Rabu, 04 Maret 2015

KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI (KCKT)

BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar belakang
      Kromatografi adalah suatu istilah umum yang digunakan untuk bermacam-macam teknik pemisahan yang didasarkan atas partisi sampel diantara suatu fasa gerak yang bisa berupa gas ataupun cair dan rasa diam yang juga bisa berupa cairan ataupun suatu padatan. Penemu Kromatografi adalah Tswett yang pada tahun 1903, mencoba memisahkan pigmen-pigmen dari daun dengan menggunakan suatu kolom yang berisi kapur (CaSO4). lstilah kromatografi diciptakan oleh Tswett untuk melukiskan daerah-daerah yang berwarna yang bergerak kebawah kolom. Pada waktu yang hampir bersamaan, D.T. Day juga menggunakan kromatografi untuk memisahkan fraksi-fraksi petroleum, namun Tswett lah yang pertama diakui sebagai penemu dan yang menjelaskan tentang proses kromatografi.
      Penyelidikan tentang kromatografi tersisihkan untuk beberapa tahun sampai digunakan suatu teknik dalam bentuk kromatografi padatan cair (LSC). Kemudian pada akhir tahun 1930 an dan permulaan tahun 1940 an, kromatografi mulai berkembang. Dasar kromatografi lapisan tipis (TLC) diletakkan pada tahun 1938 oleh Izmailov dan Schreiber, dan kemudian diperhalus oleh Stahl pada tahun 1958. Hasil karya yang baik sekali dari Martin dan Synge pada tahun 1941 (untuk ini mereka memenangkan Nobel) tidak hanya mengubah dengan cepat kromatografi cair tetapi seperangkat umum langkah untuk pengembangan kromatografi gas dan kromatografi kertas. Pada tahun 1952 Martin dan James mempublikasikan makalah pertama mengenai kromatografi gas. Diantara tahun 1952 dan akhir tahun 1960 an kromatografi gas dikembangkan menjadi suatu teknik analisis yang canggih.     Kromatografi cair, dalam praktek ditampilkan dalam kolom gelas berdiameter besar, pada dasamya dibawah kondisi atmosfer. Waktu analisis lama dan segala prosedur biasanya sangat membosankan. Pada akhir tahun 1960 an, semakin banyak usaha dilakukan untuk pengembangan kromatografi cair sebagai suatu teknik mengimbangi kromatografi gas. High Performance Liquid Chromatography (HPLC) atau Kromatografi Cair Penampilan Tinggi atau High Preformance = Tekanan atau Kinerja Tinggi, High Speed = Kecepatan Tinggi dan Modern = moderen) telah berhasil dikembangkan dari usaha ini. Kemajuan dalam keduanya instrumentasi dan pengepakan kolom terjadi dengan cepatnya sehingga sulit untuk mempertahankan suatu bentuk hasil keahlian membuat instrumentasi dan pengepakan kolom dalam keadaan tertentu. Tentu saja, saat ini dengan teknik yang sudah matang dan dengan cepat KCKT mencapai suatu keadaan yang sederajat dengan kromatografi gas
Kelebihan KCKT
Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) atau High Pressure Liquid Chromatography (HPLC) merupakan salah satu metode kimia dan fisikokimia. KCKT termasuk metode analisis terbaru yaitu suatu teknik kromatografi dengan fasa gerak.
       Cairan dan fasa diam cairan atau padat. Banyak kelebihan metode ini jika dibandingkan dengan metode lainnya kelebiha itu antara lain :
a.       mampu memisahkan molekul-molekul dari suatu campuran
b.      mudah melaksanakannya
c.       kecepatan analisis dan kepekaan yang tinggi
d.      dapat dihindari terjadinya dekomposisi / kerusakan bahan yang dianalisis
e.        Resolusi yang baik
f.       dapat digunakan bermacam-macam detektor
g.      Kolom dapat digunakan kembali
h.      mudah melakukan "sample recovery"
Keterbatasan KCKT adalah untuk identifikasi suatu senyawa, kecuali jika KCKT dihubungkan dengan spectrometer massa (MS). Keterbatsan lainnya adalah jika sampelnya sangat kompleks, maka resolusi yang baik sangat diperoleh.






1.2    Rumusan Masalah
1.Bagaimana prinsip kerja dari KCKT ?
2.    Bagaimana mekanisme kerja dari KCKT serta instrument yang terdapat didalamnya ?

1.3    Tujuan
Adapun tujuan makalah ini, yaitu :
1.      Untuk mempermudah proses belajar metode pemisahan kimia terutama kromatografi.
2.      Untuk mengertahui cara pemisahan campuran berdasarkan metode Kromatogrfai Cair Kinerja Tinggi.




















BAB II
        ISI
2.1  Prinsip kerja kromatografi cair kinerja tinggi
Prinsip kerja HPLC adalah sebagai berikut : dengan bantuan pompa fasa gerak cair dor. Cuplikan dialirkan melalui kolom ke detektor. Cuplikan dimasukkan ke dalam fasa gerak dengan cara penyuntikan. Di dalam kolom terjadi pemisahan komponen-komponen campuran.Karena perbedaan kekuatan interaksi antara solut-solut terhadap fasa diam.
            Diagram kromatografi cairan kinerja tinggi atau HPLCsolut-solut yang kurang kuat interaksinya dengan fasa diam akan keluar dari kolom lebih dulu. Sebaliknya, solut-solut yang kuat berinteraksidengan fasa diam maka solut-solut tersebut akan keluar dari kolom lebihlama. Setiap komponen campuran yang keluar kolom dideteksi oleh detektor kemudian direkam dalam bentuk kromatogram. Kromatogram HPLC serupa dengan kromatogram kromatografi gas. Seperti pada kromatografi gas, jumlah peak menyatakan jumlah komponen sedangkan luas peak menyatakan kosentrasi komponen dalam campuran. Komputer dapat digunakan untuk mengontrol kerja sistem HPLC dan mengumpulkan serta mengolah data hasil pengukuran HPLC.

2.2  JENIS – JENIS KROMATOGRAFI
       Jenis Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (HPLC)
    Jenis resistensi solute merupakan dasar dalam HPLC karena pemisahan  ` senyawa bergantung pada jenis dan kekuatan interaksi solute dengan fase diam. Mekanisme resistensi dapayt dikelompokkan menjadi lima kategori : adsorbs, partisi, pertukaran ion, eksklusi ukuran, dan interaksi fasa terikat. Setiap mekanisme dapat menjadi suatu metode kromatografi cair kinerja tinggi.


2.2.1.Kromatografi adsorbsi
   Kromatografi adsorbsi sangat cocok untuk pemisahan senyawa yang agak polar. Partikel-partikel silica atau alumina biasanya digunakan sebagai adsorben. Gugus polar silanol pada permukaan silica dan gugus polar aluminol pada permukaan alumina bertindak sebagi tempat-tempat adsorbsi untuk molekul-molekul polar. Jenis kromatografi ini menggunakan fasa gerak nonpolar seperti heksana dan jenis kromatografi ini disebut juga kromatografi fasa normal. Untuk mengontrol restensi solut, biasanya ditambahkan sedikit senyawa polar kepada fasa gerak, misalnya propanol atau air sebagai modifier. Modifier ini bersaing dengan molekul-molekul solut untuk merebut tempat adsorbsi. Waktu retensi dapat diperpendek dengan menaikkan kosentrasi modifier.
2.2.2.Kromatografi partisi
               Retensi solut dalam krpmatografi partisi analog dengan proses ekstrasi cair-cair. Kosentrasi solut dalam masing-masing fasa cair dinyatakan dengan koefisien partisi. Biasanya fasa gerak lebih polar daripada fasa diam (kebalikan kromatografi adsrobsi) sehinggga jenis kromatografi ini disebut kromatografi fasa terbalik (reserved phase chromatography) untuk menjelaskan proses. Kromatografi partisi merupakan salah satu kromatografi fasa terbalik. Oleh karena itu fasa diam non piolar hanya dilapiskan fasa gerak haruk tidak bercampur dengan fasa diam, kemudian fasa gerak harus di jenuhkna dengan zat cair fasa diam untuk mengurangi erosi lapisan fasa diam. Pemisahan senyawa-senyawa nonpolar dapat dilakukan dengan kromatografi partisi ini. Salah satu kendala jenis kromatografi ini adalah keterbatasan selektivitas sebagai akibat ketidakcampuran kedua fasa. Kedua cairan (fasa gerak dan fasa diam) berbeda dengan beberapa senyawa sangat kuat terikat dalam salh satu fasa. Dengan demikian beberapa senyawa tertahan kuat atau tidak tertahan sama sekali pada fasa diam. Oleh karena keterbatasan ini maka jenis kromatografi partisi tidak digunakan lagi sebagai teknik analisis rutin.
2.2.3. Kromatografi fasa terikat (bonded phase chromatography)
               Kromatografi fasa terikat merupakan teknik HPLC yang paling penting dan palin banyak digunakan pada saat sekarang. Diperikrakan dua-pertiga dari teknik pemisahan HPLC dilakukan pada fasa diam terikat secara kimia yang dioperasikan dengan mode fasa terbalik. Dalam hal penerapamn kromatografi fasa terikat terdiri dari partikel silica yang dimodifikasi secara kimia dengan rantai alkil. Sebaliknya, fasa diam dalam kromatografi partisi terdiri partikel yang dilapisi secara fisik dengan zat cair nonpolar. Fasa terikat mempunyai beberapa keuntungan. Fasa terikat merupakan fasa yang stabil. Tidak seperti pada fasa yang dilapisi secara fisik, setiap pelarut dapat dipakai tanpa diubahsealam proses pemisahan berlangsung bila kepolaran solute-solut bervariasi. Klestabilan fasa terbalik menyebabkan retensi yang baik. Pada akhirnya, sifat ekonomis dan penggunaan yang luas kolom fasa terbalik membuat teknik ini dominan dalam kromatografi cair modern.
2.2.4. Kromatografi penukar ion
               Kromatografi penukar ion merupakan teknik pemisahan campuran ion-ion atau molekul-molekul yang dapat di-ion-kan. Ion-ion bersaing dengan ikon-ion fasa gerak untuk memperebutkan tempat berikatan pada fasa diam. Jelas, muatan ion sangat penting dan pH fasa gerak dapat divariasikan untuk mengontrol derajat ionisasi. Terdapat duan jenis penukar ion : anionic (-NH4+X-) dan kationik (-SO3-A+). Suatu anion akan tertahan pada kolom penukar anion tapi sangat terelusi pada kolom penukar kation. Dasar pemisahan berasal dari perbedaab afinitas senyawa bermuatan terhadap permukaan penukar ion.
2.2.5. Kromatografi eksklusi ukuran
               Ukuran molekul merupakan kriteria utama dalam pemisahan dengan kromatografi eksklusi ukuran. Teknik ini berbeda dengan kromatografi lainnya karena disini hampir tidak ada fasa diam. Interaksi polar dan nonpolar antara solut dan fasa diam pada dasarnya tidak diharapkan karena hal itu mempersulit retensi. Pemisahan terjadi karena solut-solut berdifusi masuk dan keluar pori-pori material paking kolom. Jelas sekali bahwa ukuran masing-masing molekul mengontrol seberapa jauh molekul dapat menembus pori-pori paking kolom. Molekul-molekul yang lebih besar dari diameter pori-pori akan melewati kolom secara cepat dan dikenal dengan istilah volume tereksklusi. Sebaliknya molekul-molekul kecil menempati volume pori dan tertahan lebih lama. Retensi maksimum terjadi ketika molekul yang cukup kecil menggunakan semua volume pori. Molekul-molekul tersebut terelusi dalam volume permeasi, volume tereksklusi ditambah volume pori. Tidak seperti teknik kromatografi lainnya, komposisi sedikit atau tidak berpengaruh terhadap retensi solut. Parameter pemisahan dikontrol terutama oleh pilihan dan material paking kolom. Material paking mempunyai berbagai ukuran pori dan material paking dengan tidak terlalu bervariasi ukuran pori akan memberikan resolusi yang baik tapi hanya berguna untuk rentang berat molekul tertentu. Akan tetapi, kromatografi eksklusi ukuran merupakan teknik yang berguna untuk mengkarakterisasi distribusi berat molekul polimer, pemurnian cuplikan biologis, dan pemisahan senyawa-senyawa dengan berat molekul 2000 atau lebih.
2.3 KOMPONEN-KOMPONEN KCKT
             2.3.1. Pompa (Pump)
            Fase gerak dalam KCKT adalah suatu cairan yang bergerak melalui kolom. Ada dua tipe pompa yang digunakan, yaitu kinerja konstan (constant pressure) dan pemindahan konstan (constant displacement). Pemindahan konstan dapat dibagi menjadi dua, yaitu: pompa reciprocating dan pompa syringe. Pompa reciprocating menghasilkan suatu aliran yang berdenyut teratur (pulsating),oleh karena itu membutuhkan peredam pulsa atau peredam elektronik untuk, menghasilkan garis dasar (base line) detektor yang stabil, bila detektor sensitif terhadapan aliran. Keuntungan utamanya ialah ukuran reservoir tidak terbatas. Pompa syringe memberikan aliran yang tidak berdenyut, tetapi reservoirnya terbatas.


            2.3.2. Injektor (injector)
                                    Sampel yang akan dimasukkan ke bagian ujung kolom, harus dengan disturbansi yang minimum dari material kolom. Ada dua model umum :
            a. Stopped Flow
            b. Solvent Flowing
            Ada tiga tipe dasar injektor yang dapat digunakan :
a.  Stop-Flow: Aliran dihentikan, injeksi dilakukan pada kinerja atmosfir,                sistem tertutup, dan aliran dilanjutkan lagi. Teknik ini bisa digunakan                 karena difusi di dalam cairan kecil clan resolusi tidak dipengaruhi
b. Septum: Septum yang digunakan pada KCKT sama dengan yang                        digunakan pada Kromtografi Gas. Injektor ini dapat digunakan pada                         kinerja sampai 60 -70 atmosfir. Tetapi septum ini tidak tahan dengan                        semua pelarut-pelarut Kromatografi Cair.Partikel kecil dari septum yang    terkoyak (akibat jarum injektor) dapat menyebabkan penyumbatan.
c. Loop Valve: Tipe injektor ini umumnya digunakan untuk menginjeksi volume lebih besar dari 10 μ dan dilakukan dengan cara automatis (dengan menggunakan adaptor yang sesuai, volume yang lebih kecil dapat diinjeksifan secara manual). Pada posisi LOAD, sampel diisi kedalam loop pada kinerja atmosfir, bila VALVE difungsikan, maka sampel akan masuK ke dalam kolom.
2.3.3. Kolom (Column)
            Kolom adalah jantung kromatografi. Berhasil atau gagalnya suatu   analisis tergantung pada pemilihan kolom dan kondisi percobaan yang    sesuai. Kolom dapat dibagi menjadi dua kelompok :
a.  Kolom analitik : Diameter dalam 2 -6 mm. Panjang kolom tergantung pada jenis material pengisi kolom. Untuk kemasan pellicular, panjang yang digunakan adalah 50 -100 cm. Untuk kemasan poros mikropartikulat, 10 -30 cm. Dewasa ini ada yang 5 cm.
b. Kolom preparatif: umumnya memiliki diameter 6 mm atau lebih besar dan panjang kolom 25 -100 cm. Kolom umumnya dibuat dari stainlesteel dan biasanya dioperasikan pada temperatur kamar, tetapi bisa juga digunakan temperatur lebih tinggi, terutama untuk kromatografi penukar ion dan kromatografi eksklusi. Pengepakan kolom tergantung pada model KCKT yang digunakan (Liquid Solid Chromatography, LSC; Liquid Liquid Chromatography, LLC; Ion Exchange Chromatography, IEC, Exclution Chromatography, EC)
            2.3.4.  Detektor (Detector)
Suatu detektor dibutuhkan untuk mendeteksi adanya komponen sampel di dalam kolom (analisis kualitatif) dan menghitung kadamya (analisis kuantitatif).Detektor yang baik memiliki sensitifitas yang tinggi, gangguan (noise) yang rendah, kisar respons linier yang luas, dan memberi respons untuk semua tipe senyawa. Suatu kepekaan yang rendah terhadap aliran dan fluktuasi temperatur sangat diinginkan, tetapi tidak selalu dapat diperoleh. Detektor KCKT yang umum digunakan adalah detektor UV 254 nm Variabel panjang gelombang dapat digunakan untuk mendeteksi banyak senyawa dengan range yang lebih luas. Detektor indeks refraksi juga digunakan secara luas, terutama pada kromatografi eksklusi, tetapi umumnya kurang sensitif jika dibandingkan dengan detektor UV. Detektor-detektor lainnya antara lain:
            Detektor Fluorometer -Detektor Spektrofotometer Massa
            Detektor lonisasi nyala -Detektor Refraksi lndeks
            Detektor Elektrokimia -Detektor Reaksi Kimia
            2.3.5.Elusi Gradien
            didefinisikan sebagai penambahan kekuatan fasa gerak selama analisis kromatografi berlangsung. Efek dari Elusi Gradien adalah mempersingkat waktu retensi dari senyawa-senyawa yang tertahan kuat pada kolom. Dasar-dasar elusi gradien dijelaskan oleh Snyder.
Elusi Gradien menawarkan beberapa keuntungan :
a. Total waktu analisis dapat direduksi
b. Resolusi persatuan waktu setiap senyawa dalam campuran bertambah
c. Ketajaman Peak bertambah (menghilangkan tailing)
d. Efek sensitivitas bertambah karena sedikit variasi pada peak
Gradien dapat dihentikan sejenak atau dilanjutkan. Optimasi Gradien dapat dipilih dengan cara trial and error. Tabel 3. 1. berikut ini menunjukkan kompatibilitas dari bermacam-macarn mode kromatografi cair dengan analisis gradien. Dalam praktek, gradien dapat diformasi sebelum dan sesudah pompa.

Tabel 3. 1 : Mode Kompatibilitas dengan Gradien Mode
Solven Gradien
Kromatografi Cair padat (LSC)
Ya
Kromatografi ekslusi
Tidak
Kromatografi Penukar Ion (IEC)
Ya
Kromatografi Cair Cair (LLC)
Tidak
Kromatografi Fasa Terikat (BPC)
Ya
            2.3.6.  Pengolahan Data (Data Handling)
Hasil dari pemisahan kromatografi biasanya ditampilkan dalam bentuk kromatogram pada rekorder. Suatu tipe Kromatogram dapat dilihat pada Gambar  berikut ini
Gambar kromatogram dari senyawa 5’ Nukleotida
Dari Gambar diatas waktu retensi dan volume retensi dapat diketahui ataudihitung. Ini bisa digunakan untuk mengidentifikasi secara kualitatif suatu komponen, bila kondisi kerja dapat dikontrol. Lebar puncak dan tinggi puncak sebanding atau proporsional dengan konsentrasi dan dapat digunakan untuk memperoleh hasil secara kuantitatif.

            2.3.7. Fasa gerak
Di dalam kromatografi cair komposisi dari solven atau rasa gerak adalah salah satu dari variabel yang mempengaruhi pemisahan. Terdapat variasi yang sangat luas pada solven yang digunakan untuk KCKT, tetapi ada beberapa sifat umum yang sangat disukai, yaitu rasa gerak harus :
1. Murni, tidak terdapat kontaminan
2. Tdak bereaksi dengan wadah (packing)
3. Sesuai dengan defektor
4. Melarutkan sampel
5. Memiliki visikositas rendah
6. Bila diperlukan, memudahkan "sample recovery"
7. Diperdagangan dapat diperoleh dengan harga murah (reasonable price)
Umumnya, semua solven yang sudah digunakan langsung dibuang karena prosedur pemumiannya kembali sangat membosankan dan mahal biayanya. Dari semua persyaratan di atas, persyaratan 1) s/d 4) merupakan yang sangat penting.
Menghilangkan gas (gelembung udara) dari solven, terutama untuk KCKT yang menggunakan pompa bolak balik (reciprocating pump) sangat diperlukan terutama bila detektor tidak tahan kinerja sampai 100 psi. Udara yang terlarut yang tidak dikeluarkan akan menyebabkan gangguan yang besar di dalam detektor sehingga data yang diperoleh tidak dapat digunakan (the data may be useless). Menghilangkan gas (degassing) juga sangat baik bila menggunakan kolom yang sangat sensitifterhadap udara (contoh : kolom berikatan dengan NH2).
            Keuntungan KCKT
KCKT dapat dipandang sebagai pelengkap Kromatografi Gas (KG). Dalam banyak hal kedua teknik ini dapat digunakan untuk memperoleh efek pemisahan yang sama membaiknya. Bila derivatisasi diperlukan pada KG, namun pada KCKT zat-zat yang tidak diderivatisasi dapat dianalisis. Untuk zat-zat yang labil pada pemanasan atau tidak menguap, KCKT adalah pilihan utama. Namun demikian bukan berarti KCKT menggantikan KG, tetapi akan memainkan peranan yang lebih besar bagi para analis laboratorium. Derivatisasi juga menjadi populer pada KCKT karena teknik ini dapat digunakan untuk menambah sensitivitas detektor UV Visibel yang umumnya digunakan. KCKT menawarkan beberapa keuntungan dibanding dengan kromatografi cair klasik, antara lain:
Cepat: Waktu analisis umumnya kurang dari 1 jam. Banyak analisis yang dapat diselesaikari sekitar 15-30 menit. Untuk analisis yang tidak rumit (uncomplicated), waktu analisi kurang dari 5 menit bisa dicapai
Resolusi : Berbeda dengan KG, Kromatografi Cair mempunyai dua rasa dimana interaksi selektif dapat terjadi. Pada KG, gas yang mengalir sedikit berinteraksi dengan zat padat; pemisahan terutama dicapai hanya dengan rasa diam. Kemampuan zat padat berinteraksi secara selektif dengan rasa diam dan rasa gerak pada KCKT memberikan parameter tambahan untuk mencapai pemisahan yang diinginkan.
Sensitivitas detektor : Detektor absorbsi UV yang biasa digunakan dalam KCKT dapat mendeteksi kadar dalam jumlah nanogram (10-9 gram) dari bermacam- macam zat. Detektor-detektor Fluoresensi dan Elektrokimia dapat mendeteksi jumlah sampai picogram (10-12 gram). Detektor-detektor seperti Spektrofotometer Massa, Indeks Refraksi, Radiometri, dll dapat juga digunakan dalam KCKT
Kolom yang dapat digunakan kembali : Berbeda dengan kolom kromatografi klasik, kolom KCKT dapat digunakan kembali (reusable) . Banyak analisis yang bisa dilakukan dengan kolom yang sma sebelum dari jenis sampel yang diinjeksi, kebersihan dari solven dan jenis solven yang digunakan
Ideal untuk zat bermolekul besar dan berionik : zat – zat yang tidak bisa dianalisis dengan KG karena volatilitas rendah , biasanya diderivatisasi untuk menganalisis psesies ionik. KCKT dengan tipe eksklusi dan penukar ion ideal sekali untuk mengalissis zat – zat tersebut.
Mudah rekoveri sampel : Umumnya setektor yang digunakan dalam KCKT tidak menyebabkan destruktif (kerusakan) pada komponen sampel yang diperiksa, oleh karena itu komponen sampel tersebut dapat dengan mudah sikumpulkan setelah melewati detector. Solvennya dapat dihilangkan dengan menguapkan ksecuali untuk kromatografi penukar ion memerlukan prosedur khusus.
2.4 Penggunaan KCKT dalam Farmasi
Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) merupakan suatu metoda pemisahan canggih dalam analisis farrnasi yang dapat digunakan sebagai uji identitas, uji kemumian dan penetapan kadar. Titik beratnya adalah untuk analisis senyawa-senyawa yang tidak mudah menguap dan tidak stabil pada suhu tinggi, yang tidak bisa dianalisis dengan Kromatografi Gas. Banyak senyawa yang dapat dianalisis, dengan KCKT mulai dari senyawa ion anorganik sampai senyawa organik makromolekul. Untuk analisis dan pemisahan obatataubahan obat campuran rasemis optis aktif dikembangkan suatu fase pemisahan kiral (chirale Trennphasen) yang mampu menentukan rasemis dan isomer aktif.
            Pada Farmakope Indonesia Edisi IV Tahun 1995 sudah digunakan KCKT dalam analisis kualitatif maupun kuantitatif dan uji kemumian sejumlah 277 (dua ratus tujuh puluh tujuh) obatataubahan obat. Perubahan yang sangat spektakuler dari Farmakope Indonesia Edisi IV Tahun 1995 ini menunjukkan bahwa Pemerintah Indonesia melalui Departemen Kesehatan Republik Indonesia dan Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan benar-benar telah mengikuti perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi canggih dalam bidang analisis obat.
Walaupun disadari biaya yang dibutuhkan untuk analisis dengan KCKT sangat mahal, namun metoda ini tetap dipilih untuk digunakan menganalisis 277 jenis obat atau bahan obat karena hasil analisis yang memiliki akurasi dan presisi yang tinggi, waktu analisis cepat. Pada Tabel 4.1 dapat dilihat Daftar Obat-obat yang Penetapan Kadamya dengan KCKT yang tercantum dalam Farmakope Indonesia Edisi IV Tahun 1995.




Tabel 4.1 : Daftar Obat – obat yang Penetapan Kadarnya dengan KCKT (FL Edisi IV)
No. Nama Obat /Bahan Obat
1. Tablet Asetazolamida
2. Asetilsistein
3. Larutan Asetilsistein
4. Tablet Asetosal
5. Asam Aminokaproat
6. Asam Aminosalisilat
7. Asam Folat '
8. Tablet Asam Folat
9. Asam Mefenarnat
10. Kapsul Asam Mefenamat
11. Asiklovir
12. Tablet Allopurinol
13. Alprozolam
14. Tablet Alprozolam
15. Amikasin Sulfat
16. Injeksi Amikasin Sulfat
17. Aminofilin
18. Amoksihn .
19.Kapsu Armoksilin
20. Amoksilin untuk Suspensi Oral

Dari Tabel 4. 1 di atas dapat diketahui bahwa :
1. Penetapan Kadar obat / Bahan ohat baik dalam bentuk murni maupun dalam bentuk sediaannya ditetapkan dengan KCKT
2. Penetapan kadar Obat / Bahan Obat dalam bentuk murni dilakukan dengan metoda lain seperti Titrasi Bebas Air, Nitrimetri, lodo-i/metri dan lain-lain, I sedangkan Penetapan Kadar sediaannya menggunakan KCKT.
3. Khusus untuk beberapa Antibiotik dalam bentuk murninya dilakukan Penetapan Potensinya, namun dalam bentuk sediaannya dilakukan Penetapan kadar dengan KCKT. Namun ada juga Antibiotik baik bentuk murninya dan sediaannya ditetapkan kadarnya dengan KCKT
4. Beberapa senyawa Sulfonamida dalam bentuk murninya ditetapkan kadarnya dengan nitrimetri tetapi dalam bentuk sediaannya dengan KCKT.
















BAB III
KESIMPULAN
1.      Prinsip kerja KCKT adalah tekhnik yang dimana solute atau zat terlarut terpisah perbedaan kecepatan elusi, dikarenakan solute-solut ini melewati suatu kolom kromatografi. Pemisahan solute-solut ini diatur oleh distribusi solute dalam fase gerak dan fase diam.
2.      Adapun KCKT mempunyai bagian-bagian sebagi berikut :
a.       Wadah fase gerak : sebagai wadah untuk menampung fase gerak.
b.      Fase gerak : terdiri dari campuran pelarut yang dapat bercampur secara keseluruhan berperan dalam daya resolusi dan elusi.
c.       Pompa : untuk mengalirkan eluen kedalam kolom.
d.      Injektro : untuk memasukkan sampel kedalam kolom.
e.       Kolom : untuk memisahkan komponen-komponen dalam sampel.
f.       Fase diam : berupa silica yang dimodifikasi secara kimiawi, silica yang tidak dimodifikasi atau polimer stiren dan divinil benzene.
g.      Detector : untuk mendeteksi jkomponen yang ada dalam eluat dan mengukur jumlahnya.


DAFTAR PUSTAKA
Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan MAkanan, Farmakope Indonesia Edisi III 1979, Departemen Kesehatan R.I Jakarta
Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan MAkanan, Farmakope Indonesia Edisi IV 1995, Departemen Kesehatan R.I Jakarta
Johnson, E. L. and Steven son, R (1978). Basic liquid chromatography. Varian, California
Lindsay, S. 1992. High performance liquid chrotomagraphy.second edition, John Wiley &Sons, Chischer, New York, Brisbane, Toronto, Singapore
Rucker, G 1988. Instrumentelle pharmazeutische Analytik : lehbuch zu spektroskop, chrotograph.u. elektrochem.Analysemethoden/von G. Rucker. M. Neugebauer ; G.G. Wilems . Stuttgart : Wiss. Verl – Ges., Germany
Snyder, L. R and Kirkland J.J 1979. Introduktion to modern liquid chromatography. second edition.John Wiley & Sons.Inc NewYork, Chihester, Briebane, Toronto, Singapore

©

Tidak ada komentar:

Posting Komentar