Rabu, 18 Maret 2015

KUALIFIKASI DAN MONITORING RUANGAN ( LINGKUNGAN LABORATORIUM DAN ALAT LAMINAR AIR FLOW )

KUALIFIKASI DAN MONITORING RUANGAN
( LINGKUNGAN LABORATORIUM DAN ALAT LAMINAR AIR FLOW )

I.                   Tujuan
1.         Mampu menentukan kualifikasi ruangan, ruang steril/non steril. Serta memonitoring ruangan sesuai dengan kualifikasinya.
2.         Mampu menggunakan alat Laminar Air Flow (LAF) sesuai dengan sistem operasional prosedur yang berlaku, serta mampu mengevaluasi alat Laminar Air Flow (LAF) berfungsi dengan baik atau tidak dengan berbagai cara.

II.                Prinsip
Berdasrkan pada kualifikasi ruangan berdasarkan persyaratan CPOB.

III.             Teori
Bakteri sebenarnya makhluk yang suka akan keadaan basah, bahkan dapat hidup di dalam air. Hanya di dalam air yang tertutup mereka tak dapat hidup subur, hal ini disebabkan karena kurangnya udara bagi mereka. Tanah yang cukup basah baik bagi kehidupam bakteri.
Media adalah suatu bahan yang terdiri dari campuran zat-zat hara (nutrient) yang berguna untuk membiakkan mikroba. Dengan mempergunakan bermacam-macam media dapat dilakukan isolasi, perbanyakan, pengujian sifat-sifat fisiologis dan perhitungan jumlah mikroba.
Supaya mikroba dapat tumbuh baik dalam suatu media, maka medium tersebut harus memenuhi syarat-syarat antara lain :
1)      Harus mengandung semua zat hara yang mudah digunakan oleh mikroba.
2)      Harus mempunyai tekanan osmosa, tegangan permukaan dan pH yang sesuai dengan kebutuhan mikroba yang ditumbuhkan.
3)      Harus mengandung zat-zat yang dapat menghambat pertumbuhan mikroba.
4)      Harus berada dalam keadaan steril sebelum digunakan, agar mikroba yang diinginkan dapat tumbuh baik.
Menurut CPOB, ruangan steril dikategorikan ruang kelas I dan II atau sering disebut white area, yang harus memenuhi syarat jumlah partikel dan mikroba. Kelas I sebenarnya berada dalam ruangan kelas II, tetapi ruang kelas I memiliki alat LAF (Laminar Air Flow), yaitu alat yang menjamin ruangan dalam kondisi steril dan bias dipakai untuk pembuatan secara aseptik. Sebaliknya, ruangan produksi steril harus memenuhi syarat sebagai berikut, Ruangan produksi steril adalah tempat yang disiapkan secara khusus dari bahan-bahan dan tat bentuk yang harus sesuai dengan cara pembuatan obat yang baik (CPOB). Ruangan produksi steril harus memenuhi syarat sebagai berikut:
1.      Bebas mikroorganisme aktif
2.      Untuk mendapatkannya, udara yang ada di dalam ruangan disaring dengan HEPA filter agar mendapatkan udara yang bebas mikroorganisme dan partikel.
3.      Ada batasan kontaminasi dengan partikel
4.      Tekanan positif, yakni tekanan udara di dalam ruangan lebih besar daripada udara di luar, sehingga udara di dalam mengalir ke luar (udara di luar yang lebih kotor tidak dapat masuk ke dalam ruangan yang lebih bersih)
5.      Minimal terbagi atas tiga area, yaitu area kotor (black area), intermediate area (grey area), dan area bersih (white area)
6.      Jumlah partikel berukuran 0,5 mikron tidak lebih dari 350.000 partikel.
7.      Jumlah jasad renik tidak lebih dari 100 per meter kubik udara.
8.      Suhu 18 – 22°C, Kelembaban 35 – 50%
Clean area mempunyai klasifikasi atau grade A, B, C, dan D. Klasifikasi dibagi berdasarkan jumlah maksimum partikel dan jumlah mikroba yang mengkontaminasinya per meter kubik udara.
Ruangan bersih atau clean room adalah suatu ruangan tertutup dimana jumlah partikel dalam udara, temperatur, kelembaban, dan tekanan dikontrol sesuai dengan persyaratan dan dapat terdiri dari satu atau lebih area bersih. Pada dasarnya suatu ruangan bersih atau clean room dibatasi hanya oleh jumlah partikel suatu ruangan, namun demikian banyak regulasi yang mengatur tentang parameter uji lain untuk meyakinkan kualitas ruangan yang akan digunakan.

Grade
Jumlah maksimum partikel dan jumlah mikrobakteri per meter kubik
0,5 µm
5 µm
Jumlah mikroorganisme
A
3500
0
< 1
B
3500
0
10
C
350000
2000
100
D
3500000
20000
200

Sedangkan Berdasarkan CPOB, ruang diklasifikasikan menjadi kelas A, B, C, D dan E, dimana setiap kelas memiliki persyaratan jumlah partikel, jumlah mikroba, tekanan, kelembaban udara dan air change rate
1.      Kelas A digunakan untuk kegiatan-kegiatan yang beresiko tinggi seperti pengisian produksi steril.
2.      Kelas B digunakan untuk pembuatan dan pengisian secara aseptis. Kelas ini adalah lingkungan latar belakang untuk zona A
3.      Kelas C merupakan koridor ruangan steril
4.      Kelas D digunakan untuk pembuatan produk non steril seperti pembuatan tablet dan pengemasan primer.
5.      Kelas E jarang digunakan akan tetapi pada beberapa sumber mengatakan bahwa kelas E disebut juga sebagai gudang.
Tabel pembagian kelas ruangan berdasarkan jumlah partikel

Hygine Zoning
Kelas
Jumlah partikel/m3
At rest
In Operational
0,5 (µm)
5,0 (µm)
0,5 (µm)
5,0 (µm)
A
100
≤ 3.520
≤ 20
≤ 3.520
≤ 20
B
100
≤ 3.520
≤ 29
≤ 352.000
≤ 2.900
C
10.000
≤ 352.000
≤ 2.900
≤ 3.520.000
≤ 29.000
D
100.000
≤ 3.520.000
≤ 29.000
NS
NS
E
UC
NS
NS
NS
NS
Hygine Zoning
Class
Limit for Microbial contamination (In operation)
Air sample (cfu/m3)
Settle plates diam. 90mm (cfu/4 hours)
Glove print, 5 fingers (cfu/glove)
A
100
< 1
< 1
< 1
B
100
10
5
5
C
10.000
100
50
NS
D
100.000
200
100
NS
E
UC
NS
NS
NS














Keterangan :  
UC = Unclassif
NS = No Specification


Pada ruangan Steril ada beberapa aturan diantaranya :
1.      Petugas yang akan bekerja di dalam ruangan produksi steril saat masuk ke ruangan changing area, harus mengganti baju, sepatu, memakai topi dan kaca mata steril yang sudah tersedia. Setelah itu, petugas baru masuk ke ruangan clean filling room atau ruangan preparation area.
2.      Laminar air flow (LAF) merupakan tempat bekerja secara aseptik, untuk uji sterilitas, aseptic dispensing, dan i.v. admixture (pencampuran obat suntik). Tekanan yang ada di dalam LAF dibuat menjadi tekanan negatif, artinya aliran udara yang ada mengalir kembali ke dalam ruangan LAF.
3.      Sistem udara laminar hendaklah mengalirkan udara dengan kecepatan merata antara 0,36 – 0,54 m/detik (nilai acuan) pada posisi uji 15 – 30 cm di bawah filter terminal. Kecepatan aliran udara di daerah kerja minimal 0,36 m/detik. Aliran udara searah (unidirectional airflow/ UDAF) dengan kecepatan yang lebih rendah dapat digunakan pada isolator yang tertutup dan kotak bersarung tangan (Glove boxes). Untuk mencapai kebersihan udara Kelas B, C dan D, perhitungan frekuensi pertukaran udara hendaklah disesuaikan dengan ukuran ruangan, mesin yang digunakan dan jumlah personil yang bekerja di dalam ruangan.
Sanitasi area bersih sangatlah penting. Area tersebut hendaklah dibersihkan secara menyeluruh sesuai program tertulis. Bila menggunakan disinfektan hendaklah memakai lebih dari satu jenis. Pemantauan hendaklah dilakukan secara berkala untuk mendeteksi perkembangan galur mikroba yang resisten. Dengan mempertimbangkan efektivitasnya yang terbatas, lampu ultraviolet hendaklah tidak digunakan untuk menggantikan disinfektan kimiawi.
Untuk mengendalikan kebersihan mikrobiologis dari berbagai tingkat kebersihan pada saat kegiatan berlangsung, area bersih hendaklah dipantau. Saat kegiatan aseptik berlangsung, pemantauan hendaklah dilakukan sesering mungkin dengan metode cawan papar, pengambilan sampel udara secara volumetris (volumetric air),dan pengambilan sampel permukaan (cara apus dan cawan kontak). Area bersih hendaklah tidak terkontaminasi oleh kegiatan pengambilan sampel saat melakukan pemantauan.
Teknik aseptis sangat diperlukan pada saat memindahkan biakan dari satu tempat ke tempat lainnya. Penggunaan teknik aseptis mencegah terjadinya kontaminasi dengan biakan yang mungkin bersifat patogen. Teknik kerja aseptis, teknik dekontaminasi, serta penyelesaian pekerjaan secara cepat dan efisien perlu dipahami untuk menunjang pekerjaan yang berkaitan dengan mikroorganisme. Semua pekerjaan yang dilakukan pada praktikum inokulasi dan peremajaan biakan dalam media padat dan cair dilakukan berdasarkan prosedur teknik aseptis. Teknik aseptis atau steril adalah suatu sistem cara bekerja yang menjaga sterilitas ketika menangani pengkulturan mikroorganisme untuk mencegah kontaminasi terhadap kultur mikroorganisme yang diinginkan. Dasar digunakannya teknik aseptik adalah adanya banyak partikel debu yang mengandung mikroorganisme (bakteri atau spora) yang mungkin dapat masuk ke dalam cawan, mulut erlenmeyer, atau mengendap di area kerja.    
Aturan prosedur secara umum pada teknik aseptis adalah mencuci tangan dahulu dengan sabun sebelum dan sesudah bekerja, gunakan masker dan sarung tangan, semprotkan alkohol pada sarung tangan, meja kerja sebaiknya jauh dari sesuatu yang dapat menciptakan aliran, usap meja kerja dengan alkohol atau antiseptik , semua peralatan yang digunakan harus steril, atur peralatan di meja kerja sedemikian rupa sehingga meminimalisir pergerakan tangan, menyalakan bunsen, membakar mulut atau bagian tepi dari suatu alat (flambir), telah siap dengan segala peralatan dan bahan yang dibutuhkan.





IV.             Alat dan Bahan
4.1.Alat
·           Air samplek
·           Inkubator
·           Cawan petri
·           Anemometer
·           Sarung tangan steril
·           Bunsen
·           Erlenmeyer
·           Swab
·           Kapas berlemak
·           Autoklaf
·           Kertas kue
·           Benang kasur
·           Masker


4.2.Bahan
·         Tryptic say agar (TSA)
·         Aqua steril
·         Desinfektan


V.                Prosedur
5.1.Sample udara
Ditentukan jumlah titik pemantauan dengan rumus   dilakukan pengujian sesuai dengan manual alat. Kemudian dilakukan inkubasi pada suhu 20 - 25c selama 4 hari, kemudian lanjutkan inkubasi pada suhu 30 – 35c selama 2 hari. Setelah itu dihitung serta catat jumlah bakteri dan jamur yang tumbuh pada setiap cawan. Dalam satu cawan dihitung dan dikonversikan ke m3.
5.2.Cawan papar (settle plate)
Ditentukan jumlah titik pemantauan dengan rumus luas area. Letak titik penentuan ditetapkan berdasarkan analisis resiko pada titik yang paling mungkin dan paling berdampak pada hasil produksi ataupun pengujian. Dibawa cawan petri steril pada TSA steril kedalam laminar air flow. Kemudian TSA didinginkan ke cawan petri sebanyak 15 – 20ml dan dibiarkan memadat. Diinkubasi cawan petri pada suhu 35 - 37c selam 2 hari. Di[eriksa adanya pertumbuhan mikroorganisme pada setiap lempeng agar. Lempeng yang tumbuh mikroorganisme sebelum diuji harus disingkirkan. Setiap lempeng agar diberikan label dengan keterangan tanggal uji, no lempeng agar dan nama ruangan yang dipantau. Dimasukan lempeng agar kedalam wadah plastik atau baja tahan karat yang sebelumnya sudah didesinfeksi dengan larutan alkohol 70% dan bawa keruangan yang akan dipantau. Petugas yang memapar media pembiakan harus berpakaian laboratorium yang bersih, memakai sarung tangan dan masker.
Lakukan pemaparan cawan petri selama 4 jam ditempat dan lokasi yang telah ditentukan. Letakan tutup cawan disamping media yang berisi media pembiakan. Inkubasi pada suhu 35 - 37c selama 2 hari, lanjutkan inkubasi pada suhu 20 -25c selama 4 hari. Hitung jumlah bacteri dan jamur yang tumbuh pada setiap cawan dan catat dalam formulir yang telah disediakan dan lakukan trend analisys per periode waktu.
        
5.3.Cawan kontak
Disiapkan kontak plate dengan menaruh media pertumbuhan dalam suatu cetakan untuk mencapai bentuk agar yang cembung, mirip dengan cetakan bantal. Ditekan media agar yang cembung ke permukaan yang akan diuji selam tiga samapi lima detik, partikel yang berada pada permukaan uji akan berpindah pada media pertumbuhan kontak plate. Inkubasi pada suhu 35 - 37c selama 48 jam, kemudian lanjutkan inkubasi pada suhu 20 - 25c selama 4 haridan lakukan trend anlysis per periode waktu .

5.4. sarung tangan 5 jari (finger dibs)
Disiapkan cawan yang berisi media TSA steril. Kenakan sarung tangan steril. Kemudian ditekan median dengan masing – masing jari dalam cawan selama tiga sampai lima detik. Kemudian diinkubasi pada suhu 35 - 37c selama 2 hari, kemudian lanjutkan inkubasi pada 20 - 25c selama 4 hari.


VI.             Data Pengamatan

6.1.Ruang Farmakologi
1)      Nama ruangan         : Laboratorium farmakologi
2)      Luas ruangan          :  8.25 m2
3)      Jumlah sampling     : 7
4)      Suhu                        : 28.8o C
5)      Kelembaban            : 59 %

a.         Settle plate / Cawanpapar
Ø  Tangg aluji            : 12 Maret 2015
Ø  Suhu inkubasi       :370 C
Ø  Lama inkubasi      : 2 x 24 jam

Cawanke-
∑ Koloni Mikroba
Hari ke 1
Hari ke 2
1
2
3
6
12
8
45
45
35
26
125

b.        Swab test
Ø  Tanggal uji            : 12 Maret 2015
Ø  Suhu inkubasi       : 370 C
Ø  Lama inkubasi      : 2 x 24 jam

Cawanke-
∑ Koloni Mikroba
Hari ke 1
Hari ke 2
4
5
6
54
77
79
103
269
287
210
659

c.         Finger dibs Method
Ø  Nama mask glove : Young - young
Ø  Tanggal uji            : 12 Maret 2015
Ø  Suhu inkubasi       : 370 C
Ø  Lama inkubasi      : 2 x 24 jam

Cawanke-
∑ Koloni Mikroba
Hari ke 1
Hari ke 2
7
1
13

6.2.Ruang Tugas akhir
1)      Nama ruangan         : Laboratorium tugas akhir
2)      Luas ruangan          : 5,8 m2
3)      Jumlah sampling     : 7
4)      Suhu                        : 28,60 C
5)      Kelembaban            : 61 %

a.      Settle plate / Cawanpapar
Ø  Tangga luji            : 12 Maret 2015
Ø  Suhu inkubasi       :370 C
Ø  Lama inkubasi      : 2 x 24 jam

Cawanke-
∑ Koloni Mikroba
Hari ke 1
Hari ke 2
1
2
3
49
27
42
90
95
115
118
300

b.      Swab test
Ø  Tanggal uji            : 12 Maret 2015
Ø  Suhu inkubasi       : 370 C
Ø  Lama inkubasi      : 2 x 24 jam

Cawanke-
∑ Koloni Mikroba
Hari ke 1
Hari ke 2
4
5
6
300
145
30
-
-
-
475
-

c.         Finger dibs Method
Ø  Nama mask glove : Young - young
Ø  Tanggal uji            : 12 Maret 2015
Ø  Suhu inkubasi       : 370 C
Ø  Lama inkubasi      : 2 x 24 jam

Cawanke-
∑ Koloni Mikroba
Hari ke 1
Hari ke 2
7
1
3

6.4.Ruang instrumen
1)      Nama ruangan      : Laboratorium instrumen
2)      Luas ruangan        : 4,8 m2
3)      Jumlah sampling   : 6
4)      Suhu                     : 26.20 C
5)      Kelembaban         : 57 %

a.      Settle plate / Cawanpapar
Ø  Tanggal uji            : 12 Maret 2015
Ø  Suhu inkubasi       :370 C
Ø  Lama inkubasi      : 2 x 24 jam

Cawanke-
∑ Koloni Mikroba
Hari ke 1
Hari ke 2
1
2
3
34
57
71
93
107
30
162
230

b.        Swab test
Ø  Tangga luji            : 12 Maret 2015
Ø  Suhu inkubasi       : 370 C
Ø  Lama inkubasi      : 2 x 24 jam

Cawanke-
∑ Koloni Mikroba
Hari ke 1
Hari ke 2
4
5
6
62
55
-
107
104
-
117
211


c.         Finger dibs Method
Ø  Nama mask glove : Young - young
Ø  Tanggal uji            : 12 Maret 2015
Ø  Suhu inkubasi       : 370 C
Ø  Lama inkubasi      : 2 x 24 jam

Cawanke-
∑ Koloni Mikroba
Hari ke 1
Hari ke 2
7
23
43


6.5.Ruang farmasi fisik
1)      Nama ruangan      : Laboratorium farmasi fisik
2)      Luas ruangan        : 166,95 m2
3)      Jumlah sampling   : 7
4)      Suhu                     : 28.5 o C
5)      Kelembaban         : 59 %

a.      Settle plate / Cawanpapar
Ø  Tanggal uji            : 12 Maret 2015
Ø  Suhu inkubasi       :370 C
Ø  Lama inkubasi      : 2 x 24 jam

Cawanke-
∑ Koloni Mikroba
Hari ke 1
Hari ke 2
1
2
3
10
8
6
61
33
25
24
119

b.        Swab test
Ø  Tanggal uji            : 12 Maret 2015
Ø  Suhu inkubasi       : 370 C
Ø  Lama  inkubasi     : 2 x 24 jam

Cawanke-
∑ KoloniMikroba
Harike 1
Harike 2
4
5
6
141
102
48
153
148
137
291
438

c.         Finger dibs Method
Ø  Nama mask glove : Young - young
Ø  Tanggal uji            : 12 Maret 2015
Ø  Suhu inkubasi       : 370 C
Ø  Lama inkubasi      : 2 x 24 jam

Cawanke-
∑ Koloni Mikroba
Hari ke 1
Hari ke 2
7
27
50


6.6.LAF
1)      Nama ruangan           : Laminar Air Flow
2)      Luas ruangan : 0.4 m2
3)      Jumlah sampling        : 3
4)      Suhu              : 27o
5)      Kelembaban  : 54 %

a.      Settle plate / Cawanpapar
Ø  Tanggal uji            : 12 Maret 2015
Ø  Suhu inkubasi       : 370 C
Ø  Lama inkubasi      : 2 x 24 jam
Cawanke-
∑ Koloni Mikroba
Hari ke 1
Hari ke 2
1
-
-

b.        Swab test
Ø  Tanggal uji            : 12 Maret 2015
Ø  Suhu inkubasi       : 370 C
Ø  Lama inkubasi      : 2 x 24 jam
Cawanke-
∑ Koloni Mikroba
Hari ke 1
Hari ke 2
1
31
38

c.         Finger dibs Method
Ø  Nama mask glove : Young - young
Ø  Tanggal uji            : 12 Maret 2015
Ø  Suhu inkubasi       : 370 C
Ø  Lama inkubasi      : 2 x 24 jam
Cawanke-
∑ Koloni Mikroba
Hari ke 1
Hari ke 2
1
1
6



VII.          Pembahasan
Pada praktikum kali ini akan dilakukan kualifikasi dan monitoring dimana sasarannya ada pada lingkungan laboratorium dan alat Laminar Air Flow (LAF). Laboratorium sebagai tempat melakukan pengujian terhadap berbagai sample baik yang bersifat berbahaya ataupun tidak, terdiri atas berbagai instrumen. Dalam pengoperasian berbagai macam instrumen tersebut, harus diperlakuakan sebagaimana mestinya sehingga menghasilkan hasil pengujian yang akurat dandapat dipertanggung jawabkan. Lingkungan laboratorium yang akan dilakukan kualifikasi dan monitoring adalah ruangan praktikum tugas akhir, ruangan praktikum farmakologi, ruangan praktikum farmasi fisika, ruangan instrumen serta Laminar Air Flow  (LAF). Pengujiannya meliputi swab test, settle plate dan finger dibs.
Pada awalnya disiapkan alat – alat yang akan digunakan dengan bahannya. Proses sterilisasi adalah salah satu proses yang penting di laboratorium mikrobiologi. Pada laboratorium mikrobiologi, proses ini dilakukan di dua tahap, yaitu sebelum analisa dan sesudah analisa. Sebelum analisa, proses sterilisasi dilakukan untuk menjamin bahwa alat – alat laboratorium dan media mikrobiologi yang akan digunakan sudah steril dan tidak mengandung mikroorganisme lagi. Sedangkan setelah analisa, proses sterilisasi digunakan untuk menjamin bahwa mikroorganisme yang tumbuh sudah mati dan memastikan mereka tidak menjadi sumber kontaminasi bagi analis dan lingkungannya. Dan untuk membersihkan ruangan selalu menggunakan desinfektan agar tidak ada bakteri yang menjadi kontaminasi di ruangan.
Untuk mensterilkan seluruh alat dan media yang akan digunakan pada saat praktikum, disterilkan dengan cara dicuci, dikeringkan, untuk kemudian disumbat dengan kapas berlemak (bagi alat yang bermulut) dan dibalut dengan kertas yang tersedia. Barulah dimasukan ke dalam autoklaf hingga suhunya mencapai 121oC, ini dikarenakan pada suhu ini mikroorganisme sudah mati. Pada sterilisasi alat dibutuhkan waktu 20 – 30 menit, dan untuk bahan 15 menit. Barulah pada saat alat dikeluarkan, maka di masukan ke oven terlebih dahulu dengan suhu 81oC selama 1 jam. Hal ini dikarenakan agar alat yang digunakan benar – benar kering dari uap yang timbulkan pada saat alat di sterilkan di dalam autoklaf.
Pada waktu sterilisasi alat dan bahan terdapat perbedaan waktu, ini di karenakan besar tekanan yang digunakan tergantung pada macam bahan dan alat yang disterilkan, sehingga terjadi perpanjangan waktu pemanasan. Dalam percobaan ini mungkin saja teradi faktor kesalahan, contohnya seperti pada saat pembukusan cawan petri mungkin saja akan salah pembukusan dan terbaliknya cawan petri.
Pada saat penuangan media steril, harus di tuangkan ke cawan petri pada suhu sekitar 45 – 50 °C (pada bentuk cair) untuk menghindari pembentukan kondensasi air di tutup cawan petri. Media harus dicampur secara merata tanpa terbentuk gelembung dan dituangkan secara aseptik kedalam cawan petri steril. Sejumlah media cair (sekitar 18 – 20 ml) di tuangkan kedalam cawan petri sehingga membentuk lapisan Agar sekitar 2 – 3 mm di permukaan cawan petri. Sebelum Inokulasi, pastikan supaya permukaan Agar kering untuk menghindari berkerumunnya mikroba. Hal ini dapat dilakukan dengan cara mengeringkannya di dalam inkubator bersuhu 30 – 40 °C selama 15 – 20 menit, serta hindari pengeringan berlebihan.
Swab adalah salah satu bahan habis pakai yang banyak digunakan di laboratorium. Swab biasanya digunakan untuk mengambil sample mikrobiologi untuk laboratorium industri ( tangan pekerja, mesin atau ruangan ) dan laboratorium klinik ( pemeriksaan vagina, anus atau tenggorokan ). Beberapa laboratorium mikrobiologi yang konvensional masih menggunakan swab yang dibuat secara mandiri. Kapas direkatkan pada kayu, kemudian disterilkan di autoklaf. Tapi banyak juga yang menggunakan swab jadi yang sudah tersedia di pasar.
Pada saat melakukan pengujian dengan swab test, suhu yang digunakan untuk pengujian yakni suhu pada saat di inkubasi 37oC. Dari hasil praktikum yang telah dilakukan di dapatkan hasilnya pada ruangan farmakologi (dengan 3 cawan) hari pertama didapatkan mikroba dengan jumlah 210 koloni sedangkan hari kedua didapatkan dengan jumlah bakteri sebanyak 659 koloni. Kemudian di ruangan laboratorium Tugas Akhir (TA) di dapatkan dengan jumlah bakteri (dari 3 cawan) pada hari pertama 475 koloni. Lalu pada ruangan instrumen didapatkan dari 3 cawan hari pertama adanya bakteri 117 koloni sedangkan pada hari kedua ada 211 koloni. Pada ruangan laboratorium farmasi fisika (digunakan 3 cawan) didapatkan jumlah bakteri pada hari pertama sebanyak 291 koloni dan hari kedua 438 koloni. Sementara pada Laminar Air Flow (LAF) hanya menggunakan 1 cawan dengan hasil pada hari pertama didapat bakteri sebanyak 31 koloni dan hari kedua bertambah 7 koloni sehingga total menjadi 38 koloni.
Kemudian pada pengujian settle plate atau disebut sebagai cawan papar, suhu yang digunakan untuk pengujian yakni suhu pada saat di inkubasi 37oC. Dari hasil praktikum yang telah dilakukan di dapatkan hasilnya pada ruangan farmakologi (dengan 3 cawan) hari pertama didapatkan mikroba dengan jumlah 26 koloni sedangkan hari kedua didapatkan dengan jumlah bakteri sebanyak 125 koloni. Kemudian di ruangan laboratorium Tugas Akhir (TA) di dapatkan dengan jumlah bakteri (dari 3 cawan) pada hari pertama 118 koloni dan hari kedua 300 koloni. Lalu pada ruangan instrumen didapatkan dari 3 cawan hari pertama adanya bakteri 162 koloni sedangkan pada hari kedua ada 230 koloni. Pada ruangan laboratorium farmasi fisika (digunakan 3 cawan) didapatkan jumlah bakteri pada hari pertama sebanyak 24 koloni dan hari kedua 119 koloni. Sementara pada Laminar Air Flow (LAF) hanya menggunakan 1 cawan dengan hasil tidak ana sama sekali yakni 0 (nol). Dari hasil tersebut dapat diketahui persyaratan untuk jumlah cemaran mikroba sesuai dengan Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) pada laboratorium farmakologi tergolong kelas D. Laboratorium Tugas Akhir (TA) melebihi dari kelas D dan dapat dikatakan bahwa cemaran mikrobanya sangat tinggi. Kemudian di ruang instrumen juga melebihi dari kelas D dan ini artinya ruangan tersebut tidak begitu steril. Pada laboratorium fisika dapat dikatakan pada hari pertama ada di kelas C namun sampai hari kedua, melebihi kelas D. Kemudian pada Laminar Air Flow (LAF) menduduki kelas A dimana cemaran mikrobanya kurang dari satu koloni.
Pada saat melakukan pengujian dengan menggunakan sarung tangan 5 jari (finger dibs) yang di oleskan ke media. Sarung tangan yang digunakan adalah sarung tangan steril merk Young – young. Dimana suhu yang digunakan untuk pengujian yakni suhu pada saat di inkubasi 37oC. Data yang diperoleh disesuaikan dengan kelompok di laboratorium. Dari hasil praktikum yang telah dilakukan di dapatkan hasilnya pada ruangan farmakologi (dengan 3 cawan) hari pertama didapatkan mikroba dengan jumlah 1 koloni sedangkan hari kedua didapatkan dengan jumlah bakteri sebanyak 13 koloni. Kemudian di ruangan laboratorium Tugas Akhir (TA) di dapatkan dengan jumlah bakteri (dari 3 cawan) pada hari pertama 1 koloni dan hari kedua didapat 3 koloni. Lalu pada ruangan instrumen didapatkan dari 3 cawan hari pertama adanya bakteri 23 koloni sedangkan pada hari kedua ada 43 koloni. Pada ruangan laboratorium farmasi fisika (digunakan 3 cawan) didapatkan jumlah bakteri pada hari pertama sebanyak 27 koloni dan hari kedua 50 koloni. Sementara pada Laminar Air Flow (LAF) hanya menggunakan 1 cawan dengan hasil pada hari pertama didapat bakteri sebanyak 1 koloni dan hari kedua bertambah menjadi 6 koloni. Dalam sarung tangan yang steril maka menurut CPOB hanya ada 2 kelas, yakni kelas A dengan jumlah koloni kurang dari satu dan kelas B dengan jumlah 5 koloni. Dapat dilihat pada hasil yang telah diperoleh hanya pada ruangan laboratorium Tugas Akhir (TA) yang menduduki kelas B, sedangkan yang lain tidak karena melebihi batas yang telah disesuaikan.
Begitu banyak hal yang harus dipelajari pada praktikum kali ini. Yakni bagaimana cara mensterilkan alat dan media dengan benar, membuat media yang bagus, kebersihan pada saat praktikum, dan itu semua tergantung kepada praktikannya sendiri. Maka jika ada hasil yang salah, kemungkinan itu karena pada saat sterilisasi alat yang tidak benar, atau karena tutup cawan petri yang tidak sepadan (tidak sesuai dengan pasangannya), juga karena pada saat pengamatan ada praktikan yang membuka cawan, sehingga bakteri dari udara sekitar ada yang masuk.

VIII.       Kesimpulan
Pada raktikum kali ini dapat disimpulkan bahwa pada saat kualifikasi dan monitoring ruangan dilakukan di laboratorium farmakologi, laboratorium farmasi fisika, laboratorium Tugas Akhir (TA), ruangan instrumen dan Laminar Air Flow (LAF). Dengan swab test dinyatakan semua lingkungan yang diuji tidak termasuk dalam kategori clean area menurut CPOB. Pada saat menggunakan settle plate, hanya laboratorium farmakologi yang tergolong kelas D dan di Laminar Air Flow (LAF) tergolong kelas A. Kemudian pada sarung tangan merk “young – young”, ada berbagai variasi, ada yang masuk kelas A dan B atau bahkan tidak sama sekali. Maka dinyatakan sarung tangan tersebut kurang steril.


IX.             Daftar Pustaka
Dwidjoseputro, D. 1994. Dasar – Dasar Mikrobiologi. Djambatan, Jakarta.
Suciati Tri. Layout dan Alur Kerja Laboratorium Steril. Bandung: ITB (Available online at: www. google.com/pharmaciststreet.blogspot.com diakses tanggal : 18 Maret 2015).
Suriawiria, U. 2005. Mikrobiologi Dasar. Papas Sinar Sinanti, Jakarta.