KUALIFIKASI DAN
MONITORING RUANGAN
( LINGKUNGAN
LABORATORIUM DAN ALAT LAMINAR AIR FLOW )
I.
Tujuan
1.
Mampu menentukan kualifikasi ruangan,
ruang steril/non steril. Serta memonitoring ruangan sesuai dengan
kualifikasinya.
2.
Mampu menggunakan alat Laminar Air Flow (LAF) sesuai dengan
sistem operasional prosedur yang berlaku, serta mampu mengevaluasi alat Laminar Air Flow (LAF) berfungsi dengan
baik atau tidak dengan berbagai cara.
II.
Prinsip
Berdasrkan
pada kualifikasi ruangan berdasarkan persyaratan CPOB.
III.
Teori
Bakteri sebenarnya
makhluk yang suka akan keadaan basah, bahkan dapat hidup di dalam air. Hanya di
dalam air yang tertutup mereka tak dapat hidup subur, hal ini disebabkan karena
kurangnya udara bagi mereka. Tanah yang cukup basah baik bagi kehidupam bakteri.
Media adalah suatu
bahan yang terdiri dari campuran zat-zat hara (nutrient) yang berguna untuk
membiakkan mikroba. Dengan mempergunakan bermacam-macam media dapat dilakukan
isolasi, perbanyakan, pengujian sifat-sifat fisiologis dan perhitungan jumlah mikroba.
Supaya mikroba dapat
tumbuh baik dalam suatu media, maka medium tersebut harus memenuhi
syarat-syarat antara lain :
1) Harus
mengandung semua zat hara yang mudah digunakan oleh mikroba.
2) Harus
mempunyai tekanan osmosa, tegangan permukaan dan pH yang sesuai dengan
kebutuhan mikroba yang ditumbuhkan.
3) Harus
mengandung zat-zat yang dapat menghambat pertumbuhan mikroba.
4) Harus
berada dalam keadaan steril sebelum digunakan, agar mikroba yang diinginkan
dapat tumbuh baik.
Menurut CPOB, ruangan
steril dikategorikan ruang kelas I dan II atau sering disebut white area, yang
harus memenuhi syarat jumlah partikel dan mikroba. Kelas I sebenarnya berada
dalam ruangan kelas II, tetapi ruang kelas I memiliki alat LAF (Laminar Air
Flow), yaitu alat yang menjamin ruangan dalam kondisi steril dan bias dipakai
untuk pembuatan secara aseptik. Sebaliknya, ruangan produksi steril harus
memenuhi syarat sebagai berikut, Ruangan produksi steril adalah tempat yang
disiapkan secara khusus dari bahan-bahan dan tat bentuk yang harus sesuai
dengan cara pembuatan obat yang baik (CPOB). Ruangan produksi steril harus
memenuhi syarat sebagai berikut:
1. Bebas
mikroorganisme aktif
2. Untuk
mendapatkannya, udara yang ada di dalam ruangan disaring dengan HEPA filter
agar mendapatkan udara yang bebas mikroorganisme dan partikel.
3. Ada
batasan kontaminasi dengan partikel
4. Tekanan
positif, yakni tekanan udara di dalam ruangan lebih besar daripada udara di
luar, sehingga udara di dalam mengalir ke luar (udara di luar yang lebih kotor
tidak dapat masuk ke dalam ruangan yang lebih bersih)
5. Minimal
terbagi atas tiga area, yaitu area kotor (black area), intermediate area (grey
area), dan area bersih (white area)
6. Jumlah
partikel berukuran 0,5 mikron tidak lebih dari 350.000 partikel.
7. Jumlah
jasad renik tidak lebih dari 100 per meter kubik udara.
8. Suhu
18 – 22°C, Kelembaban 35 – 50%
Clean area mempunyai klasifikasi atau grade A, B, C,
dan D. Klasifikasi dibagi berdasarkan jumlah maksimum partikel dan jumlah
mikroba yang mengkontaminasinya per meter kubik udara.
Ruangan bersih atau clean room adalah suatu ruangan
tertutup dimana jumlah partikel dalam udara, temperatur, kelembaban, dan
tekanan dikontrol sesuai dengan persyaratan dan dapat terdiri dari satu atau
lebih area bersih. Pada dasarnya suatu ruangan bersih atau clean room dibatasi
hanya oleh jumlah partikel suatu ruangan, namun demikian banyak regulasi yang
mengatur tentang parameter uji lain untuk meyakinkan kualitas ruangan yang akan
digunakan.
Grade
|
Jumlah
maksimum partikel dan jumlah mikrobakteri per meter kubik
|
||
0,5
µm
|
5
µm
|
Jumlah
mikroorganisme
|
|
A
|
3500
|
0
|
< 1
|
B
|
3500
|
0
|
10
|
C
|
350000
|
2000
|
100
|
D
|
3500000
|
20000
|
200
|
Sedangkan Berdasarkan CPOB, ruang diklasifikasikan
menjadi kelas A, B, C, D dan E, dimana setiap kelas memiliki persyaratan jumlah
partikel, jumlah mikroba, tekanan, kelembaban udara dan air change rate
1. Kelas
A digunakan untuk kegiatan-kegiatan yang beresiko tinggi seperti pengisian
produksi steril.
2. Kelas
B digunakan untuk pembuatan dan pengisian secara aseptis. Kelas ini adalah
lingkungan latar belakang untuk zona A
3. Kelas
C merupakan koridor ruangan steril
4. Kelas
D digunakan untuk pembuatan produk non steril seperti pembuatan tablet dan
pengemasan primer.
5. Kelas
E jarang digunakan akan tetapi pada beberapa sumber mengatakan bahwa kelas E
disebut juga sebagai gudang.
Tabel pembagian kelas
ruangan berdasarkan jumlah partikel
Hygine
Zoning
|
Kelas
|
Jumlah
partikel/m3
|
|||
At
rest
|
In
Operational
|
||||
0,5
(µm)
|
5,0
(µm)
|
0,5
(µm)
|
5,0
(µm)
|
||
A
|
100
|
≤ 3.520
|
≤ 20
|
≤ 3.520
|
≤ 20
|
B
|
100
|
≤ 3.520
|
≤ 29
|
≤ 352.000
|
≤ 2.900
|
C
|
10.000
|
≤ 352.000
|
≤ 2.900
|
≤ 3.520.000
|
≤ 29.000
|
D
|
100.000
|
≤ 3.520.000
|
≤ 29.000
|
NS
|
NS
|
E
|
UC
|
NS
|
NS
|
NS
|
NS
|
Hygine Zoning
|
Class
|
Limit
for Microbial contamination (In operation)
|
||
Air
sample (cfu/m3)
|
Settle
plates diam. 90mm (cfu/4 hours)
|
Glove
print, 5 fingers (cfu/glove)
|
||
A
|
100
|
< 1
|
< 1
|
< 1
|
B
|
100
|
10
|
5
|
5
|
C
|
10.000
|
100
|
50
|
NS
|
D
|
100.000
|
200
|
100
|
NS
|
E
|
UC
|
NS
|
NS
|
NS
|
Keterangan
:
UC
= Unclassif
NS
= No Specification
Pada
ruangan Steril ada beberapa aturan diantaranya :
1. Petugas
yang akan bekerja di dalam ruangan produksi steril saat masuk ke ruangan
changing area, harus mengganti baju, sepatu, memakai topi dan kaca mata steril
yang sudah tersedia. Setelah itu, petugas baru masuk ke ruangan clean filling
room atau ruangan preparation area.
2. Laminar
air flow (LAF) merupakan tempat bekerja secara aseptik, untuk uji sterilitas,
aseptic dispensing, dan i.v. admixture (pencampuran obat suntik). Tekanan yang
ada di dalam LAF dibuat menjadi tekanan negatif, artinya aliran udara yang ada
mengalir kembali ke dalam ruangan LAF.
3. Sistem
udara laminar hendaklah mengalirkan udara dengan kecepatan merata antara 0,36 –
0,54 m/detik (nilai acuan) pada posisi uji 15 – 30 cm di bawah filter terminal.
Kecepatan aliran udara di daerah kerja minimal 0,36 m/detik. Aliran udara
searah (unidirectional airflow/ UDAF) dengan kecepatan yang lebih rendah dapat
digunakan pada isolator yang tertutup dan kotak bersarung tangan (Glove boxes).
Untuk mencapai kebersihan udara Kelas B, C dan D, perhitungan frekuensi
pertukaran udara hendaklah disesuaikan dengan ukuran ruangan, mesin yang
digunakan dan jumlah personil yang bekerja di dalam ruangan.
Sanitasi area bersih sangatlah penting. Area
tersebut hendaklah dibersihkan secara menyeluruh sesuai program tertulis. Bila
menggunakan disinfektan hendaklah memakai lebih dari satu jenis. Pemantauan
hendaklah dilakukan secara berkala untuk mendeteksi perkembangan galur mikroba
yang resisten. Dengan mempertimbangkan efektivitasnya yang terbatas, lampu
ultraviolet hendaklah tidak digunakan untuk menggantikan disinfektan kimiawi.
Untuk mengendalikan kebersihan mikrobiologis dari
berbagai tingkat kebersihan pada saat kegiatan berlangsung, area bersih
hendaklah dipantau. Saat kegiatan aseptik berlangsung, pemantauan hendaklah
dilakukan sesering mungkin dengan metode cawan papar, pengambilan sampel udara
secara volumetris (volumetric air),dan pengambilan sampel permukaan (cara apus
dan cawan kontak). Area bersih hendaklah tidak terkontaminasi oleh kegiatan
pengambilan sampel saat melakukan pemantauan.
Teknik aseptis sangat diperlukan pada saat
memindahkan biakan dari satu tempat ke tempat lainnya. Penggunaan teknik
aseptis mencegah terjadinya kontaminasi dengan biakan yang mungkin bersifat
patogen. Teknik kerja aseptis, teknik dekontaminasi, serta penyelesaian
pekerjaan secara cepat dan efisien perlu dipahami untuk menunjang pekerjaan
yang berkaitan dengan mikroorganisme. Semua pekerjaan yang dilakukan pada
praktikum inokulasi dan peremajaan biakan dalam media padat dan cair dilakukan
berdasarkan prosedur teknik aseptis. Teknik aseptis atau steril adalah suatu
sistem cara bekerja yang menjaga sterilitas ketika menangani pengkulturan
mikroorganisme untuk mencegah kontaminasi terhadap kultur mikroorganisme yang
diinginkan. Dasar digunakannya teknik aseptik adalah adanya banyak partikel
debu yang mengandung mikroorganisme (bakteri atau spora) yang mungkin dapat
masuk ke dalam cawan, mulut erlenmeyer, atau mengendap di area kerja.
Aturan prosedur secara umum pada teknik aseptis
adalah mencuci tangan dahulu dengan sabun sebelum dan sesudah bekerja, gunakan
masker dan sarung tangan, semprotkan alkohol pada sarung tangan, meja kerja
sebaiknya jauh dari sesuatu yang dapat menciptakan aliran, usap meja kerja
dengan alkohol atau antiseptik , semua peralatan yang digunakan harus steril,
atur peralatan di meja kerja sedemikian rupa sehingga meminimalisir pergerakan
tangan, menyalakan bunsen, membakar mulut atau bagian tepi dari suatu alat
(flambir), telah siap dengan segala peralatan dan bahan yang dibutuhkan.
IV.
Alat dan Bahan
4.1.Alat
·
Air samplek
·
Inkubator
·
Cawan petri
·
Anemometer
·
Sarung tangan
steril
·
Bunsen
·
Erlenmeyer
·
Swab
·
Kapas berlemak
·
Autoklaf
·
Kertas kue
·
Benang kasur
·
Masker
4.2.Bahan
·
Tryptic say agar
(TSA)
·
Aqua steril
·
Desinfektan
V.
Prosedur
5.1.Sample
udara
Ditentukan jumlah titik pemantauan
dengan rumus
dilakukan pengujian sesuai dengan manual
alat. Kemudian dilakukan inkubasi pada suhu 20 - 25⁰c selama 4 hari,
kemudian lanjutkan inkubasi pada suhu 30 – 35⁰c selama 2 hari. Setelah itu dihitung
serta catat jumlah bakteri dan jamur yang tumbuh pada setiap cawan. Dalam satu
cawan dihitung dan dikonversikan ke m3.

5.2.Cawan
papar (settle plate)
Ditentukan
jumlah titik pemantauan dengan rumus luas area. Letak titik penentuan ditetapkan
berdasarkan analisis resiko pada titik yang paling mungkin dan paling berdampak
pada hasil produksi ataupun pengujian. Dibawa cawan petri steril pada TSA
steril kedalam laminar air flow. Kemudian TSA didinginkan ke cawan petri
sebanyak 15 – 20ml dan dibiarkan memadat. Diinkubasi cawan petri pada suhu 35 -
37⁰c
selam 2 hari. Di[eriksa adanya pertumbuhan mikroorganisme pada setiap lempeng
agar. Lempeng yang tumbuh mikroorganisme sebelum diuji harus disingkirkan.
Setiap lempeng agar diberikan label dengan keterangan tanggal uji, no lempeng
agar dan nama ruangan yang dipantau. Dimasukan lempeng agar kedalam wadah
plastik atau baja tahan karat yang sebelumnya sudah didesinfeksi dengan larutan
alkohol 70% dan bawa keruangan yang akan dipantau. Petugas yang memapar media
pembiakan harus berpakaian laboratorium yang bersih, memakai sarung tangan dan
masker.
Lakukan
pemaparan cawan petri selama 4 jam ditempat dan lokasi yang telah ditentukan.
Letakan tutup cawan disamping media yang berisi media pembiakan. Inkubasi pada
suhu 35 - 37⁰c
selama 2 hari, lanjutkan inkubasi pada suhu 20 -25⁰c selama 4 hari. Hitung
jumlah bacteri dan jamur yang tumbuh pada setiap cawan dan catat dalam formulir
yang telah disediakan dan lakukan trend analisys per periode waktu.
5.3.Cawan
kontak
Disiapkan
kontak plate dengan menaruh media pertumbuhan dalam suatu cetakan untuk
mencapai bentuk agar yang cembung, mirip dengan cetakan bantal. Ditekan media
agar yang cembung ke permukaan yang akan diuji selam tiga samapi lima detik, partikel
yang berada pada permukaan uji akan berpindah pada media pertumbuhan kontak
plate. Inkubasi pada suhu 35 - 37⁰c selama 48 jam, kemudian lanjutkan
inkubasi pada suhu 20 - 25⁰c
selama 4 haridan lakukan trend anlysis per periode waktu .
5.4.
sarung tangan 5 jari (finger dibs)
Disiapkan
cawan yang berisi media TSA steril. Kenakan sarung tangan steril. Kemudian
ditekan median dengan masing – masing jari dalam cawan selama tiga sampai lima
detik. Kemudian diinkubasi pada suhu 35 - 37⁰c selama 2 hari, kemudian lanjutkan
inkubasi pada 20 - 25⁰c
selama 4 hari.
VI.
Data Pengamatan
6.1.Ruang
Farmakologi
1) Nama
ruangan : Laboratorium farmakologi
2) Luas
ruangan : 8.25 m2
3) Jumlah
sampling : 7
4) Suhu : 28.8o C
5) Kelembaban : 59 %
a.
Settle plate / Cawanpapar
Ø Tangg aluji :
12 Maret 2015
Ø Suhu inkubasi :370
C
Ø Lama inkubasi :
2 x 24 jam
Cawanke-
|
∑ Koloni Mikroba
|
|
Hari ke 1
|
Hari ke 2
|
|
1
2
3
|
6
12
8
|
45
45
35
|
∑
|
26
|
125
|
b.
Swab test
Ø Tanggal uji :
12 Maret 2015
Ø Suhu inkubasi :
370 C
Ø Lama inkubasi :
2 x 24 jam
Cawanke-
|
∑ Koloni Mikroba
|
|
Hari ke 1
|
Hari ke 2
|
|
4
5
6
|
54
77
79
|
103
269
287
|
∑
|
210
|
659
|
c.
Finger dibs Method
Ø Nama mask glove :
Young - young
Ø Tanggal uji :
12 Maret 2015
Ø Suhu inkubasi :
370 C
Ø Lama inkubasi :
2 x 24 jam
Cawanke-
|
∑ Koloni Mikroba
|
|
Hari ke 1
|
Hari ke 2
|
|
7
|
1
|
13
|
6.2.Ruang
Tugas akhir
1) Nama
ruangan : Laboratorium tugas akhir
2)
Luas ruangan : 5,8 m2
3) Jumlah
sampling : 7
4) Suhu : 28,60 C
5) Kelembaban :
61 %
a.
Settle plate / Cawanpapar
Ø Tangga luji :
12 Maret 2015
Ø Suhu inkubasi :370
C
Ø Lama inkubasi :
2 x 24 jam
Cawanke-
|
∑ Koloni Mikroba
|
|
Hari ke 1
|
Hari ke 2
|
|
1
2
3
|
49
27
42
|
90
95
115
|
∑
|
118
|
300
|
b.
Swab test
Ø Tanggal uji :
12 Maret 2015
Ø Suhu inkubasi :
370 C
Ø Lama inkubasi :
2 x 24 jam
Cawanke-
|
∑ Koloni Mikroba
|
|
Hari ke 1
|
Hari ke 2
|
|
4
5
6
|
300
145
30
|
-
-
-
|
∑
|
475
|
-
|
c.
Finger dibs Method
Ø Nama mask glove :
Young - young
Ø Tanggal uji :
12 Maret 2015
Ø Suhu inkubasi :
370 C
Ø Lama inkubasi :
2 x 24 jam
Cawanke-
|
∑ Koloni Mikroba
|
|
Hari ke 1
|
Hari ke 2
|
|
7
|
1
|
3
|
6.4.Ruang
instrumen
1) Nama
ruangan : Laboratorium instrumen
2)
Luas ruangan : 4,8 m2
3) Jumlah
sampling : 6
4) Suhu : 26.20 C
5) Kelembaban : 57 %
a.
Settle plate / Cawanpapar
Ø Tanggal uji :
12 Maret 2015
Ø Suhu inkubasi :370
C
Ø Lama inkubasi :
2 x 24 jam
Cawanke-
|
∑ Koloni Mikroba
|
|
Hari ke 1
|
Hari ke 2
|
|
1
2
3
|
34
57
71
|
93
107
30
|
∑
|
162
|
230
|
b.
Swab test
Ø Tangga luji :
12 Maret 2015
Ø Suhu inkubasi :
370 C
Ø Lama inkubasi :
2 x 24 jam
Cawanke-
|
∑ Koloni Mikroba
|
|
Hari ke 1
|
Hari ke 2
|
|
4
5
6
|
62
55
-
|
107
104
-
|
∑
|
117
|
211
|
c.
Finger dibs Method
Ø Nama mask glove :
Young - young
Ø Tanggal uji :
12 Maret 2015
Ø Suhu inkubasi :
370 C
Ø Lama inkubasi :
2 x 24 jam
Cawanke-
|
∑ Koloni Mikroba
|
|
Hari ke 1
|
Hari ke 2
|
|
7
|
23
|
43
|
6.5.Ruang
farmasi fisik
1) Nama
ruangan : Laboratorium farmasi fisik
2) Luas
ruangan : 166,95 m2
3) Jumlah
sampling : 7
4) Suhu : 28.5 o C
5) Kelembaban : 59 %
a.
Settle plate / Cawanpapar
Ø Tanggal uji :
12 Maret 2015
Ø Suhu inkubasi :370
C
Ø Lama inkubasi :
2 x 24 jam
Cawanke-
|
∑ Koloni Mikroba
|
|
Hari ke 1
|
Hari ke 2
|
|
1
2
3
|
10
8
6
|
61
33
25
|
∑
|
24
|
119
|
b.
Swab test
Ø Tanggal uji :
12 Maret 2015
Ø Suhu inkubasi :
370 C
Ø Lama inkubasi : 2 x 24 jam
Cawanke-
|
∑ KoloniMikroba
|
|
Harike 1
|
Harike 2
|
|
4
5
6
|
141
102
48
|
153
148
137
|
∑
|
291
|
438
|
c.
Finger dibs Method
Ø Nama mask glove :
Young - young
Ø Tanggal uji :
12 Maret 2015
Ø Suhu inkubasi :
370 C
Ø Lama inkubasi :
2 x 24 jam
Cawanke-
|
∑ Koloni Mikroba
|
|
Hari ke 1
|
Hari ke 2
|
|
7
|
27
|
50
|
6.6.LAF
1) Nama
ruangan : Laminar Air Flow
2) Luas
ruangan : 0.4 m2
3) Jumlah
sampling : 3
4) Suhu : 27o
5) Kelembaban : 54 %
a.
Settle plate / Cawanpapar
Ø Tanggal uji :
12 Maret 2015
Ø Suhu inkubasi :
370 C
Ø Lama inkubasi :
2 x 24 jam
Cawanke-
|
∑ Koloni Mikroba
|
|
Hari ke 1
|
Hari ke 2
|
|
1
|
-
|
-
|
b.
Swab test
Ø Tanggal uji :
12 Maret 2015
Ø Suhu inkubasi :
370 C
Ø Lama inkubasi :
2 x 24 jam
Cawanke-
|
∑ Koloni Mikroba
|
|
Hari ke 1
|
Hari ke 2
|
|
1
|
31
|
38
|
c.
Finger dibs Method
Ø Nama mask glove :
Young - young
Ø Tanggal uji :
12 Maret 2015
Ø Suhu inkubasi :
370 C
Ø Lama inkubasi :
2 x 24 jam
Cawanke-
|
∑ Koloni Mikroba
|
|
Hari ke 1
|
Hari ke 2
|
|
1
|
1
|
6
|
VII.
Pembahasan
Pada praktikum kali ini
akan dilakukan kualifikasi dan monitoring dimana sasarannya ada pada lingkungan
laboratorium dan alat Laminar Air Flow
(LAF). Laboratorium sebagai tempat melakukan pengujian terhadap berbagai sample
baik yang bersifat berbahaya ataupun tidak, terdiri atas berbagai instrumen.
Dalam pengoperasian berbagai macam instrumen tersebut, harus diperlakuakan sebagaimana
mestinya sehingga menghasilkan hasil pengujian yang akurat dandapat
dipertanggung jawabkan. Lingkungan laboratorium yang akan dilakukan kualifikasi
dan monitoring adalah ruangan praktikum tugas akhir, ruangan praktikum
farmakologi, ruangan praktikum farmasi fisika, ruangan instrumen serta Laminar Air Flow (LAF). Pengujiannya meliputi swab test, settle plate dan finger dibs.
Pada awalnya disiapkan
alat – alat yang akan digunakan dengan bahannya. Proses sterilisasi adalah
salah satu proses yang penting di laboratorium mikrobiologi. Pada laboratorium
mikrobiologi, proses ini dilakukan di dua tahap, yaitu sebelum analisa dan
sesudah analisa. Sebelum analisa, proses sterilisasi dilakukan untuk menjamin
bahwa alat – alat laboratorium dan media mikrobiologi yang akan digunakan sudah
steril dan tidak mengandung mikroorganisme lagi. Sedangkan setelah analisa,
proses sterilisasi digunakan untuk menjamin bahwa mikroorganisme yang tumbuh
sudah mati dan memastikan mereka tidak menjadi sumber kontaminasi bagi analis
dan lingkungannya. Dan untuk membersihkan ruangan selalu menggunakan
desinfektan agar tidak ada bakteri yang menjadi kontaminasi di ruangan.
Untuk mensterilkan
seluruh alat dan media yang akan digunakan pada saat praktikum, disterilkan
dengan cara dicuci, dikeringkan, untuk kemudian disumbat dengan kapas berlemak (bagi
alat yang bermulut) dan dibalut dengan kertas yang tersedia. Barulah dimasukan
ke dalam autoklaf hingga suhunya mencapai 121oC, ini dikarenakan
pada suhu ini mikroorganisme sudah mati. Pada sterilisasi alat dibutuhkan waktu
20 – 30 menit, dan untuk bahan 15 menit. Barulah pada saat alat dikeluarkan,
maka di masukan ke oven terlebih dahulu dengan suhu 81oC selama 1
jam. Hal ini dikarenakan agar alat yang digunakan benar – benar kering dari uap
yang timbulkan pada saat alat di sterilkan di dalam autoklaf.
Pada waktu sterilisasi
alat dan bahan terdapat perbedaan waktu, ini di karenakan besar tekanan yang
digunakan tergantung pada macam bahan dan alat yang disterilkan, sehingga
terjadi perpanjangan waktu pemanasan. Dalam percobaan ini mungkin saja teradi
faktor kesalahan, contohnya seperti pada saat pembukusan cawan petri mungkin
saja akan salah pembukusan dan terbaliknya cawan petri.
Pada saat penuangan media
steril, harus di tuangkan ke cawan petri pada suhu sekitar 45 – 50 °C (pada
bentuk cair) untuk menghindari pembentukan kondensasi air di tutup cawan petri.
Media harus dicampur secara merata tanpa terbentuk gelembung dan dituangkan
secara aseptik kedalam cawan petri steril. Sejumlah media cair (sekitar 18 – 20
ml) di tuangkan kedalam cawan petri sehingga membentuk lapisan Agar sekitar 2 –
3 mm di permukaan cawan petri. Sebelum Inokulasi, pastikan supaya permukaan
Agar kering untuk menghindari berkerumunnya mikroba. Hal ini dapat dilakukan
dengan cara mengeringkannya di dalam inkubator bersuhu 30 – 40 °C selama 15 – 20
menit, serta hindari pengeringan berlebihan.
Swab adalah salah satu
bahan habis pakai yang banyak digunakan di laboratorium. Swab biasanya
digunakan untuk mengambil sample mikrobiologi untuk laboratorium industri (
tangan pekerja, mesin atau ruangan ) dan laboratorium klinik ( pemeriksaan
vagina, anus atau tenggorokan ). Beberapa laboratorium mikrobiologi yang
konvensional masih menggunakan swab yang dibuat secara mandiri. Kapas
direkatkan pada kayu, kemudian disterilkan di autoklaf. Tapi banyak juga yang
menggunakan swab jadi yang sudah tersedia di pasar.
Pada saat melakukan
pengujian dengan swab test, suhu yang digunakan untuk pengujian yakni suhu pada
saat di inkubasi 37oC. Dari hasil praktikum yang telah dilakukan di
dapatkan hasilnya pada ruangan farmakologi (dengan 3 cawan) hari pertama
didapatkan mikroba dengan jumlah 210 koloni sedangkan hari kedua didapatkan
dengan jumlah bakteri sebanyak 659 koloni. Kemudian di ruangan laboratorium
Tugas Akhir (TA) di dapatkan dengan jumlah bakteri (dari 3 cawan) pada hari
pertama 475 koloni. Lalu pada ruangan instrumen didapatkan dari 3 cawan hari
pertama adanya bakteri 117 koloni sedangkan pada hari kedua ada 211 koloni.
Pada ruangan laboratorium farmasi fisika (digunakan 3 cawan) didapatkan jumlah
bakteri pada hari pertama sebanyak 291 koloni dan hari kedua 438 koloni.
Sementara pada Laminar Air Flow (LAF)
hanya menggunakan 1 cawan dengan hasil pada hari pertama didapat bakteri
sebanyak 31 koloni dan hari kedua bertambah 7 koloni sehingga total menjadi 38
koloni.
Kemudian pada pengujian
settle plate atau disebut sebagai cawan papar, suhu yang digunakan untuk
pengujian yakni suhu pada saat di inkubasi 37oC. Dari hasil
praktikum yang telah dilakukan di dapatkan hasilnya pada ruangan farmakologi
(dengan 3 cawan) hari pertama didapatkan mikroba dengan jumlah 26 koloni
sedangkan hari kedua didapatkan dengan jumlah bakteri sebanyak 125 koloni.
Kemudian di ruangan laboratorium Tugas Akhir (TA) di dapatkan dengan jumlah
bakteri (dari 3 cawan) pada hari pertama 118 koloni dan hari kedua 300 koloni.
Lalu pada ruangan instrumen didapatkan dari 3 cawan hari pertama adanya bakteri
162 koloni sedangkan pada hari kedua ada 230 koloni. Pada ruangan laboratorium
farmasi fisika (digunakan 3 cawan) didapatkan jumlah bakteri pada hari pertama
sebanyak 24 koloni dan hari kedua 119 koloni. Sementara pada Laminar Air Flow (LAF) hanya menggunakan
1 cawan dengan hasil tidak ana sama sekali yakni 0 (nol). Dari hasil tersebut
dapat diketahui persyaratan untuk jumlah cemaran mikroba sesuai dengan Cara
Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) pada laboratorium farmakologi tergolong kelas
D. Laboratorium Tugas Akhir (TA) melebihi dari kelas D dan dapat dikatakan
bahwa cemaran mikrobanya sangat tinggi. Kemudian di ruang instrumen juga
melebihi dari kelas D dan ini artinya ruangan tersebut tidak begitu steril.
Pada laboratorium fisika dapat dikatakan pada hari pertama ada di kelas C namun
sampai hari kedua, melebihi kelas D. Kemudian pada Laminar Air Flow (LAF) menduduki kelas A dimana cemaran mikrobanya
kurang dari satu koloni.
Pada saat melakukan
pengujian dengan menggunakan sarung tangan 5 jari (finger dibs) yang di oleskan
ke media. Sarung tangan yang digunakan adalah sarung tangan steril merk Young –
young. Dimana suhu yang digunakan untuk pengujian yakni suhu pada saat di
inkubasi 37oC. Data yang diperoleh disesuaikan dengan kelompok di
laboratorium. Dari hasil praktikum yang telah dilakukan di dapatkan hasilnya
pada ruangan farmakologi (dengan 3 cawan) hari pertama didapatkan mikroba
dengan jumlah 1 koloni sedangkan hari kedua didapatkan dengan jumlah bakteri
sebanyak 13 koloni. Kemudian di ruangan laboratorium Tugas Akhir (TA) di
dapatkan dengan jumlah bakteri (dari 3 cawan) pada hari pertama 1 koloni dan
hari kedua didapat 3 koloni. Lalu pada ruangan instrumen didapatkan dari 3
cawan hari pertama adanya bakteri 23 koloni sedangkan pada hari kedua ada 43
koloni. Pada ruangan laboratorium farmasi fisika (digunakan 3 cawan) didapatkan
jumlah bakteri pada hari pertama sebanyak 27 koloni dan hari kedua 50 koloni.
Sementara pada Laminar Air Flow (LAF)
hanya menggunakan 1 cawan dengan hasil pada hari pertama didapat bakteri
sebanyak 1 koloni dan hari kedua bertambah menjadi 6 koloni. Dalam sarung
tangan yang steril maka menurut CPOB hanya ada 2 kelas, yakni kelas A dengan
jumlah koloni kurang dari satu dan kelas B dengan jumlah 5 koloni. Dapat
dilihat pada hasil yang telah diperoleh hanya pada ruangan laboratorium Tugas
Akhir (TA) yang menduduki kelas B, sedangkan yang lain tidak karena melebihi
batas yang telah disesuaikan.
Begitu banyak hal yang
harus dipelajari pada praktikum kali ini. Yakni bagaimana cara mensterilkan
alat dan media dengan benar, membuat media yang bagus, kebersihan pada saat
praktikum, dan itu semua tergantung kepada praktikannya sendiri. Maka jika ada
hasil yang salah, kemungkinan itu karena pada saat sterilisasi alat yang tidak
benar, atau karena tutup cawan petri yang tidak sepadan (tidak sesuai dengan
pasangannya), juga karena pada saat pengamatan ada praktikan yang membuka
cawan, sehingga bakteri dari udara sekitar ada yang masuk.
VIII.
Kesimpulan
Pada raktikum kali ini dapat disimpulkan bahwa pada
saat kualifikasi dan monitoring ruangan dilakukan di laboratorium farmakologi,
laboratorium farmasi fisika, laboratorium
Tugas Akhir (TA), ruangan instrumen dan Laminar
Air Flow (LAF). Dengan swab test dinyatakan semua lingkungan yang diuji
tidak termasuk dalam kategori clean area menurut CPOB. Pada saat menggunakan
settle plate, hanya laboratorium farmakologi yang tergolong kelas D dan di Laminar Air Flow (LAF) tergolong kelas
A. Kemudian pada sarung tangan merk “young – young”, ada berbagai variasi, ada
yang masuk kelas A dan B atau bahkan tidak sama sekali. Maka dinyatakan sarung
tangan tersebut kurang steril.
IX.
Daftar Pustaka
Dwidjoseputro, D. 1994. Dasar – Dasar Mikrobiologi. Djambatan, Jakarta.
Suciati Tri. Layout
dan Alur Kerja Laboratorium Steril. Bandung: ITB (Available online at: www.
google.com/pharmaciststreet.blogspot.com diakses tanggal : 18 Maret 2015).
Suriawiria, U. 2005. Mikrobiologi Dasar. Papas Sinar Sinanti, Jakarta.