung fase geraknya.
Faktor retardasi solut (Rf) di definisikan sebagai:
Rf= 1 / 1+k’
Nilai R di hitung dengan menggunakan perbandingan
sebagaimana dalam persamaan di atas.
Rf== jarak yang di tempuh solut / jarak yang di tempuh
fasa gerak
Nilai maksimum Rf adalah 1 dan ini di capai ketika
solut mempunyai perbandingan distribusi (D) dan faktor retensi (k’) sama dengan
0 yang berarti solut bermigrasi dengan kecepatan yang sama dengan fase gerak.
Nilai minimun Rf adalah 0 dan ini teramati jika solut bertahan pada posisi titik
awal di permukaan fase diam.
(prof. Dr
Ibnu Gholib dan Abdul rohman 2007)
2.4 Sifat Adsorben dan Pelarut
Harus memiliki luas permukaan
besar internal. Kecepatan adsorbsi akan semakin bertambah dengan semakin
kecilnya ukuran diameter adsorben. Daerah tersebut harus dapat diakses melalui
pori-pori cukup besar untuk mengakui molekul untuk teradsorpsi. Ini adalah
bonus jika pori-pori juga cukup kecil untuk mengecualikan molekulyang tidak
diinginkan untuk menyerap adsorben harus mampu menjadi mudah diregenerasi adsorben
seharusnya tidak mengalami penuaan yang cepat, yang kehilangan kapasitas serap
melalui daur ulang terus-menerus harus adbsorbent mekanik cukup kuat untuk
menahan penanganan massal dan getaran yang merupakan fitur dari setiap unit industri.
Pemilihan pelarut tergantung dari
sifat kelarutannya, akan tetapi lebih baik untuk memilih suatu pelarut yang
tidak tergantung pada kekuatan elusi sehingga zat-zat elusi yang lebih kuat
dapat dicoba. “kekuatan” dari zat elusi adalah daya penyerapan pada penyerap
dalam kolom.
Adsorbsi terjadi karena adanya perbedaan potensial antara molekul-molekul
adsorbat dengan permukaan aktif pada pori-pori adsorbent. Gaya tersebut yang
menyebabkan molekul-molekul adsorbate secara difusional terjerap ke dalam
pori-pori adsorbent, dan terikat untuk waktu tertentu. Faktor-faktor yang
mempengaruhi adsorpsi adalah jenis adsorbent, jenis adsorbate, konsentrasi
adsorbate, luas permukaan aktif adsorbent, daya larut adsorbent, dan
kemungkinan terjadinya koadsorbsi pabila terdapat lebih dari satu jenis
adsorbat (Sawitri, 2008).
Ditambahkan lebih lanjut oleh
Hassler; Weber; Sawyer dalam Zahroh. (2010), proses adsorpsi dipengaruhi oleh
beberapa faktor antara lain:
a.
Sifat Adsorbat
Besarnya
adsorpsi zat terlarut tergantung pada kelarutannya pada pelarut. Kenaikan
kelarutan menunjukkan ikatan yang kuat antara zat terlarut dengan pelarut.
Apabila adsorbat memiliki kelarutan yang besar, maka ikatan antara zat terlarut
dan pelarut makin kuat sehingga adsorpsi akan semakin kecil karena sebelum
adsorpsi terjadi diperlukan energi yang besar untuk memecahkan ikatan zat
terlarut dengan pelarut.
b.
Konsentrasi Adsorbat
Adsorpsi
akan meningkat dengan kenaikan konsentrasi adsorbat. Adsorpsi akan konstan jika
terjadi kesetimbangan antara konsentarasi adsorbat yang terserap dengan
konsentrasi yang tersisa dalam larutan.
c.
Sifat Adsorben
Adsorpsi
secara umum terjadi pada semua permukaan, namun besarnya ditentukan oleh
luas permukaan adsorben yang kontak dengan adsorbat. Luas permukaan adsorben
sangat berpengaruh terhadap proses adsorpsi. Adsorpsi merupakan suatu kejadian
permukaan sehingga besarnya adsorpsi sebanding dengan luas permukaan. Semakin
banyak permukaan yang kontak dengan adsorbat maka akan semakin besar pula
adsorpsi yang terjadi.
d.
Temperatur
Reaksi yang
terjadi pada adsorpsi biasanya eksotermis, oleh karena itu adsorpsi akan besar
jika temperatur rendah.
e.
Waktu Kontak dan Pengocokan
Waktu kontak
yang cukup diperlukan untuk mencapai kesetimbangan adsorpsi. Jika fasa cair
berisi adsorben diam, maka difusi adsorbat melalui permukaan adsorben akan
lambat. Oleh karena itu, diperlukan pengocokan untuk mempercepat proses
adsorpsi.
f.
pH (Derajat Keasaman)
Untuk
asam-asam organik adsorpsi akan meningkat bila pH diturunkan dengan penambahan
asam-asam mineral. Hal ini disebabkan karena kemampuan asam mineral untuk
mengurangi ionisasi asam organik tersebut, sebaliknya bila pH asam organik
dinaikkan yaitu dengan menambahkan alkali, adsorpsi akan berkurang sebagai
akibat terbentuknya garam.
Berdasarkan
sifatnya, adsorpsi dapat digolongkan menjadi adsorpsi fisik dan kimia. Adsorpsi
fisik adalah adsorpsi yang melibatkan gaya intermolekul (gaya Van der Walls dan
ikatan hidrogen) antar adsorbat dan substrat (adsorben). Pada adsorpsi ini
adsorbat tidak terikat kuat pada permukaan adsorben sehingga dapat bergerak
dari satu bagian kebagian lain dalam adsorben. Sifat adsorpsinya adalah
reversible yaitu dapat dilepaskan kembali dengan adanya penurunan konsentrasi
larutan dan membentuk lapisan multilayer. Adsorpsi kimia adalah adsorpsi yang
melibatkan ikatan kovalen. Ikatan tersebut terjadi sebagai hasil dari pemakaian
bersama elektron oleh adsorben dan adsorbat. Dalam adsorpsi kimia partikel melekat
pada permukaan dengan membentuk ikatan kimia yaitu ikatan kovalen. Sifat
adsorpsinya adalah irreversible dan membentuk lapisan monolayer.
2.5 Proses
Sorpsi
Sorpsi merupakan proses
peminadahan solut dari fase gerak ke fase diam, sementara itu proses sebaliknya
(pemindahan solut dari fase diam ke fase gerak) di sebut dengan desopsi. Kedua
proses ini ( sorpsi dan desorpsi) terjadi secara terus menerus selama pemisahan
kromatografi karenanya sistem kromatografi berada dalam kesetimbangan dinamis.
Solut akan terdistribusfase yang ai diantara dua fase yang bersesuaian dengan
perbandingan distribusinya (D) untuk menjaga kesetimbangan ini ada 4 jenis
mekanisme sorpsi dasar dan umumnya 2 atau lebih mekanisme ini terlibat dalam
satu jenis kromatografi. Keempat jenis tersebut adalah adsorpsi, partisi,
pertukaran ion, dan eksklusi ukuran. Eksklusi berbeda dengan mekanisme sorpsi
yang lain, yakni dalam eksklusi tidak ada interaksi spesifik antara solut
dengan fase diam.
2.6. Penggunaan Kromatografi Kolom
Menganalisa zat pewarna alami
dalam tumbuh-tumbuhan. Contohnya mengekstrak daun atau wortel. Sampel terlebih
dahulu dihaluskan secara manual dengan menggunakan mortar, kemudian ditambahkan
dengan pelarut organic yaitu n-hexane, hasil ekstraksi ini kemudian disaring
dan filtratnya dipanaskan diatas penangas air dan dibiarkan sampai mengental. Kolom
yang dipergunakan misalnya corong pisah yang berbentuk tabung (silinder), dalam
mempersiapkan kolom hal pertama yang perlu dilakukan adalah dengan memasang
penahan pada kolom, penahan yang dipergunakan adalah glass wool, hal ini
dilakukan karena glass wool memiliki kemampuan menyaring dan menahan penyerap
lebih baik daripada menggunakan kapas. Proses memasukan glass wool kedalam
corong pisah dilakukan dengan menggunakan pinset, karena selain dapat
menyebabkan gatal pada tangan, glass wool juga berbahaya jika terhirup. Jumlah
glass wool yang ditambahkan secukupnya dan glass wool yang sudah masuk corong
pisah tidak boleh dipadatkan. Penyerap (Alumina/magnesia, silica gel, karbon,
magnesium silikat, magnesium kabonat, kalisum karbonat, dan aluminium silikat).
Penyerap ditimbang secukupnya dan dilarutkan dengan menggunakan pelarut organic
n-hexane sampai penyerap menjadi bubur, kemudian bubur penyerap dimasukan
kedalam corong pisah. Proses memasukan penyerap ini dilakukan dengan
menggunakan spatula, proses ini harus dilakukan dengan cepat karena pelarut
yang dipergunakan adalah n-hexane yang volatile maka bahan penyerap pun menjadi
cepat mengering, dan jika bahan penyerap mengering maka proses memasukannya
menjadi lebih sulit.
Proses
memasukan penyerap dalam corong dilakukan sebaik mungkin dan homogen serta
hindari terdapatnya gelembung udara, karena gelembung udara dapat menyebabkan
putusnya penyerap dalam kolom. Setelah penyerap dimasukan kedalam kolom, tahap
selanjutnya adalah memasukan kertas saring diatas penyerap sesusai dengan
bentuk dari kolom, pemberian kertas saring ini bertujuan untuk mendapatkan
permukaan yang rata, sehingga contoh akan dengan mudah merata. Contoh dimasukan
kedalam kolom yang sudah dilapisi kertas saring dengan menggunakan pipet tetes,
penetesan contoh dilakukan secara perlahan dan dengan gerakan memutar sehingga
contoh dapat menyebar dengan baik. Proses selanjutnya adalah memasukan pelarut.
Penambahan pelarut diatas contoh tersebut dilakukan sedikit demi sedikit, dan
ditambahkan kembali sedikit demi sedikit jika pelarut mulai berkurang. Pelarut
yang ditambahkan akan turun perlahan kebagian penyerap dan membentuk pita-pita
warna sesuai dengan jenis zat warna yang terkandung dalam contoh. Pelarut
tersebut akan turun dan keluar dengan dengan membawa zat pewarna yang terlarut
tersebut.
Kromatografi kolom termasuk kromatografi
cairan, adalah metoda pemisahan yang cukup baik untuk sampel lebih dari 1 gram.
Pada kromatografi ini sampel sebagai lapisan terpisah diletakkan diatas fase
diam. Biasanya sampel dihomogenkan dengan fase diam sehingga merupakan serbuk
kering, diatas lapisan ini dapat diletakkan pasir untuk menjaga tidak
terjadinya kerusakan waktu ditambahkan fase gerak diatas lapisan sampel. Fase
diam dan sampel ini berada di dalam kolom yang biasanya dibuat dari gelas,
logam ataupun plastik. Selama elusi fase gerak dialirkan dari atas, mengalir
karena gaya gravitasi atau ditekan dan juga disedot dari arah bawa. Komponen
sampel akan terpisah selama bergerak dibawa fase gerak didalam kolom (fase
diam). Komponen yang paling tidak tertahan oleh fase diam akan keluar lebih
dahulu dan diikuti oleh komponen lain. Semuanya ditampung sebagai fraksi, volume
tiap fraksi tergantung besarnya sampel (kolom).
Kolom kromatografi Kolom biasanya berbentuk
seperti buret untuk titrasi, ukurannya beragam. Perbandingan panjang kolom
sekurang-kurangnya 10 kalinya diameternya, perbandingan ini tergantung mudah
tidaknya komponen dipisahkan. Perbandingan berat sampel dan fase gerak (1 : 30)
biasanya cukup memadai untuk pemisahan yang mudah, perbandingan dapat
ditingkatkan hingga (1:50) untuk komponen yang susah dipisahkan. Fase diam
Ukuran partikel fase diam bisanya lebih besar dari ukuran partikel fase dian
untuk KLT, ukuran yang digunakan antara 63-250|iim. Ukuran partikel lebih kecil
63 jam fase gerak akan mengalir lebih lambat, sehingga perlu ditekan atau
dihubungkan dengan pipa hisap. Silika gel (SiOi) adalah fase diam yang serba
guna, banyak digunakan. Pada pembuatannya silika gel perlu diaktifkan panaskan
pada 150-160°C selama 3-4 jam. Fase diam lain adalah alumina.
Pemilihan Fase gerak
(pelarut=solven = eluen) Pemilihan fase gerak sangat menentukan berhasil tidaknya
pemisahan. Untuk menentukan fase gerak yang akan digunakan, dilakukan
pendekatan:
1. Penelusuran literature/pustaka.
2.
Mencoba
dengan KLT. Cara ini dikerjakan dengan memilih fase diam KLT sejenis dengan
fase diam kolom yang akan digunakan. Biasanya dicoba dikembangfcan dengan fase
gerak non polar kemudian diikuti dengan fase gerak yang lebih polar.
Membuat kolom (packing)
Pengemasan kolom dapat dilakukan dengan cara basah atau cara kering. Cara basah
lebih mudah untuk memperoleh packing yang memberikan pemisahan yang baik.
Sedangkan cara kering umumnya dilakukan untuk alumina.
Cara basah Kedalam ujung kolom
kromatografi (tempat keluarnya fase diam) diatas keran diletakkan gelas wool,
tidak perlu ditekan kuat. Diatasnya ditaburkan pasir sehingga membentuk lapisan
tebal + 1 cm. Selanjutnya dimasukkan petroleum eter sambil mencoba kecepatan
menetes fase gerak dengan memutar keran. Di dalam beker gelas dibuat bubur fase
diam dengan petroleum eter. Dengan bantuan batang pengaduk bubur dimasukkan
kedalam kolom berisi petroleum eter. Sambil diketuk-ketuk butir-butir fase diam
akan turun dan tersusun rapi didalam kolom. Bila kolom penuh dengan petroleum
eter keran dibuka untuk menurunkan permukaannya dan petroleum eter yang keluar
dapat digunakan lagi untuk membuat bubur fase diam. Packing dihentikan sampai
panjang kolom yang dikehendaki. Selapis pasir diletakkan pada packing kolom
untuk melindungi kolom. Kolom dijaga untuk tidak kering, maka diatas lapisan
pasir haras selalu ada selapis fase gerak. Pada proses packing ini dinding luar
kolom gelas disemprot dengan aseton. Penyemprotan dimaksudkan untuk
mendinginkan kolom sehingga menghambat terbentuknya gelembung udara. Adapun
untuk kolom yang diameternya kecil fase diam kering dapat ditaburkan sedikit
demi sedikit kedalam kolom yang berisi petroleum eter. Kolom ini digunakan
setelah disimpan semalam.
Cara kering Selapis pasir diletakkan
didasar kolom, kemudian fase gerak dimasukkan lapis demi lapis sampil ditekan
dengan karet atau alat penekan lain. Selain ditekan dapat juga dibantu dengan
dihisap, sehingga dihasilkan packing fase diam yang mampat. Diatas fase diam
diletakkan kertas saring dan diatasnya lagi sdapis pasir. Pada posisi keran
terbuka fase gerak dituangkan dan dibiarkan mengalir keluar. Packing kolom disimpan
dengan mempertahankan selapis fase gerak berada diatas lapisan pasir.
Penyiapan Sampel Sampel ditimbang
kemudian dilarutkan dalam pelarut yang sesuai, kemudian dituangkan hati-hati
diatas packing kolom. Fase gerak dikeluarkan tetes demi tetes, diatur kecepatan
menetesnya (tergantung besar-kecilnya kolom) dan dijaga kolom tetap terendam,
untuk itu ditambah fase gerak perlahan-lahan dan dijaga tidak merusak packing
kolom. Fase gerak yang keluar ditampung sebagai fraksi. Volume fraksi
tergantung berat sampel dan pemisahan yang nampak pada kolom saat proses awal
elusi ini. Makin kecil volume fraksi, akan diperoleh pemisahan yang lebih baik,
namun akan dikumpulkan banyak fraksi. Untuk 10 gram sampel biasanya dikumpulkan
fraksi dengan volume a 150 ml. Cara meletakkan sampel pada kolom yang lebih baik adalah dengan
mencampur dengan fase diam. Satu bagian sampel dilarutkan dalam pelarut yang
sesuai, biasanya pelarut yang digunakan adalah pelarut yang digunakan untuk
pembuatan ekstrak. Larutan ekstrak ini
kemudian dicampur dengan 2,0-3.0 bagian fase diam, dengan hati-hati campuran
ini dikeringkan didalam rotary evaporator hingga diperoleh serbuk ekstrak
kering. Serbuk ini ditaburkan diatas packing kolom dan ditutup dengan selapis
pasir. Selanjutnya sampel siap dielusi.
Elusi (pengembangan) Fase gerak (cairan
=pelarut pengembang) Fase gerak dimasukkan kedalam kolom dengan cara dituangkan
sedikit demi sedikit atau dialirkan dari bejana yang diletakkan diatas kolom
sehingga fase gerak mengalir dengan sendirinya. Cara yang praktis adalah dengan
memasukkan kedalam corong pisah, ujung corong pisah dimasukkan kedalam kolom
dan ujung lain tertutup, sedangkan keran terbuka. Fase gerak akan keluar dengan
sendirinya sesuai dengan keluarnya fase gerak dari kolom. Dibedakan dua jenis
cara elusi: Elusi isokratik yaitu
selama proses elusi menggunakan fase gerak dengan polaritas tetap. Elusi gradien (bertahap) yaitu selama
proses elusi menggunakan fase gerak berubah-ubah polaritasnya. Untuk membuat
polaritas berubah-ubah maka komposisi fase gerak berubah. Pada umumnya dimulai
fase gerak non polar kemudian berubah kepelarut yang polar. Perubahan ini dapat
diprogramkan sesuai dengan pemisahan yang diinginkan. Elusi dihentikan jika
sudah tidak ada lagi sampel yang dapat dibawa keluar lagi oleh fase gerak, bila
digunakan elusi gradien sudah sampai pada fase gerak yang paling polar.
Mendeteksi komponen yang dipisahkan
Kromatografi kolom yang konvensional tidak dilengkapi detektor, namun sekarang
dapat digunakan dengan mengalirkan eluate (efluen) pada detektor untuk
mendeteksi komponen. Yang umum digunakan dan mudah dikerjakan adalah dengan
memonitor fraksi dengan KLT. Fraksi yang mempunyai profil bercak KLT yang mirip
digabungkan. Selanjutnya gabungan ini dapat dianalisis lebih lanjut. Pada kolom
partisi umumnya suatu pelarut tidak campur air diadsorpsi pada suatu padatan
inert, sebagai cairan fasa diam. Larutan analit ditempatkan pada bagian atas
kolom, kemudian dicuci dengan pelarut kedua hingga analit keluar dari kolom.
Pelarut
kedua= fase gerak = eluen =bisa berupa campuran pelarut mungkin juga
yang mengandung bufer
Alat kromatografi kolom sederhana,
terdiri dari kolom dari kaca yang ada kranya. Umumnya panjang kolom minimum 10x
diameter pipa kaca yang digunakan dan labu Erlenmeyer sebagai penampung eluen.
Fasa diam berupa adsorben yang tidak larut dalam fasa gerak, ukuran partikel
fasa diam harus seragam. Adanya pengotor dalam fasa diam dapat menyebabkan
adsorbsi tidak reversible. Sebagai fasa diam digunakan alumina, silica gel,
arang, bauksit, kalsium karbonant, bauksit, magnesium karbonat, pati, talk,
selulose, gula, tanah diatom. Pengisian fasa diam ke dalam kolom dapat
dilakukan dengan cara kering dan cara basah. Pada cara basah fasa diam dibuat
bubur dulu dengan pelarut yang akan digunakan untuk fasa gerak, baru kemudian
dimasukkan kedalam kolom. Fasa gerak dalam kromatografi kolom dapat berupa
pelarut tunggal atau campuran beberapa pelarut dengan komposisi tertentu.
Pelarut dapat polar atau non polar dengan berat molekul kecil lebih cepat
meninggalkan fasa diam.
Kromatografi cair yang dilakukan di dalam kolom besar merupakan metode
kromatografi terbaik untuk pemisahan campuran dalam jumlah besar. Pada
kromatografi kolom, campuran yang akan dipisahkan diletakkan berupa pita bagian
atas kolom penyerap yang berada dalam tabung kaca, tabung logam atau bahkan
tabung plastic. Pelarut (fase gerak) dibiarkan mengalir melalui kolom karena
aliran ini disebabkan oleh gaya berat atau di dorong dengan tekanan. Zat
penyerap (misalnya aluminium oksida yang telah diaktifkan, silica gel, kilsegur
terkalsinaasi, dan kilsegur kromatografi murni) dalam keadaan kering atau
sebagai bubur, dimampatkan ke dalam tabung kaca atau tabung kuwarsa dengan
ukuran tertentu dan mempunyai lubang mengalir keluar dengan ukuran
tertentu.Sediaan yang diuji dan dilarutkan dalam sedikit pelarut ditambahkan
pada puncak kolom dan dibiarkan mengalir ke dalam zat penyerap. Zat berkhasiat
diserap dari larutan secara sempurna oleh bahan penyerap berupa pita sempit
pada puncak kolom.
Dengan mengalirkan pelarut lebih lanjut, dengan atau tanpa tekanan udara, masing-masing zat bergerak turun dengan kecepatan khas hingga terjadi pemisahan dalam kolom yang disebut kromatogram. Kecepatan bergerak zat dipengaruhi oleh beberapa faktor misalnya daya serap zat penyerap, sifat pelarut dan suhu dari sistem kromatografi. Jika dikehendaki pemisahan beberapa zat khasiat dapat dilakukan dengan mengalirkan selanjutnya pelarut yang sama atau pelarut lain yang mempunya daya elusi yang kuat .
Dengan mengalirkan pelarut lebih lanjut, dengan atau tanpa tekanan udara, masing-masing zat bergerak turun dengan kecepatan khas hingga terjadi pemisahan dalam kolom yang disebut kromatogram. Kecepatan bergerak zat dipengaruhi oleh beberapa faktor misalnya daya serap zat penyerap, sifat pelarut dan suhu dari sistem kromatografi. Jika dikehendaki pemisahan beberapa zat khasiat dapat dilakukan dengan mengalirkan selanjutnya pelarut yang sama atau pelarut lain yang mempunya daya elusi yang kuat .
Teknik pemisahan kromatografi kolom dalam memisahkan campuran, kolom
yang telah dipilih sesuai ukuran diisi dengan bahan penyerap (adsorben) seperti
alumina dalam keadaan kering atau dibuat seperti bubur dengan pelarut.
Pengisian dilakukan dengan bantuan batang pemanpat (pengaduk) untuk memanpatkan
adsorben dengan gelas wool pada dasar kolom. Pengisian harus dilakukan secara
hati-hati dan sepadat mungkin agar rata sehingga terhindar dari
gelembung-gelembung udara. Untuk membantu homogenitas pengepakan biasanya kolom
setelah diisi divibrasi, diketok-ketok atau dijatuhkan lemah pada pelat kayu.
Sejumlah cuplikan dilarutkan dalam sedikit pelarut, dituangkan melalui sebelah
atas kolom dan dibiarkan mengalir ke dalam adsorben. Komponen-komponen dalam campuran
diadsorpsi dari larutan secara kuantitatif oleh bahan penyerap berupa pita
sempit pada permukaan atas kolom, dengan penambahan pelarut (eluen) secara
terus-menerus, masing-masing komponen akan bergerak turun melalui kolom dan
pada bagian atas kolom akan terjadi kesetimbangan baru antara bahan penyerap,
komponen campuran dan eluen. Kesetimbangan dikatakan tetap bila suatu komponen
yang satu dengan lainnya bergerak ke bagian bawah kolom dengan waktu atau
kecepatan berbeda-beda sehingga terjadi pemisahan. Jika kolom cukup panjang dan
semua parameter pemisahan betul-betul terpilih seperti diameter kolom,
adsorben, pelarut dan kecepatan alirannya, maka akan terbentuk pita-pita
(zona-zona) yang setiap zona berisi satu macam komponen. Setiap zona yang keluar
dari kolom dapat ditampung dengan sempurna sebelum zona yang lain keluar dari
kolom. Komponen (eluat) yang diperoleh dapat diteruskan untuk ditetapkan
kadarnya, misalnya dengan cara titrasi atau spektofotometri.
2.6.1 Analisis farmasi
Pemisahan molekul-molekul penting seperti asam
nukleat, karbohidrat, lemak, vitamin dan molekul penting lainnya.
2.7. Manfaat Kromatografi Kolom
Dalam bidang bioteknologi, kromatografi
mempunyai peranan yang sangat besar. Misalnya dalam penentuan, baik kualitatif
maupun kuantitatif, senyawa dalam protein. Protein sering dipilih karena ia
sering menjadi obyek molekul yang harus di-purified (dimurnikan) terutama untuk
keperluan dalam bio-farmasi. Kromatografi juga bisa diaplikasikan dalam
pemisahan molekul-molekul penting seperti asam nukleat, karbohidrat, lemak,
vitamin dan molekul penting lainnya. Dengan data-data yang didapatkan dengan
menggunakan kromatografi ini, selanjutnya sebuah produk obat-obatan dapat
ditingkatkan mutunya, dapat dipakai sebagai data awal untuk menghasilkan jenis
obat baru, atau dapat pula dipakai untuk mengontrol kondisi obat tersebut
sehingga bisa bertahan lama.
Dalam bidang clinical (klinik), teknik
ini sangat bermanfaat terutama dalam menginvestigasi fluida badan seperti air
liur. Dari air liur seorang pasien, dokter dapat mengetahui jenis penyakit yang
sedang diderita pasien tersebut. Seorang perokok dapat diketahui apakah dia
termasuk perokok berat atau ringan hanya dengan mengetahui konsentrasi CN-
(sianida) dari sampel air liurnya. Demikian halnya air kencing, darah dan
fluida badan lainnya bisa memberikan data yang akurat dan cepat sehingga
keberadaan suatu penyakit dalam tubuh manusia dapat dideteksi secara dini dan
cepat. Sekarang ini, deteksi senyawa oksalat dalam air kencing menjadi sangat
penting terutama bagi pasien kidney stones (batu ginjal). Banyak metode
analisis seperti spektrofotometri, manganometri, atau lainnya, akan tetapi
semuanya membutuhkan kerja ekstra dan waktu yang cukup lama untuk mendapatkan
hasil analisis dibandingkan dengan teknik kromatografi.
2.8. Kelebihan dan Kekurangan Kromatografi Kolom
2.8.1 Kelebihan kromatografi kolom :
Dapat digunakan untuk analisis dan
aplikasi preparative. Digunakan untuk menentukan jumlah komponen campuran. Digunakan
untuk memisahkan dan purifikasi substansi.
2.8.2 Kekurangan kromatografi kolom :
Untuk mempersiapkan kolom dibutuhkan
kemampuan teknik dan manual. Metode ini sangat membutuhkan waktu yang lama
(time consuming).
BAB III
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Dari hasil praktikum yang telah
dilaksanakan dapat disimpulkan bahwa ditinjau dari mekanismenya kromatografi
kolom merupakan kromatografi serapan atau adsorbsi yang digolongkan kedalam
kromatografi cair – padat (KCP) kolom terbuka.
4.2 Saran
Makalah
ini masih jauh dari kata sempurna karena keterbatasan informasi. Oleh karena itu, meskipun sedikit yang di
jelaskan tentang kromatografi kolom, di harapkan makalah ini dapat bermanfaat
bagi pembaca khususnya bagi mahasiswa yang sedang mencari informasi mengenai
kromatografi kolom, semoga dapat
memahami uraian tersebut.
DAFTAR PUSATAKA
Sudjadi.1988.Metode Pemisahan. Konsius:
Yogyakarta.
Arsyad, M. Natsir, 2001, Kamus Kimia Arti dan
Penjelasan Istilah, Gramedia: Jakarta.
Aswad.2001.Kimia Untuk Universitas.Erlangga :
Jakarta.
Bernaseoni,G. 2005. Teknologi Kimia. PT Padya
Pranita: Jakarta.
Keenan, Charles W. dkk. 2002. Kimia Untuk
Universitas Jilid 2. Erlangga: Jakarta.
Mulyadi. 2006. Pengenalan Ilmu Kimia . Bumi
aksara: Jakarta
Syukri. 2000. Kimia Dasar 3. ITB Press: Bandung.
Synder, L.R,J.J. Kirkland, dan J.L.Glajch. 1997. HPLC
Method Development. New York: John Willey & Sons.
Watson, G David. 2005. Analisis Farmasi edisi 2.
Penerbit Buku Kedokteran: Jakarta.
Prof. Dr. Gholib, Ibnu, dan Rohman, Abdul. Kimia
Farmasi Analisis. Pustaka Pelajar: Universitas Gadjah Mada.
good bang....salam sukses dari saya
BalasHapus