TEKNOLOGI
FORMULASI SEDIAAN STERIL
BATCH SHEET I
INJEKSI
INTRAMUSKULAR
|
BAB I
NAMA ZAT AKTIF
DAN BENTUK YANG DIGUNAKAN
Asam Folat
BAB II
MONOGRAFI ZAT
AKTIF
ACIDUM FOLICUM
Asam Folat
Rumus Struktur/BM : C19H19N7O6/441,40
Pemerian :
S erbuk hablur, kuning atau jingga kekuningan tidak berbau
Kelarutan : Sangat sukar larut dalam air, praktis tidak larut dalam etanol
(95%)P, dalam kloroform P, dalam eter P, dalam aseton P, dalam Benzen P, mudah
larut dalam asam klorida encer P panas dan dalam asam sulfat encer P panas,
larut dalam asam klorida P dan dalam asam sulfat P, larutan berwarna kuning
sangat pucat, mudah larut dalam larutan alkali, hidroksida encer dan dalam
larutan alkali karbonat encer
Penyimpanan : Dalam
wadah tertutup baik, telindungi dari cahaya
Khasiat dan penggunaan: Hematopetikum
BAB III
FORMULA DAN
METODA PEMBUATAN
3.1. Formula
3.2. Formula Lengkap
BAB IV
MONOGRAFI ZAT
TAMBAHAN
- NATRII CHL
ORIDUM
Natrium Klorida
Rumus Struktu r/BM : NaCl /58,44
Pemerian : Hablur heksahedral tidak
berwarna atau serbuk hablur putih, tidak berbau, rasa asin
Kelarutan :
Larut dalam 2,8 bagian air, dalam 2,7 bagian air mendidih dan dalam lebih
kurang 10 bagian gliserol P, sukar larut dalam etano
l 95% P
Penyi
mpanan : Dalam wadah tertutup baik
Khasiat/Penggunaan : Sumber ion klorida dan ion natriu
m
- DI
- N
ATRII EDETAS
Dinatriu m
adetat P
Rumus
Struktur/BM : C10H14N2Na2O8.2H2O/372,24
Pemeriaan
: Serbuk hablur; putih
; tidak berbau ; rasa agak asam.
Kelarutan
: larut dalam 11 bagian air, sukar larut dalam etanol (95 %) P, praktis
tidak larut dalam kloroform P dan dalam eter P.
- NATRII
HYDROXYDUM
Natrium
Hidroksida
Rumus
Struktur/BM : NaOH/40
Pemerian :
Bentuk batang, butiran, massa habl ur atau keeping , kering, keras, rapuh dan
menu njukkan susunan hablur; putih, mudah meleleh basah. Sangat alkalis dn
korosif. Segera menyerap karbondioksida.
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam
air dan dalam etanol (95%)
- AQUA
PRO INJECCTIONUM
Air
untuk injeksi
Pemerian :
Keasaman-kebas aan, ammonium, be si, tembaga, tim bale, kalsium, klorida, nitrat,
sulfat, zat teroksidasi memenuhi syarat yang tertera pada aqua destilata
Penyimpanan :dalam wadah tertutup kedap. Jika disimpan
dalam wadahtertutu p kapas ber lemak ha rus digu nakan dalam waktu 3hari setelah
pembuatan
Khasiat/penggunaan : Untuk pembuatan injeksi
BAB V
PERHITUNGAN DAN
PENIMBANGAN
5.1. Perhitungan
Bah a
n
Diketa
hui : BM Na folat = 464,4 dan BM As.folat = 441,4
C asam folat diperoleh dari perhitungan :
C = x C asam folat
= x 0,5 = 0,526 %
Perhitungan tonisitas :
Cara I
W =
=
=
=
= 0,8283 = 8,283
Cara II
Ekuivalensi = E x m
= (0,14 x 0,526) + (0,24 x 0,05)
= 0,0856
Dalam NaCl
fisiologis : 0,9 – 0,0856 = 0,81436 = 8,1436
5.2. Penimbangan
Bahan
Bahan
|
Satuan Dasar
|
Volume Produksi
|
|
1 ml
|
4
| ||
Ampul
|
|||
5 %
|
5 mg
|
63 m
g
|
|
0,05% Dinatrii Edtas
|
0,5 mg
|
6,3 mg
|
|
NaCl
|
8,283 mg
|
104,3 mg
|
BAB VI
PROSEDUR
6.1. Sterilisasi
6.1.1 Sediaan obat
1. larutan sediaan o bat
diisikan kedalam ampul didalam LAF
1,1ml
2.Ampul disterilkan
dengan cara sterilisasi didalam autoklaf 15 menit dengan suhu 1150C-
116 0C
6.2. Prosedur pembuatan
Didihkan 25 ml aqua pro
injeksi (a.p.i) dalam beaker glass selama 10 menit (9.40 s/d 9.50), kemudian
disuspensikan asam folat dalam se bagian aqua pro injeksi, ditambahkan larutan
NaOH 0,1N ke dalam suspensi asam folat sampai larut. Diperlukan 58 tetes NaOH
sampai larutan larut (bening).
Dilarutkan NaCl dalam
sebagian aqua pro injeksi yang telah di didihkan tadi, lalu kedua campuran
tersebut dicampur dan ditmb ahkan larutan dina trii edetas kemudian diambahkan
aqua pro injeksi ad 12,6 ml. Larutan disaring dengan kertas saring, setelah itu
larutan kemudian diisikan kedalam 4 ml @ 1,1 ml pengisisan ampul dilakukan di
dalam laminar air flow (LAF).
Ampul ditutup dengan cara
dilas, lalu ampul disterilisasi dengan keadaan terbalik, untuk mengetahui
apakah ampul tersebut bocor atau tidak. Kemudian disterilisasi dalam autoklaf 115-116
oC selama 30 menit, lalu sediaan yang sudah disterilisasi dikeluarkan
dari autoklaf dan dikemas.
BAB VII
EVALUASI SEDIAAN
DAN EVALUASI LAIN
7.1. Evaluasi sediaan
7.1.1. Uji kebocoran
Setelah ampul selesai
diisi dengan caian injeksi, kemudian ampul dilas. Setelah itu ampul diuji
kebocoran dengan menyimpan ampul dalam keadaan terbalik sebelum dilakukan
sterilisasi, sehingga ketika proses sterilisasi selesai dapat diketahui apakah
ampul tersebut bocor atau tidak.
No
|
Jenis Evaluasi
|
Penilaian
|
1.
|
Penampilan fisik
|
Baik
|
2.
|
Jumlah sediaan
|
6 ampul
|
3.
|
Kejernihan
|
Larutan jernih
|
4.
|
Brosur
|
Lampiran
|
5.
|
Kemasan
|
Lampira
n
|
6.
|
Kebocoran ampul
|
Tidak ada yang bocor
|
7.
|
Etiket
|
Lampiran
|
8.
|
Keseragaman volume
|
Volume seragam
|
7.2. Evaluasi lain
No.
|
JENIS EVALUASI
|
PENILAIAN
|
1
|
Penampilan fisik wajah
|
Baik
|
2
|
Jumlah sediaan
|
6 ampul
|
3
|
Brosur
|
Lampiran
|
4
|
Etiket
|
Lampiran
|
5
|
Keseragaman volume
|
Volume seragam
|
BAB VIII
ASPEK
FARMAKOLOGI
Indikasi
Penggunaan folat yang
rasional adalah pada pencegahan dan pengobatan defisiensi folat. Harus diingat
bahwa penggunaan secara membabi buta pada pasien anemia pernisiosa dapat
merugikan pasien, sebab folat dapat memperbaiki kelainan darah pada anemia
perrnisiosa yanpa memperbaiki kelainan neurologic sehingga dapat berakibat
pasien cacat seumur hidup.
Kebutuhan asam folat
meningkat pada wanita hamil, dan dapat menyebabkan defisiensi asam folat bila
tidak atau kurang mendapatkan asupan asam folat dari makannya. Beberapa
penelitian mendapatkan adanya hubungan kuat antara defisiensi asam folat pada
ibu dengan insidens defek neural tube, seperti spina bifida dan anencefalus,
pada bayi yang dilahirkan. Wanita hamil membutuhkan sekurang - kurangnya 500μg
asam folat perhari. Seplementasi asam folat dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan
tersebut, untuk mengurangi inisiden defek neural tube.
Gejala defisiensi folat
yang paling menonjol adalah hematopoesis megaloblatik (yang menyerupai anemia
defisiensi vitamin B12). Selain itu, terjadi juga glositis, diare, dan
penurunan berat badan. Perbedaan klinik yang nyata defisiensi folat dengan
defisiensi vitamin B12 ialah bahwa pada yang pertama tidak terdapat kerusakan
sarung myelin sehingga tidak ada gangguan neurologic. Hal ini dapat diterangkan
dengan sifat folat yang secara selektif dapat menumpuk dalam cairan
serebrospinal, tetapi akibat gangguan metabolismeotak pasien dapat menunjukan
gejala insomnia, pelupa, dan iritabilitas.
Kontra Indikasi
Tidak diindikasikan
untuk anemia pernisiosa dan anemia megaloblastik lain karena defisiensi vitamin
B12. Jangan gunakan pada pasien tidak terdiagnosa anemia karena asam
folat mungkin dapat mengaburkan diagnosis anemia pernisiosa dengan mengurangi
manifestasi hematologi sementara kemungkinan progress atau dapat mengembangnya
komplikasi neurologis.
Dosis
·
Anemia megaloblastik:
Ö Dewasa dan anak > 1 tahun : 5 mg sehari selama 4
bulan (pada wanita hamil, hingga cukup bulan). Pada kasus gangguan penyerapan,
dosis bisa dinaikan hingga 15 mg per hari; dosis rumatan 5 mg tiap 1-7 hari.
Ö Anak < 1 tahun: 500 mikrogram/kg per hari selama
4 bulan; dosis rumatan 500 mikrogram/kg per hari tiap 1-7 hari.
·
Pencegahan defek tabung saraf, diberikan sebelum dan
selama kehamilan:
Ö Risiko rendah 400 mikrogram per hari hingga usia
kehamilan 12 minggu.
Ö Risiko tinggi (riwayat keluarga, pernah melahirkan
anak dengan efek tabung saraf, riwayat diabetes mellitus pada ibu, anemia sel
sabit pada ibu): 5 mg per hari hingga usia kehmilan 12 minggu.
·
Profilaksis pada status hemolitik kronik:
Ö Dewasa, per oral: 5 mg tiap 1-7 hari tergantung
penyakit yang mendasari
·
Profilaksis defisiensi folat pada pasien cuci darah:
Ö Dewasa, per oral: 5 mg tiap 1-7 hari
Ö Anak 1-12 th: 250 mikrogram/kg (max 10 mg) 1x sehari
Ö Anak 12-18 th: 5-10 mg 1x sehari
Efek Samping
Perubahan pola tidur,
sulit berkonsentrasi, iritabilita, aktivitas berlebih, depresi mental,
anoreksia, mual, distensi abdominal dan flatulensi.
Interaksi Obat
Administrasi fenitoin,
primidone, barbiturat, methotrexate, nitrofurantoin, alkohol, atau pirimetamin
dapat mengakibatkan defisienci asam folat.
Cara Penggunaan dan Penyimpanan
Penggunaan injeksi
secara intramuscular. Penyimpanan pada suhun 15-30ºC.
Absorpsi, Distribusi, Metabolisme
dan Ekskresi (ADME)
·
Absorpsi
Pada pemberian oral,
absorbsi asam folat baik sekali, terutama di bagian 1/3 proksimal usus halus
(jejunum proksimal). Dengan dosis oral yang kecil, absorpsi memerlukan energi
(transpor aktif), sedangkan pada kadar tinggi absorbsi dapat berlangsung secara
difusi (transpor pasif). Asam folat muncul di plasma darah 15-30 menit setelah
pemberian per oral dan T max tercapai setelah 1 jam.
Ikatan Protein : 2/3
dari asam folat yang terdapat dalam plasma darah terikat pada protein yang
tidak difiltrasi ginjal.
·
Distribusi
Distribusinya merata ke
semua sel dan terjadi penumpukan dalam cairan serebrospinal. Asam folat
disimpan oleh tubuh terutama di hepar. Normal total asam folat di serum adalah
5-15 ng/mL, di cairan serebrospinal adalah 16- 21 ng/mL, dan di eritrosit
adalah 175 to 316 ng/mL.
·
Metabolisme
Asam folat
dimetabolisme di hepar oleh enzim Catechol O-methyltransferase (COMT) dan
Methylenetetrahydrofolate reductase menjadi 7,8-dihydrofolic acid dan
5,6,7,8-tetrahydrofolic acid.
·
Ekskresi
Lebih dari 90% asam
folat diekskresikan di urine dalam bentuk metabolit dan sejumlah kecil
diekskresikan di feces. Sebagian besar metabolit muncul di urine setelah 6 jam
dan ekskresi lengkap dalam 24 jam. Asam folat juga dieksresikan melalui air
susu ibu.
BAB IX
PEMBAHASAN
Pada praktikum
teknologi formulasi sediaan steril kali ini dilakukan pembuatan sediaan
parental berupa injeksi dengan zat aktif yang digunakan yakni asam folat.
Sediaan parenteral diberikan melalui beberapa rute yaitu, intravena,
intraspinal, intarmuscular, subkutis, dan intradermal. Rute yang digunakan pada
sediaan perenteral kali ini yaitu rute intramuscular. Sediaan parenteral selain
harus steril, juga tidak boleh mengandung partikel yang memberikan reaksi pada
pemerian dan tidak boleh mengandung pirogen. Dalam proses pembuatan sediaan
steril, sterilisasi dapat dilakukan dengan cara pemanasan pada tahap akhir.
Sebelum praktikum,
dilakukan perhitungan tonisitas terlebih dahulu yang berdasarkan kepada metode
turunnya titik beku. Perhitungan tonisitas ini bertujuan agar larutan obat atau
injeksi memiliki tonisitas yang sama dengan tonisitas cairan tubuh kita
diantaranya yaitu darah. Dari hasil perhitungan tonisitas diperoleh hasil
sebesar 0,8283% yang menunjukkan bahwa sediaan injeksi ini merupakan sediaan
hipotonis. Akan tetapi menurut ketentuan yang berlaku, sediaan hipotonis tidak
diizinkan dalam pembuatan sediaan injeksi karena akan mengakibatkan sel darah
merah menjadi lisis atau pecah dan hal ini akan sangat berbahaya bagi
penggunanya. Oleh karena itu diperlukan penambahan NaCl yang bertujuan agar
sediaan ini dapat mencapai keadaan isotonis.
Pada awalnya semua
bahan ditimbang, yakni asam folat sebanyak 63 mg, dinatrii edetas 6,3 mg dan
NaCl sebanyak 104,36 mg. Kemudian dididihkan aqua pro injeksi (a.p.i) dalam
beaker glass selama 10 menit. Aqua pro injeksi merupakan air untuk injeksi yang
disterilisasi dan di kemas dengan cara yang sesuai, tidak mengandung bahan
antimikroba atau bahan tambahan lainnya. Aqua pro injeksi harus di panaskan
terlebih dahulu agar terbebas dari CO2, karena CO2 dalam
suatu sediaan dapat bereaksi dengan salah satu zat dan dapat membentuk endapan.
Sedangkan salah satu syarat sediaan injeksi adalah jernih, maka dari itu aqua
pro injeksi yang digunakan haruslah terbebas dari CO2. Kemudian asam
folat yang telah ditimbang selanjutnya disuspensikan dalam sebagian aqua pro
injeksi. Lalu diteteskan larutan NaOH kedalam suspensi asam folat sampai asam
folat terlihat melarut. Pada saat praktikum, NaOH yang digunakan sebanyak 50
tetes. Penambahan NaOH ini tujuannya untuk melarutkan asam folat karena akan
terbentuk garam dari asam folat yaitu natrium folat yang lebih mudah larut
dalam air. Penambahan larutan NaOH ini perlu dilakukan karena syarat dari
larutan steril ini adalah semua komponen harus larut dalam air sedangkan asam
folat tidak larut dalam air sehingga perlu dilakukan reaksi penggaraman untuk
meningkatkan kelarutannya.
Kemudian tahap
selanjutnya pada wadah terpisah, NaCl dilarutkan dalam sebagian aqua pro
injeksi. Ditambahkan larutan
NaCl yang berfungsi sebagai larutan pengisotonis. Isotonis adalah kondisi
dimana suatu larutan konsentrasinya sama besar dengan konsentrasi dalam sel
darah merah sehingga tidak akan terjadi pertukaran cairan diantara keduanya.
Oleh karena itu dilakukan penambahan NaCl sebanyak 0,8283% untuk mencapai nilai
isotonis. Lalu kedua larutan tersebut dicampurkan. Kedalamnya ditambahkan
larutan dinatrii edetas atau EDTA. Digunakan EDTA sebagai pengkelat untuk
mengikat ion logam-logam yang berasal dari wadah gelas, selain itu wadah gelas
berkapur dapat membebaskanlogam yang dapat mengkatalisis hidrolisis zat aktif
menjadi tidak stabil, oleh karena itu ditambahkan dinatrii edetas pada sediaan
injeksi asam folat ini.
Larutan tercampur
tersebut ditambahkan dengan aqua pro injeksi sampai tanda batas 15 ml untuk
kemudian disaring dan filtrat pertama dibuang. Proses penyaringan ini berfungsi
untuk mensterilkan larutan dari mikroba karena mikroba yang terdapat dalam
larutan akan tertahan pada filter sehingga tidak ikut terbawa. Filtrat pertama
harus dibuang karena filtrat pertama mengandung kotoran yang sebelumnya
terdapat pada filter.
Dari larutan jernih
yang didapat, maka dimasukkanlah ke dalam 6 ampul dengan masing-masing volume
1,1 ml. hal ini dilakukan didalam LAF (Laminar
Air Flow) yang bertujuan agar proses pengerjaan benar-benar steril dan
sediaan yang dibuat dapat terhindar dari adanya pirogen. Pengisian ampul
dilebihkan sebanyak 0,1 mL dimaksudkan untuk mengantisipasi adanya larutan yang
tidak terambil atau hilang pada saat pengerjaan ampul atau dengan kata lain
volume dalam ampulnya akan berkurang. Selanjutnya
adalah proses penutupan dari ampul dengan mengelas bagian kepala ampul.
Kemudian sediaan
injeksi asam folat ini disterilkan dengan menggunakan autoklaf dengan suhu
121ºC selama 15 menit. Proses sterilisasi ini dilakukan untuk membunuh mikroba
yang tidak tersaring dan masih terdapat pada sediaan sehingga diperoleh sediaan
yang steril. Pada proses sterilisasi ini juga dapat terlihat apabila ada ampul
yang bocor maka isi dari ampul tersebut akan habis (menguap). Dari hasil
sterilisasi ini didapatkan bahwa dari 6ampul yang ada, hanya 1 yang bocor. Maka
dihasilkan 5 buah ampul dalam keadaan baik sesudah disterilisasi. Evaluasi
selanjutnya adalah pengevaluasian keseragaman volume akan tetapi hanya menggunakan
indra penglihatan saja.
Dari sediaan yang telah
dibuat, dapat dilihat bahwa volume masing-masing ampul adalah seragam. Maka
dilakukan evaluasi, diantaranya evaluasi kejernihan. Evaluasi kejernihan yaitu
dengan melihat apakah sediaan yang dibuat benar-benar jernih atau masih ada
partikel-pasrtikel zat yang belum homogen. Dari hasil evaluasi kejernihan ini
adalah semua larutan dalam ampul memiliki kejernihan yang baik.
Proses sterilisasi ini
dilakukan untuk membunuh mikroba yang tidak tersaring dan masih terdapat pada
sediaan sehingga diperoleh sediaan yang steril. Setelah dilakukan sterilisasi,
ampul yang bocor dipisahkan dengan yang tidak bocor. Cirinya ampul tersebut
bocor adalah apabila jumlah sediaan dalam ampul berkurang. Pengurangan ini
akibat dari panas yang dapat menguapkan larutan didalamnya dan apabila ampul
bocor, uap akan keluar sehingga jumlah sediaan berkurang.
BAB X
KESIMPULAN
Dari hasil praktikum yang telah dilakukan maka dapat
disimpulkan bahwa pada injeksi asam folat diperlukan penambahan zat
pengisotonis yaitu NaCl sebanyak 0,8283 % atau 0,8283g/100ml.
Jumlah ampul yang pada pembuatan injeksi asam folat ini yaitu 6 ampul, 5
diantaranya bagus dan 1 ampul bocor. Dan sebanyak 5 ampul secara visual
merupakan sediaan yang telah dibuat memenuhi syarat kejernihan.
BAB XI
ETIKET DAN LABEL
PT. DIFTI
Jl. Soekarno Hatta No. 354 Parakan Resik
|
||
No. Batch : B201301
FOLAMIL
Ampul 1 ml
Injeksi
intramuscular
Mengandung :
Na folat
0,526% yang setara dengan asam folat 0,5 %
Exp. Date : 1
Maret 2017
|
||
HARUS DENGAN RESEP DOKTER
|
PT. DIFTI
Jl. Soekarno Hatta No. 354 Parakan Resik
|
||
No. Batch : B201301
FOLAMIL
Ampul 1 ml
Injeksi
intramuscular
Mengandung :
Na folat
0,526% yang setara dengan asam folat 0,5 %
Exp. Date : 1
Maret 2017
|
||
HARUS DENGAN RESEP DOKTER
|
PT. DIFTI
Jl. Soekarno Hatta No. 354 Parakan Resik
|
||
No. Batch : B201301
FOLAMIL
Ampul 1 ml
Injeksi
intramuscular
Mengandung :
Na folat
0,526% yang setara dengan asam folat 0,5 %
Exp. Date : 1
Maret 2017
|
||
HARUS DENGAN RESEP DOKTER
|
PT. DIFTI
Jl. Soekarno Hatta No. 354 Parakan Resik
|
||
No. Batch : B201301
FOLAMIL
Ampul 1 ml
Injeksi
intramuscular
Mengandung :
Na folat
0,526% yang setara dengan asam folat 0,5 %
Exp. Date : 1
Maret 2017
|
||
HARUS DENGAN RESEP DOKTER
|
PT. DIFTI
Jl. Soekarno Hatta No. 354 Parakan Resik
|
||
No. Batch : B201301
FOLAMIL
Ampul 1 ml
Injeksi
intramuscular
Mengandung :
Na folat
0,526% yang setara dengan asam folat 0,5 %
Exp. Date : 1
Maret 2017
|
||
HARUS DENGAN RESEP DOKTER
|
BAB XII
KEMASAN DAN
BROSUR
BAB XIII
DAFTAR PUSTAKA
Departemen
Farmakologi dan Terapeutik. 2007. Farmakologi
dan Terapi edisi 5. UI-press.
Jakarta.
Departemen
Kesehatan Republik Indonesia edisi 3. Farmakope
Indonesia. 1979.Jakarta : DEPKES
RI.
Departemen
Kesehatan Republik Indonesia edisi 4. Farmakope
Indonesia. 1979.Jakarta : DEPKES
RI.